2 Mimpi

Mimpi

Lampu kerlap kerlip menyilaukan memenuhi setiap sudut ruangan dengan sinarnya yang remang. Suara riuh dan musik yang dimainkan dj berdentum keras menyentak telinga dan jantung setiap mahluk yang sama sekali tidak terganggu dengan kerasnya musik yang bergema.

Dinda menari dengan bebas dilantai dansa tidak memperdulikan betapa mengerikan gerakannya atau tangan-tangan kurang ajar yang disengaja mengelus tubuhnya. Dinda tidak perduli dengan mereka semua. Dirinya ingin hanyut dan tenggelam.

Nafas dinda tidak lagi stabil begitu juga dengan langkah kakinya karena minuman pemabukl. Tiba-tiba musik berhenti dan diganti dengan lagu lainnya. Seketika badan dinda tersentak kaku begitu mendengar lagu yang dimainkan dj, lagu ini begitu dikenalnya, lagu yang melekat dihatinya. Semua keriaan yang tadi dinikmatinya menghilang seketika dari tubuhnya digantikan dengan perasaan sesak yang begitu akrab dengan dirinya. Lagu yang membawa pikirannya kembali pada satu sosok yang mencuri hatinya. Pencuri brengsek yang menghilang dengan menbawa hatinya.

Memorinya yang tidak tahu malu memproyeksikan wajah lelaki itu di otaknya. Wajah itu begitu indah, begitu menyiksa. Tangan lelaki itu begitu hangat menggenggam tangannya dan juga hatinya.

" kamu harus menjadi ibu dari anak-anakku kelak, oke?" terngiang kembali permintaannya dulu. Dan dinda yang begitu dimabuk cinta menjawab dengan mantap.

" ya, tentu saja. Kamu hanya milikku tentu saja anak-anakmu akan terlahir dari rahimku" kemudian mereka tertawa bersama dalam pelukan masing-masing.

Mata dinda menyengat perih mengingat masa lalu. Dan satu dorongan keras membawanya kembali dari pusaran kenangan. Dinda melihat sekeliling dan menyadari orang-orang semakin menggila. Dinda melangkah keluar dari lantai dansa dan memutuskan untuk pulang. Panggilan dari teman kencannya tidak lagi dihiraukan dinda yang berlari histeris seakan dikejar pembunuh. Dinda ingin kembali ke dalam kamarnya secepat mungkin.

Dinda menghentikan taksi yang lewat dan menyebutkan alamat apartemennya dengan terengah-engah. Lagi, bayang wajah lelaki itu merasuk pikirannya. Tidak, aku tidak ingin mengingatnya lagi, batin dinda. Untuk mengalihkan perhatian dinda memilih untuk memainkan handphonenya, membuka aplikasi pemutar video. Menjaga pikirannya untuk tidak mengenangnya lagi.

Sesampainya didalam apartemennya keheningan menyambut dinda. Sesal langsung menyerbu dinda karena kesunyian yang didapatinya malah memperparah suasana hatinya. Belum sempat dinda melangkah jauh kedalam apartemennya dinda kembali membuka pintu apartemennya berniat untuk pergi namun airmatanya labih dulu bereaksi dari tangannya.

Sakit yang begitu akrab. Sakit yang menemani dinda begitu lama. Airmata dinda yang jatuh membuat dinda memilih untuk tetap berdiam didalam apartemennya untuk menuntaskan airmata yang dinda tahu tidak akan berhenti dalam waktu yang singkat. Perlahan dinda mendekati ranjangnya, berbaring dan mulai meraung maratapi kesedihan yang tidak hilang oleh waktu. Entah bedebah mana yang mengatakan waktu adalah obat terbaik, sakit yang dialami dinda tidak hilang meski lima tahun sudah berlalu semenjak benih kesakitan ditanam didalam hatinya. Benih itu tumbuh sangat subur, setiap tahun yang berlalu membuat sakitnya semakin menjadi-jadi.

Alkohol yang meracuni darahnya dan lelah akibat menangis membuat dinda tertidur tanpa sadar. Tidur lelap yang akan membawa derita lainnya pada dinda karena hanya dalam mimpinyalah lelaki itu akan menemuinya lagi. Lelaki yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya sekaligus pematah hatinya.

Alam bawah sadar dinda membawa dinda kembali kemasa dimana manisnya cinta mengiringi hidupnya,

" dindin sayang" pangil pria itu.

" ya?" sahut dinda.

" boleh peluk ngak?" pintanya.

" apaan sih! Kita kan lagi disekolah. Kamu ada-ada aja" tolak dinda.

" yah, sebentar aja din"

" aku kan rindu" bujuknya dengan memelas. Percikan rasa senang memenuhi hati dinda karena dinda pun rindu meski hanya dua jam semenjak mereka berpisah karena harus masuk kelas.

" habis ini kan kita harus kekelas lagi" tambah lelaki itu.

Akhirnya dinda memilih untuk memeluk lelaki itu dengan erat yang disambut dengan pelukan yang sama eratnya.

" kamu benar-benar genit"

" kan genitnya sama kamu dindin"

"hmmm"

" HEI, KALIAN" Belum puas mereka berperlukan, teriakan keras menyentak mereka dan langsung panik karena mereka mengenali pemilik teriakan tersebut.

" din, kamu lari sana. Biar aku yang urus pak anto"

"tapi.." lelaki itu langsung menyela.

" sudah cepat sana. Cepat". akhirnya dinda berlari pergi.

kemudian lelaki itu dihukum selama dua minggu untuk membersihkan toilet sekolah. Seharusnya hukumannya hanya seminggu namun karena lelaki itu tidak mengungkapkan identitas wanita yang bersamanya maka hukumannya digandakan.

Dinda merasa sedih karena hanya lelaki itu yang dihukum namun disaat yang bersamaan hatinya juga terbang melambung. Karena lelaki itu mau mengorbankan dirinya sendiri agar dinda tidak ikut terseret.

" kamu kuat membersihkan toiletnya?"

" kamu pertanyaannya aneh"

" ya kalau kamu capekkan biar aku pijitin"

" oh" lelaki itu tersenyum riang

" aku capek sekali dindin"

Hahaha. Dinda tertawa mendengar nada lelaki itu yang berlebihan.

" sini aku pijitin"

Lelaki itu tersenyum penuh makna bersamaan dengan indahnya senyum lelaki itu mimpi dinda beralih kesaat terakhir pertemuan dinda dengan lelaki itu dengan senyuman yang sama.

" dindin, aku akan menikahi kamu. Aku akan mengatakan pada orang tuaku agar mengadakan pernikahan kita. Tunggu aku ya" dinda tersenyum senang mendengar penuturan lelaki itu.

Namun janji yang diucapkan lelaki itu tidak ditepati. Lelaki itu tidak pernah muncul lagi dihadapannya. Begitu saja menghilang dari dunia dinda. Tapi dalam mimpi dinda lelaki itu kembali muncul dengan senyumnya berkata,

" wanita bodoh! Aku tidak akan menikahi kamu. Aku sudah bosan denganmu, jangan cari aku. Anggap saja aku sudah mati"

Hahahahaha. Tawa lelaki itu bergema dalam mimpi dinda.

HAHAHAHA, semakin lama tawa itu semakin besar. Mengejek kebodohan dinda.

" argghhh" dinda terbangun. air mata membasahi pipinya, nafasnya tidak beraturan. Dengan tangan yang gemetar dinda mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang. Panggilan itu tidak langsung dijawab, butuh waktu agak lama sampai panggilan dinda diangkat.

" halo din ini jam dua pagi" terdengar suara serak khas bangun tidur.

" rey,,, hik" panggil dinda. Seketika rey membuka matanya dengan sempurna mendengar isakan dinda.

" kamu kenapa din?"

" kamu... hmmm... kesini ya rey"

" oke... oke. Aku kesana sekarang"

Hanya butuh sepuluh menit untuk rey sampai di apartemen dinda karena mereka berada di satu gedung yang sama. Rey membuka pintu dinda karena rey memang mengetahui sandi pintu apartemen dinda. Rey langsung menuju tempat tidur dinda.

" din... kamu kenapa?"

" rey..." dinda mengangkat tangannya ke arah rey yang disambut rey tanpa rasa canggung sedikitpun.

Dinda memeluk rey dengan sangat erat. Mereka berbaring dalam pelukan masing-masing. Rey akhirnya mengerti apa yang terjadi pada dinda mendengar isakan dinda. Dinda selalu menangis seperti itu disaat dia teringat cinta pertamanya. Rey memilih tidak berbicara pada dinda karena yang dibutuhkan dinda saat ini hanyalah pelukan nyaman.

" aku disini, tidurlah din"

" tidur" kata rey dengan nada pahit.

avataravatar
Next chapter