Lamu berjalan melintasi dunia roh untuk menuju tempat amera berada. Tak lama kemudian ia berhenti di sebuah rumah yang cukup menyeramkan di Cherwood Borough. Rumah itu memiliki 2 lantai dan halaman yang cukup luas, namun ia melihat banyak sekali retakan dan rumah yang sangat kumuh untuk sebuah rumah dikawasan Cherwood Borough.
Lamu dengan tenang berjalan menyusuri taman disekitarnya sebelum berhenti didepan pintu, namun ia dapat merasakan bahwa ada benang tak kasat mata yang mengelilinginya secara perlahan. Dia tahu ini adalah kemampuan seseorang witch.
DOR!!! DOR!!! DOR!!
Lamu menembak tepat di depan pintu dan dapat mendengar erangan samar seorang pria. Dia menghidar kesamping tepat sebuah tombak api hitam muncul membakar pintu dan gerbang depannya.
Lamu mendongak dan melihat seorang wanita yang sangat cantik menatapnya kembali dengan dingin. Wanita ini melompat keluar jendela dengan kecepatan menakutkan mendekatinya. Lamu mengarahkan pistol padanya dan menembak kembali.
Namun ketika tembakan telat dilepaskan ia melihat wanita itu menghilang begitu saja, membuatnya sangat waspada.
ia merasakan sesuatu dibelakangnya dan menghindar dengan melakukan lompatan samping.
"fog." ucap Lamu.
kabut mulai muncul dan mengelilingi tempat itu dan Lamu dapat merasakan dari kabutnya bahwa ada seseorang di depannya, ia langsung melakukan tembakan 3 kali dan mendengar erangan samar seseorang didalam kabut.
Lamu melompat dan muncul disamping witch dan mengambil darahnya dibawah selimut kabut, ia menggunakan Door untuk muncul disamping Amera yang terkejut dengan kedatangannya, namun sebelum ia sempat bereaksi ia melihat orang didepannya menghilang kembali.
"Bajingan mana itu?!" teriak seorang wanita yang muncul di depan pintu sambil melihat tangannya yang berdarah.
"Cukup, dia sudah pergi. kita harus pergi sebelum para Beyonder resmi muncul," ucap Amera.
Namun amera merasa orang barusan cukup familiar namun anehnya ia tidak bisa mengingat siapa itu, seolah iya sudah melupakan orang tersebut.
Sebenarnya tanpa sepengetahuan mereka bertiga yang terlibat dalam pertarungan ketika Lamu muncul kristal yang diberikan oleh Regis hancur ketika ia sampai ditempat Amera. Lamu berpikir bahwa itu karena ia sudah sampai ditempatnya dan tugas kristal itu sudah selesai karena itu hancur. Namun sebenarnya berisi mantra ritual mistik yang merujuk pada domain evernight yang memiliki kemampuan penyembunyian meskipun itu tidak akan berpengaruh pada orang dengan sequence lebih tinggi dari penggunanya. Namun itu sudah cukup untuk menipu mereka berdua.
...
Regis sedang bersantai di dalam kabin keretanya ketika ia melihat pintu kabin kembali terdistorsi dan Lamu muncul kembali ditempatnya. Dia terlihat cukup tenang ketika ia menyerahkan dua botol darah kecil yang mungkin hanya memiliki beberapa tetes darah.
Regis mengangguk dan berkata, "itu cukup, kau melakukannya dengan baik. setelah kita sampai di Mansion datang temui aku di ruang kerja bersama kedua anakmu."
setelah menyimpan kedua tabung itu ia terdiam dan menutup matanya dengan tenang.
Tak lama kemudian ia sampai dimansion miliknya dan langsung berjalan menuju ruang kerja yang dulu milik ayahnya.
Ruangan itu cukup tenang dengan nuansa coklat dan putih yang memberikan kesan ketenangan. ia berjalan menyusuri semua tempat sampai ia berhenti dimeja kerja ayahnya ia melihat banyak berkas yang belum diperiksa dan tersusun dengan rapi di atas meja kaju tersebut.
Regis mendengar ketukan dipintu dan menjawab,"masuk."
kemudian ia melihat Lamu dan kedua anaknya, Reina dan Rein masuk. Mereka adalah kembar namun berbeda gender yang sangat unik. Reina adalah kepala koki keluarga azak dan juga kakak perempuan dari Rein yang saat ini sedang dididik oleh Lamu untuk menjadi penerusnya.
"Kalian sudah disini, aku cukup yakin bahwa ayah kalian telah memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi bukan? jadi bagaimana?" ucap Regis dengan tenang.
Sejujurnya alasan dia melakukan ini adalah karena Lamu sudah seperti ayah untuknya, begitupun reina dan rein mereka telah bersamanya cukup lama karena itu dia lebih bersedia memberikan mereka kesempatan.
Lamu berjalan ke sisi Regis menunjukkan pendiriannya dan membiarkan anak-anaknya membuat pilihan mereka sendiri.
Reina dan Rein saling memandang, reina berkata,"impian kami berdua adalah sama yaitu untuk menjadi beyonder, namun aku tau ayah selalu khawatir tentang kehilangan kendali, namun ini pertama kalinya ia menyetujui ide kami menjadi beyonder karena itu kami berdua lebih dari bersedia untuk mencoba."
Setelah Reina mengatakan hal itu ia berlutut bersama dengan Rein.
melihat pilihan kedua anaknya membuat Lamu menghela nafas kecewa namun kemudian dia tidak ingin melarang mereka kembali karena ia juga memiliki ambisi untuk maju lebih jauh dijalurnya.
"Bagus sekali, karena kalian bertiga telah menyetujui hal ini mari kita memulai ritual penobatan. ikuti aku." Regis tersenyum dan bergegas menuju kamarnya.
ketika mereka sampai dikamar Regis. Reina ataupun Rein tidak merasakan apapun terhadap sekelilingnya mereka hanya merasa ruangan itu lebih nyaman dari biasanya. Namun Lamu sebagai beyonder yang ahli dalam ramalan dapat merasakan intuisinya terus memperingatkan bahaya menakutkan yang tersembunyi disini.
Melihat ketegangan Lamu, Regis tersenyum dan berkata,"tidak perlu khawatir kecuali kau memiliki niat buruk terhadapku itu tidak akan diaktifkan."
Setelah itu ia membuka kompartemen rahasia miliknya dan memasukinya.
Ketika mereka bertiga memasuki ruangan mereka melihat sebuah ritual mystic yang terjalin diruangan ini.
Tepat ditengan terdapat sebuah mawar putih didalam vas putih, mawar dikelilingi dalam segi empat dimana setiap sisinya terdapat sebuah permata safir yang indah dan bagian terluar, ada wewangian kayu, biji coklat dan juga daun mint membentuk segitiga mengelilingi bunga dan safir.
Tepat dibagian atas terdapat sebuah simbol yang menggambarkan sebuah buku yang terbuka dengan menara berdiri diatasnya. Menara itu dikelilingi oleh beberapa garis yang membentuk suatu ritual mistik dengan atapnya yang memiliki mata yang terbuka menatap dari atas menara. tepat disekiling simbol tergambar taburan bintang yang mengelilinginya penuh aura mistisme.
Mereka bertiga dapat melihat bahwa seluruh ritual ini seperti menyebah suatu keberadaan tertentu, mereka bahkan sempat berpikir apakah tuan muda mereka telah menyembah Dewa Jahat.
"Aku tau apa yang kalian pikirkan, semua terserah padamu, sekarang biarkan aku bertanya apakah kalian masih ingin mengikutiku?" ucap Regis tenang setelah melihat pikiran mereka dengan mudah.
Lamu ragu, dia pernah mendengar bahwa dewa jahat sangat menakutkan dan terkadang bahkan meminta pengorbanan manusia. namun diantara mereka Reina lah yang pertama kali melangkah maju.
"Aku tidak peduli apakah ini dewa jahat atau bukan, satu-satunya yang kutau adalah aku mempercayaimu!" ucapnya tegas dan mendapatkan balasan berupa senyuman dari Regis.
"Ayah apalagi yang kau tunggu, aku setuju dengan reina, karena aku bergabung." rein berjalan sambil menepuk punggung ayahnya.
Melihar kedua anaknya maju dengan berani membuat mulutnya berkedut, meskipun dia ragu sejujurnya ia akan tetap mengikuti hal ini, karena seperti yang dikatakan mereka berdua ia mempercaya Regis.
"Ketahuilah ini adalah pilihan terbaik yang bisa kalian lakukan saat ini." ucapnya dengan senyum lembut.
Setelah itu ia membuat mereka berlutut didepan lambang itu dan membuat mereka mengempalkan tangannya dan mencium tepat di ibu jari mereka. meskipun simbol tangan seperti sejujurnya tidak terlalu penting namun ia tetap menyukai, bagaimanapun dia masih anak berumur 18 tahun jika kau tidak mengingat umurnya sepanjang pre-epoch.
"Baca surat tersebut dengan lantang," perintahnya kepada ketiganya.
lamu melihat kertas itu dan melihat hal yang membuat matanya gemetar, menurut yang ia tahu hanya dewa yang bisa membuat 3 baris kosakata yang merujuk pada 'nya'.
Menurut teman beyondernya sebagai demi-god mereka sudah bisa menerima sesuatu yang disebut jangkar menggunakan doa yang ditunjukan pada mereka dan biasanya membutuhkan lebih dari 5 kosakata untuk itu.
Lamu mengambil nafas dalam-dalam dan menatap Regis yang menatap balik dirinya dengan senyuman. membuatnya menghela nafas.
"The white emperor who witnessed the changes of the times,
Supreme ruler of Paradox Hall,
Patron of knowledge, magic and mysticism."
Mereka berdoa dengan gugup namun kesungguhan mereka tidak bisa diremehkan.
Regis yang selama ini hanya memperhatikan, menutup matanya dan tanpa disadari oleh ketiganya ia telah menghilang entah kemana.
Saat ini mereka sangat fokus pada lambang tersebut dan melihat tak lama kemudian lambang itu bersinar dengan suci, mereka melihat sebuah pusaran muncul dan menunjukkan sosok yang sangat agung sedang duduk dengan tenang disekitarnya bintang berterbangan tanpa arah seolah menyanjung sosok tersebut.
Sedangkan dalam paradox hall Regis saat ini melihat bahwa 3 buah bintang telah bersinar dengan terang yang membuatnya tersenyum, semakin terang bintang tersebut semakin kuat iman mereka padanya. meskipun ia tahu semua ini hanya karena rasa percaya mereka pada 'regis' tetap saja membuatnya sangat bersyukur mendapatkan pengikut pertamanya.
Dia mengetuk ketiga bintang dan melihat tiga sosok dalam bentuk astral telah muncul didepannya. mereka menatapnya dengan gugup membuatnya geli.
"Apakah kalian sudah tidak mengenaliku?" ucapnya dengan tenang yang membuat mereka bertiga kaget.
"Regis?!" Reina berteriak namun sebelum sempat ia mengatakan apapun lagi ia berteriak kesakitan dan membuat sosoknya menjadi kabur, bagaimanapun dia hanya manusia biasa.
'Jangan pernah menatap ke dalam domain tuhan' itu satu-satunya pikiran yang muncul didalam benak Lamu dan Rein.