16 Pria licik

Devano melayangkan tinjunya ke arah Harrison. Sayang, pukulannya ditangkis oleh pria itu. Dia tak ingin diam saja. Ia menggunakan tangan kirinya untuk memukul Devano. Devano berhasil menghindar. Ketika pertarungan sengit terjadi, suara gonggongan anjing terdengar.

Mereka mengindahkan anjing itu, lebih memilih bertarung. Walau Kyra mencoba melerai mereka, namun pertarungan mereka masih belum berhenti. Wanita itu mencari bantuan, ia pun menepi. Dilihatnya Keenan yang masih sibuk melihat Chiano.

"Hei, kamu, bantuin mereka sana!" kata Kyra. Keenan melihat Harrison dan Devano, ia tak menggubris.

"Mereka sudah terbiasa berkelahi. Biarkan saja!" ucapnya cuek.

"Heh, kamu harus bantuin mereka. Tau enggak kalau mereka itu…"

"Mereka punya masalah sendiri. Kenapa aku harus bantuin mereka?"

"Kamu sungguh pria bebal, tidak berperasaan, sombong, sok-sok an, dan…" Kyra tak bisa melanjutkan kata-katanya, Keenan menarik tangan wanita itu.

"Dan apa?"

"Ah, sudahlah! Percuma bicara sama kamu, enggak ada gunanya." Kyra tampak kesal, ia membuang muka.

"Kalau aku bantuin mereka, apa imbalanmu?"

"Sepertinya, kamu suka banget hadiah, ya. Meskipun kamu bisa memisahkan mereka, aku tidak bisa memberikanmu apa-apa."

"Kalau begitu, bagaimana kalau…" Keenan mendekatkan wajahnya pada wajah Kyra. Wanita itu berpikir Keenan akan menciumnya. Ia menutupi mulutnya dengan tangan kirinya. Pria itu tersenyum. Kemudian, ia menekan kening Kyra sambil didorong menggunakan jari telunjuknya. "Siapa bilang aku akan menciummu? Kamu terlalu percaya diri," bisik Keenan.

"I-itu salahmu. Kenapa kamu berani mendekatiku, seperti ingin menciumku?"

"Apa menurutmu aku mendekatimu karena ingin menciummu? Gadis kecil, di dunia ini masih banyak perempuan yang memiliki bibir lebih seksi dibandingkan kamu. Bibirmu itu terlalu tipis, aku tidak doyan untuk mencicipinya," kata Keenan seraya menaikkan sudut bibir sebelah kanan.

"Kalau begitu, kenapa kamu tadi menciumku?"

"Anggap saja itu iseng."

"Iseng?"

"Aku berpikir Harrison sangat menyukai bibirmu. Jadi, aku hanya ingin tahu bagaimana rasa bibirmu itu. Ternyata, bibirmu biasa saja. Tidak ada yang spesial."

"Kamu sungguh tidak ingin mengakuinya. Apa salahnya mengatakan jika kamu mulai menyukaiku."

"Aku menyukaimu? Mungkin, aku harus menyelam di dasar lautan sedalam 50 meter, jika hal itu terjadi," ujar Keenan sambil memegang kedua bahu Kyra.

"Lihat saja, kalau suatu saat nanti kamu menyukaiku, aku akan mencampakkanmu dan membuatmu berlutut ribuan kali." Sorotan mata Kyra tajam.

"Kenapa aku harus menyukaimu? Mungkin, wajahmu memang cantik, tetapi kamu sangat membosankan. Pria tampan sepertiku lebih pantas bersanding dengan wanita yang bersedia menyerahkan segalanya untukku."

"Kamu begitu arogan! Hanya wanita bodoh yang mau mengorbankan segalanya demi kamu. Aku yakin, kamu akan menjomblo selamanya."

"Itu tidak jadi masalah. Aku bisa menyewamu untuk menjadi istri bayaran. Bahkan, dengan uang takkan sulit bagiku mendapatkan wanita yang ku mau."

"Oh ya? Sayangnya aku telah memiliki uang yang banyak. Aku tidak butuh uang darimu."

"Sebutkan nama keluargamu!"

"Untuk apa? Untuk melacakku?"

"Aku berani taruhan, keluargamu pasti tidak terlalu kaya."

"Siapa bilang? Keluargaku sangat kaya. Bahkan, ayahku bisa menggagalkan perkuliahanku di London hanya menyogok mereka."

"Itu hal kecil, gadis kecil. Aku bisa membeli satu negara jika aku mau."

"Kamu begitu sombong. Kamu hanya bersembunyi dibalik nama ayahmu."

"Baiklah, kalau kamu nggak percaya. Aku bisa membuktikannya kepadamu. Sekarang, ikut aku!" Keenan menggenggam tangan Kyra dengan paksa.

"Tunggu, kamu mau bawa aku kemana?"

"Untuk membeli pulau."

"Hah? Pulau?"

"Diam dan jangan banyak tanya!"

"Tunggu!"

"Apalagi?"

"Aku hanya memakai bikini. Masa aku harus seperti ini ke sana?" kata Kyra. Ia berusaha melepaskan tangannya.

"Tenang, aku bisa mengganti pakaianmu di jalan."

"Ka-kamu…"

"Kenapa? Kamu malu? Aku sudah hafal dengan bagian tubuhmu. Kamu tidak perlu malu," bisik Keenan.

Seringainya terlihat menyebalkan. Kyra memukul bahu Keenan menggunakan tangan kanannya. Karena kesal telah dipukul seperti itu, ia menggenggam tangan kanan Kyra, kemudian menggendongnya.

"Turunkan aku!"

"Kamu harus menebus kesalahanmu."

"Aku enggak merasa berbuat apa-apa. Cepat, turunkan aku!"

"Oh, kamu lupa apa yang baru saja kamu lakukan? Kalau begitu, aku akan memanggil Chiano agar menghukummu."

"Eh, jangan! Ka-katanya kita akan ke pulau. Kita kesana saja. Hmm?"

"Aku udah enggak mood kesana. Aku harus menghukummu biar puas. Setelah itu, aku akan…" Kyra menggigit lengan Keenan cukup keras. "Aaah! Apa yang kamu lakukan?"

"Tadi, kamu ingin hadiah, kan? Aku sudah memberikanmu hadiahnya," ujar Kyra. Keenan menjatuhkan wanita itu. Dia merintih kesakitan. "Kamu gila!" seru Kyra sambil berdiri.

"Salahmu sendiri telah membuatku marah," ucap Keenan seraya melipat kedua tangannya.

"Kamu benar-benar tidak punya hati!"

Ketika Kyra berusaha untuk berdiri, Chiano berada di dekatnya. Ia juga melihat Xyever dan Cavero dengan nafas yang terengah-engah. Mereka berdiri di belakang Kyra. Kulitnya terasa lengket ketika Cavero memeluknya.

"Keenan, kami sangat lelah," kata Xyever. Ia mendekati Keenan, lalu berdiri di belakangnya. Pria itu bersikap cuek. Ia seakan tak peduli. Tatapannya beralih pada Cavero.

Pelukan Cavero semakin kencang. Keringatnya membanjiri wajahnya yang tampan. Selain itu, tubuh berototnya terlihat semakin seksi. Mungkin, jika dilihat banyak perempuan, mereka terhipnotis oleh pesona Cavero.

Kyra saja menggelengkan kepala. Ia hampir terpesona sesaat. Keenan menyadari tatapan Kyra. Ia tampak tak senang. Mungkin, ia tidak mau tersaingi. Ia menarik Cavero dari Kyra. Tatapannya tajam.

"Ototku juga lebih seksi dibandingkan Cavero," bisik Keenan.

"Lalu kenapa? Kamu sungguh tidak menarik," kata Kyra seraya meninggalkannya.

"Tidak menarik? Kamu sungguh berani mengatakan itu. Lihat saja nanti!" Keenan menatapnya kesal.

"Keenan, aku akan melanjutkan permainan selanjutnya. Bisakah kamu menyuruh Chiano untuk berhenti mengejarku? Aku sudah tidak sanggup lagi," ungkap Cavero.

"Boleh, ada satu syarat!"

"Apa syaratnya?"

"Aku ingin saham sepuluh persenmu menjadi milikku."

"Apa? Itu sungguh tidak adil. Aku bersusah payah menaruh saham di perusahaan itu."

"Aku enggak peduli. Bukankah itu harga yang sesuai untuk menyelamatkanmu?"

"Keenan sialan! Apa menurutmu, kamu bisa menginjak-nginjak harga diriku seperti ini?" batin Cavero.

Ia mengepalkan tangan. Tekanan darahnya naik seketika, urat-uratnya juga tegang. Tangannya terasa gatal ingin memukul wajah Keenan. Akan tetapi, ia urungkan niatnya. Ia tahu, tidak akan menang dengan cara seperti itu karena Keenan merupakan pria yang sangat licik.

Pria kejam itu hanya ingin menyiksa Cavero. Dia tak peduli menyengsarakan adik tirinya. Entah apa kesalahan Cavero, ia selalu tak menyukainya. Selain Cavero, dua adik tirinya juga tak ia sukai.  "Bagaimana? Apa kamu masih menolak juga tawaranku? Aku telah berbaik hati," ucap Keenan.

"Aku ingin tanya, apa mungkin sahamku akan kamu gunakan untuk menghancurkanku dan ibuku?"

"Kamu terlalu banyak berpikir. Jika aku ingin hal itu, sudah dari awal aku melakukannya, tidak perlu repot-repot menunggu hari ini."

"Lalu, apa tujuanmu sebenarnya?"

"Aku hanya ingin memperingatkan kalian berdua, kalau kalian tidak layak menjadi anggota keluargaku," bisik Keenan. Ia memandang rendah Cavero. Pria itu semakin membenci Keenan.

"Keenan, aku tidak akan pernah melupakan penghinaan ini! Aku akan menghancurkanmu berkeping-keping hingga kamu menangis darah," batin Cavero. Keenan menatapnya tajam. Pria itu tak bisa lepas dari genggaman Keenan. Mungkinkah, dendam Cavero terbalaskan atau justru ia yang tersiksa?

avataravatar
Next chapter