14 Chapter 14 | Untuk kedua kalinya

Awkward. Sudah berulangkali Kenzie mengajak Nuke bicara, namun cewek itu tetap diam, bahkan tidak mau menatapnya. Kenzie bingung harus mengatakan apa lagi. Semua orang di kelas berusaha tidak memperhatikan mereka dengan mencari kesibukan sendiri, walau pada kenyataanya, sesekali mereka menatapnya dan Nuke penasaran.

"Gue udah nggak ada rasa sama dia," ucap Kenzie sambil terus menunduk. Rasanya terlalu ciut untuk menatap Nuke yang sama sekali tidak perduli dengan keberadaanya.

"Nuke," Kenzie meraih tangan Nuke, menggenggamnya, membuat cewek itu menatap ke arahnya.

"Gue cuma suka sama lo!" tegas Kenzie.

"Tapi gimana kalau dia masih suka sama lo?" Nuke mencoba memancing Kenzie, ingin tau seberapa serius cowok itu kepadanya.

Kenzie terdiam, cukup lama, lalu berkata "Gue nggak tau."

Nuke tertawa sinis, lalu dengan kasar melepaskan tanganya dari genggaman Kenzie. dia menggeleng pelan. Bagaimana seorang cowok bisa selabil ini?

Kenzie menarik kembali tangan Nuke, namun dengan cepat Nuke menolak "Apapun yang terjadi, intinya gue nggak akan pernah ninggalin lo," tukasnya lirih, Nuke masih tidak mau menatapnya "Gue janji."

Nuke menghela nafasnya pelan. Hatinya mulai meluruh. Dia biarkan Kenzie menggenggam tanganya kembali.

"Percaya sama gue."

Nuke sedikit tersenyum, lalu mengangguk. Membuat wajah Kenzie kembali berbinar. Kenzie pastikan hal seperti ini tidak akan terulang kembali.

Walau di sisi lainya, dia tak tega juga melihat kondisi Amara. Dia cewek baik, Kenzie mengenalnya sudah lama. Dia pernah jadi orang terdekatnya, tak bisa dipungkiri kalau Kenzie ingin selalu membantunya, walau hanya sedikit.

šŸ’Œ

Hari jum'at sore. Nuke kembali duduk di bangku bus. Kenzie ada eskul pramuka, begitupula dengan Mela, tidak ada yang bisa mengantarnya pulang, Dimas mana mau panas-panas seperti ini menjemputnya. Tapi tidak apa-apa, Nuke juga rindu pulang sekolah dengan bus sekolah.

"Hai."

Sapa seseorang. Nuke tersenyum "Hai," balasnya.

"Boleh duduk di sini?" izinya.

"Duduk aja."

Rio mengeluarkan dua buah permen dari dalam tasnya, lalu mengulurkanya satu pada Nuke.

"makasih," ucap Nuke. Dia membuka bungkus permen itu lalu melahap isinya.

Bus mulai berjalan Menembus kota Palembang, lagu yang disetel pak supir mengiringi perjalan pulang orang-orang di dalamnya. Rio terdengar bernyanyi. Suaranya bagus, bahkan lebih bagus dari suara penyanyi aslinya.

Nuke tersenyum pada Rio "Lo bisa nyanyi ternyata."

Rio hanya mengangkat kedua alisnya. Saat dia melepas kacamatanya, Nuke baru sadar kalau Rio benar-benar cowok yang ganteng.

"Lo udah ganteng, pinter nyanyi, pasti cewek lo seneng bisa dapetin lo."

Rio tertawa, menampakan deratan gigi putihnya dan gingsul yang membuatnya terlihat lebih tampan "Aku jomblo."

Nuke berdecik "Cowok ganteng rata-rata mah gitu yah, banyak yang suka, tapi sombong."

"Bukan sombong, tapi keren" sela Rio "Cowok keren itu, cowok yang nggak mau pacaran walaupun tau banyak yang suka, Gue nemu kata-kata itu dari internet"

Mereka berdua tertawa, tapi benar juga sih. Tidak berbeda jauh dengan Kenzie, dia ganteng, banyak yang suka, tapi baru sekali pacaran, dan itu sekarang, dengan Nuke. Waw, Nuke merasa sangat istimewa.

"Emang lo nggak pengin punya pacar?"

Rio tampak berfikir "Sedikit, kalau aku mau, aku tinggal pilih cewek-cewek yang suka sama aku."

"Terus masalahnya?"

"Masalahnya, banyak cewek yang ngejar-ngejar aku, tapi aku hanya mengejar satu cewek. Dia sangat berbeda dari cewek-cewek yang lainya, tapi sayang, dia sulit di gapai. Perlu cara yang berbeda untuk dapetin hatinya, dan itu butuh waktu yang lama."

Nuke tersenyum simpul mendengar, penuturan Rio. Cowok itu terlalu melankolis, tapi cukup romantis.

Bus mulai menurunkan satu persatu penumpangnya, dan kini Nuke sudah berada di tujuanya. Dia melambaikan tanganya pada Rio setelah turun dari bus, cowok itu membalas, kemudian bus mulai melaju kembali.

šŸ’Œ

"Hallo! ngapain lo nelfon gue?!" Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba Galang menelfon Nuke di pagi-pagi buta seperti sekarang ini.

"Lo sama Mela ke sini dong, mamih gue pengin main sama anak cewek nih."

Nuke menjatuhkan dagunya, dia melihat jam yang menempel di dinding. Masih pukul lima pagi, Nuke menghela nafas panjang, harus dia relakan waktu tidurnya hari ini untuk menghibur seorang tante-tante.

"Oke, gue sama Mela ke rumah lo sekarang, jangan lupa! Sediain kita sesajen yang banyak."

"Iya, brisik!"

Nuke menyrengit "Udah ngepotin, nyolot lagi," ucapnya saat sudah menutup telfon.

Setengah jam bersiap, kini Nuke sudah keluar dari kamarnya. Dimas yang melihatnya pagi-pagi begini sudah rapi langsung memberikanya komentar.

"Pagi-pagi udah mau pergi pacaran," cibirnya, Nuke hanya berjalan melewatinya tanpa berniat menjawab. Kakaknya memang manusia paling sok tau.

Kalau bukan tante Sarah yang meminta, akan Nuke abaikan saja permintaan Galang. Tapi tidak bisa dia pungkiri, dia juga senang bertemu kembali dengan mamih Galang. Sangat ramah, asik,Ā  penyayang, dan juga moderen, Nuke suka sekali gayanya.

Baru membuka pintu, Nuke dikejutkan dengan penampakan Mela yang sudah berdiri di depan pintu.

"Lo mau kemana Ke?" tanya Mela.

"Ke rumah Galang, nih gue baru mau berangkat ke rumah lo."

"Dia juga nyuruh gue ke rumahnya, pake alesan mamihnya pengin main sama anak cewek lagi."

Nuke terkekeh, Mela belum mengenal Sarah. Dia pasti merasa senang setelah bertemu dengan wanita paruh baya itu nanti "Yaudah yuk, berangkat."

"Mau kemana?" tanaya Dila, dia baru saja pulang dari tukang sayur keliling langgananya.

"Mau ke rumah temen," jawab Nuke jujur.

"Jangan pulang malem ya, ayah hari ini pulang."

Nuke hanya tersenyum. Antara harus senang atau sedih. Keluarga Nuke lengkap, tapi yang melengkapi keluarganya bukan orang yang dia inginkan. Ayah Fendi, ayah barunya, adalah orang yang sangat baik. Nuke kadang merasa jahat, karena sampai sekarang, dia masih memperlakukan laki-laki itu sebagai orang baru dalam hidupnya. Bagaimana lagi, menggantikan seseorang yang paling kita sayangi, adalah sesuatu yang mustahil, untuk diterima dengan senang hati, dan diberikan kasih sayang sama.

šŸ’Œ

"Tumben, cepet," komen Galang saat melihat Nuke dan Mela sudah sampai di rumahnya. melihat jam di tanganya, pukul enam kurang sepuluh menit, lima puluh menit dari waktu dia menghubungi dua cewek itu. Luar bisa bagi seorang cewek, untuk berdandan dan menempuh perjalanan yang cukup jauh.

"Banyak omong lo, Lang! Nih jaket lo, udah gue cuci," Nuke mengulurkan sebuah paper bag berisi jaket Galang yang dia pinjem kemarin.

"Gimana ceritanya lo bisa pinjem jaket Galang?" tanya Mela, belakangan ini Nuke sangat tertutup padanya.

"Lebar ceritanya," jawab Nuke asal.

"Panjang Nuklir" ralat Galang sambil menylenehkan namanya.

"Gue udah kesel ya dipanggil abab sama Darto!" protes Nuke sambil menunjukan gimik kesal.

"Woy, nggak usah bawa-bawa gue!" teriak seseorang dari dalam. Semua menatap ke arahnya, ternyata Kenzo ada di rumah Galang, terlihat dia sedang bermain PS di ruang keluarga.

"Yaudah masuk, kelamaan berdiri di depan pintu pamali tau, kalian bisa jadi prawan tua," cloteh Galang. Nuke dan Mela masuk sambil menggerutu kesal.

Sudah dua kali Nuke masuk ke dalam rumah ini, tapi masih saja dia kagum dengan isi di dalamnya. Saat melewati ruang keluarga, Nuke menemukan Kenzo sedang menatapnya dengan pandangan yang sangat aneh.

"Lah nih anak nih, kenapa kemarin lo nggak berangkat?" Mela bertanya, mengingat hari Jum'at kemarin cowok itu tidak hadir di sekolah.

"Gue sakit, kenapa emang?" jawab Kenzo sinis, sambil memasang wajah datar tanpa ekspresi. Sangat menjengkelkan.

"Waduh! Baru tau gue cucunya firaun bisa sakit," Mela tergelak dengan ucapanya.

"Astagfirullah," ucap Kenzo pelan, sambil menatap Mela kasihan, seolah teman ceweknya itu baru putus saraf otak.

"Ayok ah Mel," ajak Nuke. Mereka berjalan menuju halaman belakang setelah Galang mengatakan mamih-nya menunggu di sana.

Benar saja, Sarah tengah duduk di sebuah bangku di tengah halaman. Wanita itu tampak sangat senang dengan kehadiran dua gadis di rumahnya. Yakin seratus persen, Sarah sangat menginginkan anak perempuan.

"Akhirnya, selama tujuh belas tahun, Galang dapet temen cewek juga," ucap Sarah gembira. Nuke dan Mela hanya saling menatap heran. Sebegitunya kah Galang?

"Dari kecil, Galang tuh sama sekali nggak pernah main sama cewek, lebih tepatnya nggak ada cewek yang mau main sama dia sih," Sarah terkekeh sebelum melanjutkan kembali ucapanya "Soalnya Galang itu anaknya usil banget, pernah waktu sd dulu temen perempuanya di jambak karena risi liat rambutnya kepanjangan, nggak jarang juga tante di samperin sama orang tua temenya Galang, mereka marah-marah karena anaknya di usilin sama dia, makanya Galang jarang punya temen, terutama temen cewek."

Mereka tertawa pecah. Nuke dan Mela baru sadar, memang tepatlah Galang bersahabat dengan Kenzo, sama-sama jail tingkat dewa. Namun jujur, jika terus bersabar, mereka akan melihat sisi baik dari dua cowok itu. Seperti halnya kemarin, saat mereka menemukan Nuke di tengah hujan, untuk pertama kalinya Nuke merasa sangat bahagia punya teman cowok.

Sarah sangat menyenangkan, bercerita denganya seperti bercerita kepada seorang remaja. Nuke dan Mela sangat sejalan dengan tingkah lakunya. Bukan hanya itu, tanpa jaim dia menceritakan banyak rahasianya dan kejadian konyol saat kuliah dulu. Dia membuat orang di dekatnya merasa nyaman.

"Udah mau siang nih, kalian bantuin tante masak ya."

Tanpa ragu Nuke dan Mela menjawab dengan serempak "siap Tan!"

šŸ’Œ

Kebisaan Mela yang sangat Nuke benci. Cewek itu tengah megutak utik lubang hidungnya. Nuke menelan salifnya dalam-dalam "Lo nggak di selingkuhin karena ngupil di depan Kemal kan?"

Mela melotot, tidak terima dengan pertanyaan dari Nuke "Enak aja, ya nggak lah, gue nggak pernah ngupil di depan Kemal," ucapnya kemudian melanjutkan aktifitas absurdnya.

Galang dan Kenzo datang sambil menenteng kantong plastik besar berisi empat bungkus mie ayam, dan empat cup es madura, makanan jitu yang tepat di makan sore-sore begini.

Sarah ada pemotretan hari ini, dia baru pergi satu jam yang lalu. Galang mencegah Nuke dan Mela yang hendak pulang, dengan mengajak mereka berdua makan mie ayam. Wadaw moment yang sangat langka, kapan lagi bisa ditraktir sama Galang.

"Aduh punya gue pedes banget," keluh Galang, bibirnya yang tebal kini jadi terlihat doer sebab kuah mie ayam rasa cabenya.

"Ati-ati lo, entar ambeyen lo kambuh," Kenzo memberikan peringatan. SampaiĀ  penyakit yang bisa dibilang cukup privasi pun dia tau. Benar-benar sahabat karib.

"Ke," panggil Kenzo. Nuke hanya menaikan sebelah alisnya sebagai jawaban"Lo beneran nggak mau nglanjutin misi yang kemarin? Masih ada kelas dua belas loh, yang belum kita cek,"

"Iya Ke, Kita udah ada bekal Ari. B, lo nggak penasaran apa?" tambah Galang.

Nuke menaruh mangkuk berisi mie ayamnya, lalu menatap teman-temanya satu per satu "Emang kalian nggak takut, kejadian kayak Arianto ke ulang lagi?"

"Kalau lo mau lanjutin, kita janji bakal lebih teliti," ucap Kenzo.

Nuke menatap Mela, entah mengapa merasa butuh persetujuan darinya. Seolah mengerti, Mela berucap "Whatever, tapi gue siap sedia buat bantu kok."

Nuke mengangguk, lalu mengatakan setuju "Kita lanjutin senin besok, setelah pulang sekolah," tuntasnya, lalu semua temanya mengangguk setuju.

Di tengah-tengah acara makan mereka. Hanphone Nuke berdering, Nuke segera mengangkatnya karena ibunya yang menelfon. Dia harus keluar rumah karena sinyal di dalam rumah Galang jelek.

"Iya bu, ini udah jelas."

"Ayah udah pulang nih, kamu nggak mau pulang?"

"Iya, bentar lagi Nuke pulang."

Nuke memasukan kembali handphonenya ke dalam saku setelah sambungan telpon sudah terputus. Dia berniat kembali masuk ke dalam rumah sebelum melihat seseorang yang sangat dia kenal, lewat di depan rumah Galang.

Dia berlari ke luar menuju jalanan, menatap serius siluet orang yang sudah melaju cukup jauh "Kenzie?" Dia sangat yakin kalau orang itu adalah Kenzie. Motor dan Hoodienya sangat dia kenal.

Nafas Nuke mulai cemas, Nuke tau arah itu adalah arah menuju rumah Amara. Dia masih ingat betul. Dari pada Nuke gelisah sendiri, Nuke berlari masuk ke dalam rumah Galang. Dia mengambil tasnya yang tergeletak di sofa ruang tamu, lalu mengambil kunci motor Mela yang di titipkan padanya.

Nuke segera melaju menuju rumah Amara sebelum teman-temanya menyadari kepergianya. Di jalan hati Nuke terus merasa was-was, bagaimana jika benar Kenzie menghampiri Amara? Sebenarnya apa yang cewek itu inginkan, walaupun suka, dia tidak seharusnya merebut milik orang lain.

Dan Nuke tidak bisa menahan rasa sedihnya saat dengan jelas dia melihat Kenzie di depan pintu rumah Amara. Baru kemarin Kenzie berjanji tidak akan meninggalkanya, tapi hari ini dia berhasil membuat Nuke tidak percaya dengan ucapanya.

Ternyata benar ucapan Mela, kalau semua cowok itu sama aja. Entah yang baik atau yang fake sekalipun, cowok tidak akan puas dengan kata satu.

Nuke membalikan laju motornya, kembali ke rumah Galang. Walaupun sangat ingin menangis, Nuke tidak bisa menangis di sini. Dia bersama teman-temanya, yang harus dia lakukan adalah menjaga agar suasana tetap menyenangkan, lagipun dia tidak ingin Kenzie terlihat jelek di mata teman-temannya.

Iya, sekuat apapun menjaga, seseorang tidak bisa menjamin kalau hubunganya dengan orang yang dia sayangi akan berjalan baik-baik saja. Dan pada akhirnya, semua akan berujung pada kata lanjut, atau udahan.

Nuke menambah kecepatan sepeda motornya.

"Gue kecewa Zie."

avataravatar
Next chapter