webnovel

Prolog

Bangunan-bangunan terlihat porak-poranda. Orang-orang berlari, seperti menghindari sesuatu. Namun, beberapa dari mereka berlari melawan arah, bersenjatakan pedang, perisai, baju zirah, panah, dan tombak. Mereka tampak seperti sedang menuju titik dimana sumber kekacauan ini bermula.

"Cepat! Selamatkan para penduduk dulu! Sisanya ikuti aku!" ucap salah seorang dari mereka.

"Kau, kau, dan kau! Pergi dan selamatkan yang lain!" lanjut dirinya.

"Siap!"

Ketiga orang yang ditunjuk serta-merta pergi tanpa sepatah kata lagi. Kini sisanya kembali berlari mengikuti pemimpin mereka. Sepanjang mata memandang mereka hanya menemukan tumpukan mayat yang tergeletak tertimpa oleh reruntuhan bangunan. Ini membuat emosi dan kesedihan yang berkepanjangan bergejolak di dalam hati mereka.

"Sial! Tega sekali dia melakukan ini semua! Apakah dia tidak punya perasaan!?" ucap orang yang berjalan di barisan paling depan.

"Kapten, ini sudah kelewatan batas."

"Aku tahu. Namun—" ucapannya terpotong, seperti ada yang mengganjal di tenggorokannya. Mata pria itu menatap tanah sebelum naik dan terbelalak, ia menangkap siluet seseorang di puncak sebuah menara.

Ketiga orang dibelakangnya pun itu terbelalak melihat siluet itu, tidak lain itu adalah dia. Sang iblis yang telah menghancurkan negeri ini dalam lima hari lima malam. Sang pencipta senjata kelas atas yang bahkan kemampuannya tidak dapat ditandingi. Ia bertengger di puncak menara, sebuah pedang panjang berada di tangan kanannya. Itu bagaikan sebuah petir murni yang dapat dipegang. Keempat orang itu bergidik.

"Kita terlambat..."

Mereka sampai dimana seharusnya mereka berkumpul dengan kawan mereka yang lain, namun...fakta mengerikan yang mereka dapatkan. Pandangan mereka terpaku pada tubuh-tubuh yang tergeletak di bawah air mancur yang sudah hancur, bersimbah darah dan gosong terbakar.

Mereka tidak dapat menahan rasa ketakutan mereka disaat melihat orang-orang yang paling mereka andalkan mati di depan mata mereka sendiri.

I-Ini...ini tidak mungkin terjadi! Apakah ini mimpi!? Tidak mungkin 5 pemburu kelas-S kalah melawan...

Pikiran mereka sedikit terhalang dengan kehadiran sang empu yang hampir mereka lupakan. Mata merah menyala dengan tangan yang menggenggam pedang bak sebuah petir murni, menatap mereka dengan tatapan meremehkan nan dingin.

"Maliketh, sang pencipta senjata kelas genesis."

Tak ada siapapun selain mereka yang menatap sang pencipta senjata mematikan dengan aura ketakutan. Mereka tahu bahwa semua orang di wilayah kerajaan telah tewas di tangannya. Pedang yang sedang ia pegang pun pastinya merupakan hasil mahakaryanya.

Pedang Olympus. Itu adalah pedang yang memiliki kekuatan petir mahadahsyat, yang berhasil menyapu seluruh daratan di wilayah selatan kerjaan Marigold.

"Bodohnya..." ucapan itu datang dari mulut Maliketh.

Keempat pemburu yang berdiri di bawah menara bahkan mendengar suara sang empu. Mereka mendongak menatap sang monster yang kini tengah mengambang turun, bak seorang Dewa yang turun dari singgasananya.

"Kalian seharusnya malu atas keserakahan kalian. Semua kekacauan ini harusnya tidak akan terjadi jika kalian tidak dirasuki oleh ketamakan kalian sendiri." Maliketh mengayunkan pedangnya, hanya untuk bergaya.

"Ini sudah keterlaluan, Maliketh! Kau sudah membunuh banyak orang tidak berdosa!" Seorang pemburu menatapnya dengan tatapan penuh emosi, urat nadinya bahkan terlihat di pelipis dan dahinya.

"Membunuh? Ini adalah hukuman yang patut diberikan kepada manusia seperti mereka." ucapnya.

"Aku bodoh. Ya, sekali lagi aku benar-benar bodoh sebab telah mempercayai kalian. Seharusnya aku sudah membunuh pangeran kalian sejak awal dan membuangnya ke dasar Tartarus. Namun...aku malah berteman dengan bajingan itu. Aku sadar bahwa aku hanya dimanfaatkan olehnya untuk menjadi budak dari para pemburu untuk membuat senjata kelas tinggi. Aku sadar..."

"DIAM! ARGHHHH!!"

"MATI KAU PEMBUNUH!!"

"MONSTER!!"

Ketiga pemburu yang emosinya sudah berada di ubun-ubun menyerang Maliketh secara membabi-buta. Tanpa rencana atau persiapan apapun mereka berlari dan siap menghajar bajingan yang telah menewaskan jutaan orang itu.

Maliketh hanya menatap datar mereka bertiga, mengangkat pedang Olympus nya tinggi-tinggi.

"Jangan! Kalian bertiga akan mati! Teman-teman!!"

"Argh!!"

Teriakan dari sang kapten mereka hiraukan, diri mereka sudah dikuasai oleh amarah. Maliketh hanya menatap mereka bertiga dengan iba, menghantamkan pedang Olympus nya ke permukaan Bumi.

BOOMMM!!

Saat itu juga, sebuah sinar yang sangat kuat keluar dari pedang itu disertai dengan suara ledakan dan gelombang kejut yang sangat dahsyat. Itu tampak seperti sebuah ledakan bom– tidak! Tapi seperti sebuah nuklir. Inilah kekuatan dari salah satu senjata Genesis buatan Maliketh.

"Hah..." Maliketh menghela napas pendek. "Semuanya telah berakhir."

Asap tebal membumbung tinggi seperti sebuah jamur, kabut hitam masih menutupi area sekitar. Reruntuhan dan puing-puing bangunan yang masih utuh kini berubah menjadi tanah yang datar. Tidak ada mayat, bangunan, bahkan benda apapun sepanjang Maliketh memandang.

Hendak pergi dari sana, sebuah suara mengejutkan dirinya. Terlebih lagi suara itu membuat buku kuduknya berdiri tegak.

"Maliketh."

"!!"

Tatapan itu sontak merujuk pada sumber suara. Asap hitam nan tebal masih menutupi, namun selang beberapa saat angin menyapu asap itu dan menampilkan bayang-bayang seseorang.

"K-Kau..." Maliketh bergetar. "Bagaimana...bagaimana bisa kau masih hidup!?"

Orang itu tak menjawab, ia berjalan dua langkah ke depan. Tatapannya terisi oleh kesedihan melihat sahabat terbaiknya sudah berubah menjadi sesosok monster. Ia memejamkan mata, lalu berkata.

"Maliketh, sadarlah!!"

"Huh?"

"Kau telah dirasuki oleh rasa takutmu sendiri! Hentikan semua ini sebelum kau menyesal, Mali!"

Perkataan itu lantas dibalas dengan gelak tawa yang keras. "Hahahahahaha!!" Suaranya bak seorang psikopat. Maliketh kemudian menatap sahabat karib nya dengan senyuman mengerikan.

"Aku?? Kerasukan?? PUAHAHAHAHA!! Tidak. Kau sedang melihat jati diriku yang asli, Hiro. Manusia di dunia ini sangatlah tamak dan rakus, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Kau hanya membaca satu bagian dari kisah ini, Hiro. Kau sama sekali tidak paham dengan apa yang terjadi." ucap Maliketh.

"Kau hanyalah anak pungut dari Raja bodoh itu. Tidak ada yang menyayangi mu sama sekali, kau hampir seperti diriku."

Hiro lantas menguatkan kepalan tangannya. Pedang yang ia pedang ia arahkan pada Maliketh. Tatapannya begitu tenang, seakan jika ia dan monster di depannya bertarung, ia sudah tahu hasil dari pertarungan itu.

"Oh, kau ingin bertarung? Bagus..." Maliketh mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, lalu ke arah Hiro.

"Akan ku layani, TEMAN."

Sunyi, itulah yang terdengar. Kini, di atas tanah tandus berdiri dua orang yang akan memutuskan takdir dari dunia ini. Satu yang ingin menghancurkan seberkas cahaya dunia, membawa dunia pada Era Kegelapan, dan satu lagi yang ingin menyelamatkan orang tersayangnya sebelum ia terjatuh ke dasar Tartarus.

CLANG!!

Pertarungan itu pun dimulai. Siapa yang akan memenangkan pertarungan hebat ini?

Hiro, si pedang suci? atau Maliketh, sang pencipta senjata Genesis?

Marigold akan menjadi saksi bisu dari kejadian luar biasa ini. Dimana seorang pria yang dulunya baik hati namun dihancurkan oleh pengkhianatan berubah menjadi momok menakutkan bagi dunia di masa lampau. Namanya akan selalu diingat oleh orang-orang yang membaca buku sejarah.

Maliketh, sang pencipta senjata Genesis.

Next chapter