5 chapter 5 | Teman Lama

Semua anak bersorak riang mendengar bel istirahat berbunyi. Nuke dan Mela segera melenggang menuju kantin. Suasana kantin siang ini ramai dan sesak, Nuke dan Mela harus mengantri terlebih dahulu untuk bisa membeli makanan yang mereka mau.

Setelah mengambil makanan, mereka berdua segera duduk dan melahap makanan pilihan mereka. Namun saat sedang asik makan, tak sengaja mata Nuke menangkap sosok Kenzie yang tengah berjalan dengan dua cewek di sampingnya.

Tubuh Nuke seketika panas dingin, berbeda dengan hari-hari kemarin saat Nuke menganggap biasa kejadian seperti itu, hari ini berbeda, Nuke merasa sangat cemburu.

Gimana nggak cemburu coba? kemarin dia baru saja diperlakukan manis oleh Kenzie, dan sekarang, dia melihat Kenzie beriringan dengan dua cewek sekaligus. Bahkan salah satu dari mereka tak segan menggandeng tangannya. Memang Kenzie tidak menanggapi kedua cewek itu, tapi dia membiarkan mereka terus berada di sebelahnya.

Nuke terdiam. Apa yang sedang dia lihat nyata. Mungkinkah selama ini Kenzie hanya memberinya harapan palsu? Apa dia yang terlalu percaya diri? Atau dia yang terlalu berharap mungkin? Nuke kehilangan nafsu makannya. Dia meletakan sendok dan garpunya di atas piring.

"Lo kenapa Ke?"

Nuke bergeming "Nuke lo kenapa?!" ulang Mela dengan nada yang lebih tinggi.

Nuke menatap Mela, lalu mendengus kesal, Nuke memberikan isyarat dengan kepalanya supaya Mela melihat ke arah dimana Kenzie tengah duduk bersama dua cewek di sampingnya.

"Dih, dasar tebar pesona!" Ucap Mela tak suka.

"Ke kelas aja yuk Mel, ga betah gue di sini" Nuke mulai gusar, dia menunggu persetujuan dari Mela.

Mela berfikir sejenak "Bentar lagi deh, Ke, gue abisin makanan gue dulu ya, laper banget soalnya," ucapnya sambil nyengir kuda.

Nuke menghela nafas malas "Yeh, kalau gitu mending gue abisin makanan gue juga," dia melahap kembali semangkuk makanannya yang masih tersisa setengah.

💌

Setelah sholat dhuhur di masjid, Nuke meletakan kembali mukenanya ke dalam loker. Kali ini dia tidak bersama Mela, Mela tidak pernah melaksanakan sholat, karena memang dia non muslim. Nuke banyak belajar toleransi saat mengenal dan duduk satu bangku dengan Pamella Lara Christian. Walaupun berbeda kepercayaan, mereka tetap menghargai satu sama lain, saling mengingatkan untuk beribadah, dan tetap tolong menolong dalam hal apapun tak terkecuali memberi contekan saat ujian.

Kembali ke Nuke. Mata Nuke membulat sempurna saat menemukan sebatang coklat dengan sticky note bertuliskan 'Buat cewek yang tadi jeuoles' tergeletak di dalam lokernya.

Dahi Nuke bergerak naik, siapa orang yang memberinya coklat dengan kalimat alay seperti ini?

Nuke melihat kesamping kanan dan kirinya, siapa tau pemberi coklat ini belum berjalan jauh dari loker kelasnya. Dia tidak menemukan siapa-siapa, namun saat Nuke berbalik, kepalanya menabrak dada bidang milik seorang cowok yang berdiri di belakangnya.

Kenzie mengangkat satu alisnya sambil tersenyum, seolah berkata "Cari siapa, nih orangnya di belakang kamu". Nuke malu sekaligus gugup, dia alihkan dengan membenarkan posisi poni rambutnya.

"Dari mana lo tau kalau gue jeuoles?" kemarin Kenzie tau nama Nuke entah dari mana, sekarang dia tau-tau aja kalau Nuke cemburu. Cenayang kali ya Kenzie.

"Tuh, barusan lo ngomong" gurau Kenzie. Nuke mengerucutkan bibirnya kesal.

Kenzie tertawa sebentar, lalu Kali ini Kenzie lebih serius "Gue tau, lo liat gue bareng cewek di kantin tadi, lo jeuoles kan?" tebak Kenzie.

"Nggak! siapa bilang?" Sanggah Nuke cepat, walaupun mengelak tapi wajah merah menyalanya membuktikan ucapan Kenzie benar adanya.

Kenzie tertawa menang "Gue suka kok Ke, dicemburuin."

Nuke menutup wajahnya yang memerah panas, dia segera meninggalkan Kenzie, lama-lama di dekat cowok itu, Nuke bisa jadi kepiting rebus.

"Coklatnya nggak mau dibawa nih? Yaudah kalau nggak mau, gue kasih ke cewek lain aja yaa"

Nuke membalikan badanya, berjalan kembali menujun lokernya dengan cepat "Gue lupa," ucapnya sambil mengambil coklat di dalam lokernya. Sebelum Nuke berjalan pergi, Kenzie sempat membisikkan sesuatu padanya.

"Pulang bareng gue, lo mau?"

Nuke terdiam, dia menatap Kenzie sangsi. cowok itu mmmenunggu jawaban darinya.

"Gue harus jawab apa?" tanya Nuke, dengan nada bebisik seperti yang baru saja Kenzie lakukan.

"Lo harus jawab mau," jawab Kenzie masih dengan nada yang sama.

Seulas senyum terbit di bibir Nuke. Nuke tak menjawab, dia malah berjalan meninggalkan Kenzie, baru beberapa langkah, Nuke berhenti lalu membalikan badanya.

"Ok, gue mau,"

Kenzie tersenyum senang "Makasih buat coklatnya."

Nuke menghentikan kembali langkahnya, dia menepuk dahinya pelan, dia lupa berterimakasih pada Kenzie karena telah memberinya coklat. Dia menatap Kenzie yang menatapnya sambil menunggu ucapan terimakasih darinya. Tapi, bukanya berterimakasih, dia malah mengatakan "Sama-sama."

"Eh" Kenzie menggeleng seraya tersenyum menatap kepergian Nuke.

💌

Mela menatap Nuke tidak menyangka "Beneran coklat ini dari Kenzie?"

Nuke mengangguk tanpa menghilangkan senyum di bibirnya. Dia juga tidak menyangka Kenzie akan memperlakukanya semanis ini, padahal dia baru saja menganggap Kenzie tidak serius padanya. Tuhan, kenapa dari sekian banyak cewek cantik di sekolah, Kenzie memilih memeberikan perhatianya pada Nuke?

Ya. Nyatanya, cewek cantik itu kalah sama cewek yang menarik, dan cewek menarik, akan kalah sama cewek yang beruntung. Nuke termasuk salah satu yang mana?

Kalau dibilang cantik, Nuke memang cantik, Keturuan dari keluarga ayahnya, kearab-araban gimana gituh. Namun masih banyak cewek di sekolah ini yang lebih cantik dari Nuke.

Dibilang menarik, kurang tepat, yang benar Nuke sangat menarik. Saking menariknya sampai bikin ilfeel, tapi menyebalkannya, dia juga ngangenin kalau nggak ada. Maybe, kata Mela sih begitu.

Kalau dibilang beruntung, bisa iya bisa nggak. Nuke sangat beruntung, karena dia bisa dekat dengan Kenzie, tentunya bukan perkara mudah untuk mendapatkan kesempatan itu. Namun jika dibilang itu sebuah keberuntungan, tidak juga, Nuke tidak semenyedihkan itu, dari sekian limit cowok yang menyukainya, dengan penuh kesadaran mereka menyukai Nuke dengan alasan Nuke cantik dan menarik.

Jika berbicara suka atau tidak suka, cinta atau tidak cinta, pada hakekatnya persoalan hati tersebut tidak punya alasan. Cantik, ganteng, menarik, hanyalah sebuah ciri khas relatif. Semua punya tingkatnya, menurut selera masing-masing.

Di dunia ini, banyak cewek yang nggak cantik tapi punya cowok yang ganteng, karena menurut si cowok, ceweknya udah memenuhi standar cantik untuk dijadikanya pacar. Begitu pula sebaliknya. Semua itu terbatas pada kepuasan hati. Dimana dan untuk siapa hati kita akan jatuh, itu sudah menjadi sekenario tuhan yang kita sebut sebagai 'takdir', sesuatu yang penuh kejutan.

"Dia juga ngajak gue pulang bareng," Mela kembali dibuat takjub dengan ucapan Nuke. Sedikit tidak menyangka, kalau hubungan sahabatnya akan berkembang sepesat ini.

"Sumpah?"

Nuke hanya mengangguk. Dia membayangkan saat-saat dia pulang sekolah bersama Kenzie nanti. Untunglah Dimas sudah berangkat kuliah kembali, jadi Nuke tidak membawa motor ke sekolah. Bayangkan saja betapa senangnya Nuke, berboncengan berdua dengan Kenzie, kemudian Kenzie bilang "pegangan Ke," sambil menuntun tangan Nuke melingkari perutnya. Wahh, senangnya dalam hati.

Mela memandang Nuke cringe, sahabatnya itu senyam senyum sendiri. Kalau Mela jadi Upin atau Ipin, batinya pasti sudah berkata ' Macam tak betul je budak ni'. Namun dia tidak ingin merusak kebahagiaan sahabatnya ini, dia membiarkan Nuke berkhayal sesuka hatinya. Asalkan Nuke bahagia, dia juga bahagia

Mela bernyanyi riang di dalam hati sambil tersenyum, menatap Nuke, yang juga tengah tersenyum sendiri.

💌

Nuke duduk dengan gusar di depan kelasnya. Sesekali dia menatap kelas Kenzie, menunggu cowok hitam manis itu muncul dari dalam kelas. Dia sudah tidak sabar, tapi juga merasa tidak siap. Dia terbiasa bertingkah blak-blakan dengan Mela, dia takut lepas kendali saat bersama Kenzie nanti. Bisa gawat kalau dia sampai membuat Kenzie ilfeel.

"Lo ngapain masih di sini Bab?"

Nuke menatap malas seseorang yang berdiri di ambang pintu kelas "Lagi nungguin Kenzie, kenapa emang?"

"Cih, nungguin Kenzie apa nahan pipis? pucet banget muka lo."

Nuke memegang wajahnya, apa benar yang dikatakan Kenzo?. Dia mengeluarkan kaca kecil dari dalam tasnya. Dilihatnya wajahnya yang merah padam dengan bibir pucat pasi. Ya ampun, bahkan dia belum bertemu Kenzie, tapi sudah gugup setengah mati.

"Tapi gue masih keliatan cantik kan?" ucap Nuke penuh percaya diri, bercanda sedikit untuk menghilangkan rasa nervousnya. Kenzo bergidik geli. Dia menatap Nuke sambil menggelengkan kepalanya. Nuke membalasnya dengan memicingkan tajam matanya.

"Darto, lo nggak perlu sekagum itu ngeliat gue, gue emang cantik, dan gue sadar itu kok" lanjut Nuke sambil tersenyum sombong.

TAK

Sebuah jitakan berhasil mendarat di dahi Nuke "Nggak usah kepedean deh, muka lo itu udah kaya monyet bekantan tau nggak! Kok bisa-bisanya sih, Kenzie mau sama Lo? Udah jelek ngeselin lagi"

Nuke menatap Kenzo sebal, dia berdiri dari tempat duduknya, sambil mengepalkan tangannya hingga terdengar bunyi gemletuk dari tulang jari-jari Nuke yang saling beradu. Cowok itu benar-benar menjatuhkan harga dirinya. Sudah tidak bisa ditolerir lagi.

kenapa cowok ini hobi sekali membuatnya naik darah sih? Nuke mendekatkan langkahnya pada Kenzo. Dan.

BUKK

"Huah!"

Nuke menutup mulut dengan kedua tanganya. Pukulan sekuat tenaganya baru salah sasaran. Kenzo berhasil mengelak. Galang syok, terkejut terheran-heran. Dia yang hendak keluar kelas tiba-tiba dihadiahi pukulan keras dari Nuke. Sementara Kenzo tidak bisa menahan tawanya, dia memegangi perutnya yang kaku sebab tertawa terpingkal-pingkal.

"Lo mau ngajak gue baku hantam, huh?!" serbu Galang kesal. Dia memegangi pipi sebelah kananya yang baru saja menjadi korban emosi tak beralasan Nuke.

Salah Galang apa coba?

"Sory Lang, gue nggak sengaja," Nuke benar-benar merasa bersalah. Dia menatap Galang tak enak hati.

"Galang maafin gue," Nuke kembali berucap. Dia melihat pipi kanan Galang mulai berubah membiru.

Galang menghela nafasnya, dia malah jadi tidak tega melihat Nuke memelas seperti itu.

"Jangan maafin dia Lang, kemarin aja dia nggak mau maafin kita."

Nuke melotot pada Kenzo, kompor! Nuke ingin sekali menyumpal mulut Kenzo dengan batu.

"Darto! lo jangan jadi setan ya!"

Namun bukan Kenzo namanya kalau nggak buat orang naik pitam. Dia menjulurkan bibir bawahnya mencoba membuat Nuke kesal dengan meledeknya. Dasar Kenzo autis. Nuke tak mau menggubris Kenzo, dia kembali menatap Galang.

"Lang plis maafin gue."

"Gue maafin, tapi syaratnya lo harus maafin kita juga," ucap galang sangsi.

Tentu saja Nuke mengangguk mengiyakan "Iya, gue maafin lo."

Kenzo yang semula cengengesan seketika, menatap Nuke tidak terima "What! cuma 'Lo', terus gue?"

Nuke melipat tanganya di depan dada "Lo harus bilang Nuke cantik dulu, baru gue mau maafin," tawar Nuke. Ini impas namanya, Kenzo sudah membuat Nuke kesal, wajar jika dia ingin memaafkanya dengan cara yang menyebalkan.

"Jangan harap! Meding gue peluk Juminten! dari pada bilang lo cantik!"

Nuke tersenyum meremehkan "Yaudah kalau lo nggak mau, lagian gue nggak perlu juga pengakuan dari lo, karena tanpa lo bilang, semua orang juga udah tau kalau gue itu cantik," ucapnya angkuh. Dia berjalan melewati Kenzo dan Galang sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Dasar! Kera sumbang."

Nuke menunjuk Kenzo dramatis. Kenzo dan Galang menatap Nuke sambil tersenyum heran.

"Sekali lagi lo ngatain gue, gue bakal-" Nuke menggantungkan uapanya.

"Lo bakal apa?" Tanya Kenzo. Dia menunggu kalimat Nuke selanjutnya.

"Gue bakal nangis."

Dua cowok itu tersenyum masam "Lo bisa normal dikit nggak, sih, jadi cewek? heran gue sama lo" Galang menggeleng heran menatap Nuke. Memang ya, aneh dan unik itu sulit dibedakan.

"Bodo amat, bye, Kenzie udah keluar."

Nuke melangkah mendekati Kenzie yang sudah berdiri menunggunya. Nuke tidak bisa berhenti tersenyum, dia bahkan tidak bisa menahan senyumnya. Bagaimana bisa? ini akan menjadi hari paling menyenangkan untuknya. Nuke harus banyak tersenyum untuk membuat momen ini semakin manis.

"Heh!" Kenzo berseru.

Nuke dan Kenzie menoleh "Ati-ati lo, jalan sama dia," Kenzo memberi Kenzie peringatan.

"Kenapa emang?"

"Dia.... suka ketawa-ketawa sendiri" mereka berdua tertawa, Kenzie juga ikut tersenyum kecil. Nuke berusaha menahan kesalnya. Stay cool, jangan sampai dia berubah jadi Hulk di depan Kenzie.

"GA ME GA ME GA" samar-samar Nuke mencoba mengeluarkan jurus Goku, kartun kesukaannya untuk menghilangkan dua cowok terkutuk itu. Namun sia-sia saja, mereka masih berdiri di sana, menertawakanya.

💌

"Nuke!" Nuke membuyarkan lamunanya. Kenzie menyerengit, menatap Nuke dari kaca sepion. Sejak dari sekolah, gadis itu terus diam "Lo kenapa?"

Nuke mendengus, dia menatap ke pinggir jalanan "Gue masih nggak habis pikir sama mereka berdua, emang nggak cape ya, julitin orang mulu?"

Bukan hanya orang, bahkan mereka berdua pernah dengan sengaja melempar kucing dari kelas mereka yang berada di lantai dua. Coba aja kalian pikir, masih waras nggak mereka?. Seandainya tidak berdosa, udah Nuke cubit leher mereka pake gunting.

"Mereka siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan Galang sama Darto."

"Darto?" Kenzie berucap sedikit tertawa "Kenzo maksudnya?"

Nuke mengangguk "Selain pantes dipangil Darto, gue juga nggak rela kalau nama dia mirip sama nama lo."

Kenzie tertawa, membuat orang yang berlalu lalang menatap ke arahnya "Nama kita emang sengaja dimiripin Ke."

"Maksudnya?" dahi Nuke berkerut bingung. Sengaja dimiripin? Lucu, bahkan Kenzie mengucapkanya sambil tertawa. Apa dia senang, namanya disejajarkan dengan cowok menyebalkan macam Kenzo.

"Gue sama Kenzo dulu punya cerita."

"Cerita? Cerita apa?" Kenzie membuat Nuke semakin bingung sekaligus penasaran. Namun, bukanya menjawab, Kenzie malah membelokan motornya menuju sebuah cafe.

"Masih setengah empat, kita makan dulu yuk, gue traktir," tanpa menunggu persetujuan Nuke, Kenzie membawa Nuke masuk ke dalam cafe bertema fintage ini.

Nuke melahap satu persatu chiken teriakinya, begitu pula Kenzie yang memesan makanan sama denganya. Dia meletakan sumpitnya, melipat kedua tanganya di atas meja lalu menatap Kenzie, cowok itu terlihat tenang-tenang saja, seolah melupakan sesuatu.

"Zie, lo belum jawab pertanyaan gue, soal cerita lo sama Kenzo."

Kenzie tersenyum kecil tanpa mengalihkan fokus matanya pada makanan "Lo masih mikirin itu?"

"Abisnya lo bikin gue pensaran."

Kenzie menghentikan aktivitas makanya, dia duduk lebih tegap, tak lama dia memulai ceritanya.

"Jadi Ke, nyokap gue sama nyokapnya Kenzo itu berteman, dulu mereka satu kampus, satu angkatan, satu fakultas, bahkan satu jurusan, kayak lo sama Mela, mereka akhirnya jadi sahabatan. Singkat cerita, mereka sahabatan sampai punya pasangan masing-masing, tapi mereka masih kemana-mana berdua, bahkan mengandung dalam waktu yang berdekatan." Kenzie menjeda sebentar ceritanya untuk minum.

"Terus Zie?" Nuke tidak sabar untuk mendengar kelanjutan ceritanya.

"Dari sebelum mereka mengandung, mereka udah nyiapin nama buat anak mereka masing-masing, ya sebagai pertanda kalau mereka sahabat sejati. Mereka merencanakan nama yang keren tapi agak miripan, dan terpilihlah nama Kenzie dan Khanza, tapi karena waktu kecil Khanza sering sakit, akhirnya, di usia yang ke enam tahun nama khanza di ubah menjadi Kenzo, dan lucunya setelah ganti nama, sakit Khanza langsung sembuh. Gue sih berfikir, sembuhnya dia bukan karena ganti nama, tapi karena tuhan udah menentukan waktunya Khanza untuk sembuh, dan itu bertepatan saat Khanza ganti nama."

Nuke masih menatap Kenzie "Berarti secara otomatis, lo berteman dong sama Kenzo, tapi kok, gue nggak pernah liat kalian akrab ya?"

Kenzie menyuapkan satu potong kecil daging ke mulutnya, mengunyahnya dan menelanya sampai tandas. Dia kembali menatap Nuke setelah itu.

"Dulu kita emang deket, kita satu kelas sampai kelas 4 sd, tapi ada sebuah kejadian yang bikin kita canggung untuk kembali berbicara, waktu itu, ceritanya gue lagi berangkat sekolah sama Kenzo, gue nggak tau kalau saat itu Kenzo lagi bad mood, gue jalan dibelakangnya, gue ngajak dia bercanda dengan cara nginjek bagian belakang sepatunya, beberapakali gue lakuin itu dan beberapa kali Kenzo hampir jatuh karena itu, tapi Kenzo nggak bereaksi apa-apa, dia diem aja sambil terus jalan."

Nuke tertawa, dia membayangkan wajah murung Kenzo ketika menahan kesabaranya saat itu. Dia yakin ekspresi Kenzo saat itu pasti seperti ini, pipinya mengembung, wajahnya merah, dan nafasnya kejar-kejaran. Rasanya Nuke ingin mencubitnya gemas "terus-terus."

"Ya, gue nggak menyerah dong, gue coba lagi injek sepetunya, dan kayaknya Kenzo udah kehilangan kesabaranya, dia balik badan, lalu dorong gue sampai jatuh sambil bilang, MAKSUDNYA APA NGINJEK-INJEK SEPATU AKU, KAMU PENGEN AKU JATUH!! Nggak tau kenapa, gue juga nggak terima dapet respon kayak gitu dari kenzo, gue berdiri gue bales dorong kenzo, Kita berantem dijalan, bukan pukul-pukulan sih, cuma adu mulut, dan setelah kejadian itu, kita nggak pernah bertegur sapa, apa lagi bercanda"

"Kenzo memilih pindah tempat duduk bareng temen yang lainnya, dan gue nggak keberatan, gue juga kesel sama dia, kita nggak pernah main bareng lagi saat nyokap kita ketemuan atau arisan sama temen-temen mereka, suatu hari, gue sadar kalau gue yang salah, gue berniat minta maaf sama dia, tapi waktu pagi harinya, saat gue mau berangkat sekolah, nyokap gue bilang kalau Kenzo pindah keluar negeri sama orang tuanya, karena urusan kerja papahnya."

"Tapi gue yakin, bukan itu yang bikin kita nggak akrab lagi, kita udah lama nggak ketemu, tanpa komunikasi, sementara kita terus bertumbuh, sifat kita mulai berubah, mungkin dia merasa kalau sifat gue sekarang nggak cocok dengan sifatnya saat ini, dia butuh teman yang lebih sejalan, dan orang itu bukan gue, gue sama sekali nggak keberatan, toh, dia masih balas senyum gue kalau gue senyum sama dia"

Nuke ber'oh ria mendengar cerita singkat dari Kenzie. Nuke kembali menatap Kenzie, tapi kali ini sulit diartikan "Lo mau maunya aja sih, Ken, nama lo dimiripin sama Darto?"

Kenzie tertawa renyah "Ya kali Ke gue nolak, orang pas akikahan aja mata gue masih setengah merem" ujarnya, membuat Nuke ikut tertawa.

"Walaupun nama kita mirip, yang penting lo kan sayangnya sama gue"

"Uhuk" Nuke meminum coklat caramelnya sebab tiba-tiba sesuatu menyakiti tenggorokanya. Kenzie tersenyum, karena minum terlalu buru-buru, banyak bekas coklat di sudut bibir Nuke. Kenzie mengambil selembar tisu yang tersedia di atas meja. Pelan-pelan dia membawa tisu itu menuju bibir Nuke dengan tanganya. Namun belum sampai menyentuh bibir tiba-tiba saja...

Byurrr

Seorang pelayan cafe hampir tersungkur karena tidak berhati-hati saat berjalan. Walaupun tidak jatuh, tapi naas, satu gelas es kopi yang dia bawa tumpah mengenai Kenzie yang duduk persis di sampingnya. Kenzie berdiri dari bangkunya, untung saja kopi itu dingin, coba kalau panas, pasti sudah melepuh badan Kenzie.

"Sini gue bantuin bersihin," Nuke mengambil beberapa lembar tisu, lalu mengelapkanya pada seragam Kenzie yang terkena tumpahan kopi. Kenzie tidak marah, dia hanya merasa kesal. Dia menghela nafasnya berat lalu duduk kembali.

"Maaf mas, saya nggak sengaja," Ucap si pelayan dengan nada bersalah.

Kenzie mengangguk dengan senyum yang dipaksakan "iya."

Si pelayan pergi sambil merutuki dirinya. Nuke menatap Kenzie, mereka sudah selesai makan, alangkah baiknya jika dia mengajak Kenzie pulang.

"Udah sore Zie, kita pulang yuk," Kenzie menyetujui ajakan Nuke. Mereka berjalan keluar setelah membayar makanan di kasir.

Kenzie tersenyum, dia akan membuat mereka cangggung jika dia diam saja. Walaupun kesal, ini bukan kesalahan Nuke, jadi dia harus tetap bersikap hangat pada cewek itu. Kenzie memberikan satu helmnya pada Nuke.

"Makasih Ke."

Nuke menautkan satu alisnya "Buat?" apa Kenzie sedang memberi kode, tapi dia tidak lupa berterimakasih saat Kenzie membayarkan makanannya tadi.

"Makasih udah nemenin gue sore ini."

Nuke mengangguk, dia tersenyum, seharusnya dia yang berterimakasih untuk itu. Dia naik ke motor Kenzie, menunggu cowok itu melajukan motornya.

"Kalo lo takut jatuh, pegangan gue juga nggak papa."

Nuke mengeratkan tanganya pada hoodie cowok itu. Tak lama, Kenzie melajukan motornya dengan kecepatan sedang, menembus ramainya kota Palembang yang makin sore makin ramai.

avataravatar
Next chapter