"RAI!!"
tanpa Yoora sadari, mulutnya berteriak sendiri memanggil Pria yang baru saja membuka pintu
Sementara 'Rai' hanya menatapnya dengan datar, menunggu atas alasan apa Yoora meneriakkan namanya
Yoora menutup mulutnya
'Dasar bodoh! Kenapa juga aku memanggilnya' rutuk Yoora dalam hati
Frankenstein sang kepala sekolah, berjalan menghampiri Rai lalu tersenyum lembut
"Tuan, apakah tuan ingin secangkir teh? " tanya nya sopan
Rai masih menatap Yoora, melihatnya Frankenstein ikut menatapnya sementara Yoora
'Tunggu sebentar, kenapa mereka menatapku?'
"a.. Ada apa? Kenapa kalian menatapku? Ha.. Haha" Yoora bertanya agak canggung
"kau... " Rai membuka suara
"i.. Iya? "
"Kau tadi memanggilku" lanjut Rai
'Ah.. Jadi dia menunggu itu'
'Menunggu, Alasan mengapa aku memanggilnya'
Yoora hanya bisa menatap Rai dengan datar
"Ahh bukan apa apa. Lupakan saja" balas Yoora agak canggung sambil menyilangkan kedua tangannya
Tak lama kemudian Rai sudah duduk di sofa yang disediakan,Frankenstein tampak membawa poci teh beserta cangkirnya.
'Teh? Apa dia membuatnya disini? Tapi dimana? Inikan ruang kepala sekolah??'
Yoora bertanya tanya dalam hati sembari celingak celinguk. Bingung
'Kecuali, Frankenstein kepala sekolahnya. Hal yang tak mungkin bisa jadi mungkin'
Yoora menghela nafas, kemudian tersenyum seraya melirik Frankenstein
'Apa efek samping Pil D sebegitu besarnya? Sampai membuat seseorang menjadi gila?' rupanya sedari tadi Takio memperhatikan tingkah Yoora
Drrtt Drttt
Ponsel takio bergetar. Menandakan pesan masuk
Tao : Bukankah dengan melihat pembuat nya
saja sudah jelas--"
Mengapa Pil D membuat seseorang
kehilangan akal sehatnya
Sebetulnya aku juga gila saat melihat
boss kita
Tao : Karena itulah Takio, mari buang Pil D
Demi kelangsungan hidup tubuh dan
jiwa kita:D
"Apa apaan ini... " gumam Takio sambil melirik Tao dan dengan acungan jempol si mpu merespon.
'Tao, tolong.... '
M-21 juga melihat isi pesan tersebut lewat ponselnya sendiri
'Enyah sana' mungkin begitulah deskripsi wajah M-21 saat melirik Tao yang berada tepat disebelahnya
Tok tok tok
"Regis K. Landerge menghadap"
"Seira J. Royal menghadap"
Terdengar suara dibalik pintu setelah terdengar ketukan beberapa kali.
Sebuah nama yang sudah tidak asing ditelinga Yoora
"Regis... Seira.. " sebut Yoora bergumam.
Tak lama kedua pemilik nama tersebut menampakan diri dihadapan Yoora
'Ternyata. Benar benar mereka berdua'
'Tidak! Seharusnya aku memikirkan alasan kenapa dan mengapa aku berada disini'
Sambil mengernyitkan dahi dan menggigit bibir Yoora menatap sekeliling
'Merek-'
"Kenapa kau mengernyitkan dahimu dihadapanku? Dasar tak berkelas" belum sempat Yoora menyelesaikan rangkaian kata dipikiran nya, Regis terlebih dahulu mencibirnya
Dengan langkah pongah Regis berjalan mendekati Rai
"Kami sudah memastikan anak anak sampai ke kantin dengan selamat" lapor Regis sambil agak membungkuk
"Ke kantin dengan selamat?" Frankenstein mendaur ulang kata kata Regis menjadi sebuah pertanyaan
"Tuan Raizel memintanya" Seira, dia berbicara
"Be..begitukah?" Frankenstein agak tersentak
"Ah tuan. Kasih sayang anda terhadap anak anak membuat saya terharu" haru Frankenstein sambil menyeka sudut matanya dengan sapu tangan
"Terkadang saya merasa iri terhadap mereka" tambahnya lalu menghela nafas dalam
Rai atau Raizel menaruh cangkir teh yang sedari tadi di pegangnya ke atas meja
"Setiap orang memilki kelebihannya masing masing. Iri tak akan membuatmu mendapatkan apapun..."
"dan lagi. Kau memiliki tempat tersendiri di hatiku Frankenstein" ungkap Rai sambil tersenyun ke arah Frankenstein
"Tuan... " mata Frankenstein terlihat berbinar binar di mata Yoora
'Hubungan jenis apa ini? Kenapa aku berpikur yang tidak tidak!'
Menggelengkan kepala, hal yang pertama Yoora lakukan setelah bergumam dalam hati
'Rai.. Dia begitu berkelas!' tiba tiba Yoora mendengar suara regis di telinganya
Ia langsung mengalihkan pandangan nya ke Regis. Tetapi Regis, ia hanya menatap Rai dengan pipi yang merah
'Hubungan mereka kadang membuatku merinding' lalu terdengar lagi suara. Suara M-21
'Tuan Raizel..' itu suara seira
'Kasih sayang.. Takio aku ingin memelukmu' kali ini yang terdengar ialah suara tao
'Tao itu menjijikan' lalu suara takio menyahut
'Aku merindukanmu kak Lascrea' dan sekarang ada suara Karius juga!
Yoora benar benar bingung dibuatnya. Apa dia berhalusinasi atau
DIA TERHISAP KE TEMPAT INI
Bayangan saat Yoora menerima pesan lewat ponsel kakaknya Sena dan saat si kepala batu 'Yoora' menekan sebuah web noblesse padahal sudah diperingati untuk tidak mengubrisnya perlahan lahan mulai masuk menyeruak ke dalam otak Yoora
'Situs web.. Web itu, aku masuk... Ketempat ini karena itu!'
"...."
"..."
"...."
----------------------------------------
"Yoora! Sampai ketemu dirumah pak kepsek!!! " teriak Yuna dan Sui bersamaan
Ikhan maupun Shinwu juga melambai lambaikan tangan dengan gembira
"Hei kalian cepatlah!" suruh Regis sambil mendelikkan matanya jengah
"Ahahaha..Regis kenapa kau selalu seperti itu sih.." goda Shinwu
Dia berlari menghampiri Regis kemudian merangkul lehernya, Ikhan juga mengikutinya.
Saat ini sudah petang, yang mana sekarang adalah waktu bagi para pelajar untuk pulang ke masing masing rumah.
Semua murid sudah pulang, Sekolah juga sudah sepi.
Yoora memutuskan untuk tidak ikut pulang bersama Rai, Regis, dan Seira sekaligus teman teman baru nya
Lagi pula mereka mengatakan hendak mampir ke warnet sebentar. Meski Yoora yakin, kata 'sebentar' itu cuma bualan
Yoora ingin mengenal sekolah barunya dan juga hidup barunya. Dunia dimana ia tinggal sebelumnya? Ha!
'Siapa juga yang butuh seorang kakak yang jahil dan sahabat si pengkhianat'
'Dunia ini sudah cukup untukku!'
'Sekarang, aku bukanlah Yoora si kutubuku yang tidak ramah! Tapi, Yoora simakhluk...'
'Tunggu sebentar? Aku ini apa?'
"Bangsawan? Tidak mungkin, Regis menyebutku tidak berkelas. Mutan? Apa aku mutan?" gadis itu bertanya tanya
Lantas Yoora bercermin lewat bayangan yang dipantulkan kaca dikelas nya
Sambil membuka mulutnya, Yoora memperhatikan giginya. Apakah gigi taringnya jadi lebih panjang dibanding manusia normal atau tidak
"Kau sedang apa?" tepat di depan cermin Yoora melihat wajah tao. Bergelantungan dengan tubuh terbalik
"AAAA!" teriak Yoora. Saking terkejutnya dia sampai terjatuh
Melihatnya, Tao segera mengayunkan pita atau kabel listriknya ke arah meja dimana Raizel duduk, Jendela nya selalu terbuka
Lewat situlah Tao masuk, Lalu menghampiri Yoora yang jatuh.
"Pil itu pasti berefek besar pada otakmu" Tao berbicara sambil mengetuk ngetuk kepala Yoora dengan jarinya
"Singkirkan tanganmu! Aku tak seidiot yang kau kira!" Yoora menepis tangan Tao
Yang ditepis terkesiap
"Aku tak tahu apa yang menimpamu,tapi apa yang terjadi?" Tao bertanya dengan serius. Tidak mungkin
"Memangnya kenapa? aku terlihat kenapa?" Yoora menjawab lantang sambil berusaha berdiri. Tao juga mengikuti nya
"Yha... Kau.. " Tao memotong tiap kata
"Cepatlah" Yoora tak sabar
"Kau terlihat kumal" jawab Tao singkat
"Aku pergi" Yoora pamit hendak meninggalkan Tao, tapi pria itu mengikutinya
"Memangnya kau akan pulang naik apa?" tanya Tao sambil mengikuti tiap langkah yang Yoora buat
"Bis"
"Bis?"
"Tentu saja. Bis! Aku akan naik bis" jelas Yoora sembari meraih sesuatu disakunya.
Tak lama dia mengeluarkan ekspresi tak terbaca
"Kenapa?" Tao heran
"Kartu transfortasiku hilang"
"Hm? Hilang? Kalau begitu-" belum sempat Tao selesai bicara
"Kalau begitu aku akan memesan taksi saja" lagi Yoora berusaha merogoh sesuatu didalam sakunya lalu beralih ke tasnya
"Ponselku..." gumamnya
"Kau akan memesan taksi? Memangnya kau punya uang?" tepat saat itulah Yoora langsung menghentikan segala aktifitasnya
"AKU JUGA TAK PUNYA UANG"