11 chapter 11 | Partner

Nuke segera turun dari kamarnya setelah Dila menatakan Kenzie sudah menunggu di luar. Merapika rambutnya sebentar, Nuke membuka pintu dan tersenyum melihat Kenzie, duduk di atas motor metiknya, cowok itu terlihat rapi seperti biasanya. Setelah berpamitan dengan Dila, mereka segera berangkat ke sekolah.

"Ke," panggil Kenzie, ditengah perjalanan mereka.

Nuke membuka kaca helmnya "Iya?"

"Gimana kemarin, dapet albumnya The Bitels?"

"Dapet, walaupun susah nyarinya."

Kenzie hanya mengangguk, dia kembali konsentarsi pada jalanan. Dari kaca sepion, Nuke bisa melihat jelas wajah serius Kenzie. Nuke tersenyum, dia benar-benar beruntung memiliki cowok itu. Namun senyum Nuke seketika hilang saat kembali teringat surat misterius untuknya. Surat itu sama sekali tidak meninggalkan jejak identitas, bagaimana Nuke bisa tahu siapa pengirimya.

"Ke?"

"Ha, iya ada apa?"

"Kita udah sampai."

"Oh iya," sadar Nuke.

Nuke menatap sekeliling, dia baru sadar kalau Kenzie sudah menghentikann motornnya di parkiran sekolah. Surat itu membuat beban baru di pikiran Nuke.

"Hayoh, lo mikirin apaan sih?" tanya Kenzie, dia nampak cemberut melihat Nuke tidak seceria biasanya.

"Nggak, gue nggak mikirin apa-apa. Udah yuk ke kelas, panas di sini," Nuke menarik tangan kenzie menuju ke kelasnya, sementara Kenzie hanya menurut saja kemana arah Nuke berjalan.

💌

Nuke menatap Kenzo dan Galang ragu, lalu dengan cepat mengalihkan pandanganya ke arah lain. Jujur saja Nuke tidak yakin meminta bantuan mereka untuk membantu memecahkan surat misteriusnya, mungkin mereka malah akan menertawakanya dan mengatakan kalau Nuke hanya kepedean.

"Apa sih?"

Nuke glagapan, Kenzo sadar kalau sedari tadi Nuke terus menatap mereka, seolah menahan sesuatu untuk dikatakan.

"Nggak, nggak papa," Nuke benar-benar ragu. Lebih baik dia mengatakan masalah ini pada Mela saja setelah urusan Mela selesai.

"Aneh banget sih, udah bilang aja, nggak usah ditahan," desak Kenzo, dia merasa tidak nyaman dengan gelagat cewek itu saat ini.

Kali ini Nuke menatap mereka cukup lama, dia tidak tahan untuk mengatakan tapi, dia juga tidak sepenuhnya percaya kalau mereka berdua bisa membantunya.

"Gue.." ucap Nuke menggantung. Dua cowok di depanya menunggu ucapan Nuke selanjutnya.

"Gue butuh bantuan kalian," Nuke memberaikan diri, tidak ada salahnya dan tidak ada yang tau kalau saja mereka adalah orang yang tepat untuk membantunya. Dia tidak akan tau kalau tidak mencoba.

"Bantuan? Bantuan apa? Ngerjain tugas remidian lo? Ogah kalau itu mah."

Nuke berdecak kesal mendengar jawaban Galang "Dengerin dulu."

Nuke mengambil dua buah amplop dari dalam tasnya, lalu dia letekan di atas meja mereka. Mereka berdua menatap lekat amplop itu sebelum Nuke melanjutkan ucapanya.

"Entah lebih tepat dikatakan surat cinta atau surat patah hati, gue nggak tau pasti, intinya ini orang suka sama gue dan orang itu bukan Kenzie," jelas Nuke. Dia menatap Kenzo dan Galang bergantian, ekspresi mereka mulai berubah. Nuke menghela nafasnya berat, tidak ada jaminan baginya agar mereka tidak menertawakanya.

Dan benar saja, Galang tertawa, sementara Kenzo hanya tersenyum kecil. Nuke menggigit bibir bawahnya menahan rasa kesal sekaligus malu. Memang, penyesalan yang paling terasa yaitu ketika kita melakukan sebuah kesalahan yang sudah kita ketahui resikonya dari awal. Dan Nuke terlalu bodoh telah menatakan rahasianya, padahal dari awal dia sudah tau dan yakin kalau Kenzo dan Galang hanya akan meremehkanya.

"Sory Ke, gue kelepasan, tapi itu lucu beneran" ucap Galang saat sudah berhenti tertawa.

"Gue nggak lagi bercanda!" Nuke mengambil kasar dua surat itu dan memasukanya kembali ke dalam tas. Tidak ada gunanya menceritakan pada mereka berdua.

"Jangan ngambek dong Ke, katanya lo mau minta bantuan kita," bujuk Kenzo.

"Nggak jadi!" Nuke menatap Galang sinis.

Galang yang melihat Nuke benar-benar marah padanya, langsung meminta maaf "Iya deh, maafin gue, jangan marah dong Ke."

"Nih, aku pukul Galang sekalian biar kapok."

Plak Plak

Kenzo mengeplak kepala Galang yang langsung dihadiahi protes dari Galang "Ken, sakit woy!"

Nuke terkekeh, dia jadi ingat, Dimas pernah melakukan itu saat membelanya dari anak-anak jail waktu kecil dulu.

"Udah ken," ucap Nuke.

Kenzo berhenti mengeplak Galang, dia kini tersenyum menang pada Nuke "Udah puas kan? jangan ngambek lagi" ucapnya. Nuke tersenyum, sementara Galang masih tidak terima tapi tidak berniat membalas.

"Jadi gimana? Emang siapa yang ngirim surat itu?"

"Lah, itu masalahnya Ken, dia nggak nulis siapa namanya, bahkan nggak ada petunjuk tentang siapa dia."

"Aduh gimana sih lo, ken! Kalau Nuke tau siapa yang ngirim, nggak mungkin dia minta bantuan sama kita, Nggak mutu banget pertanyaan lo!"

"Ya biasa aja sih, Lhang! Nggak usah nyolot, mulut lo bau kabel kebakar tau nggak," Galang nyengir kuda sambil membentuk huruf v dengan tanganya.

"Jadi, lo minta kita buat cari tau siapa yang ngirim surat-surat itu?" Kenzo membuat kesimpulan, dan itu sesuai dengan maksud dan tujuan Nuke.

"Iya Ken, kalian mau bantuin gue ya, Mela lagi banyak urusan sama pacarnya, nggak ada yang bisa gue andelin lagi."

"Tenang aja Ke, ini masalah gampang banget buat kita, bentar lagi pasti lo tau siapa orangnya, percaya sama kita, Iya kan, Lang?"

"Yoi, serahkan tugas ini kepada! Dua cogan ips 2!"

Nuke tersenyum, semoga apa yang mereka katakan benar. Dan Nuke terbebas dari masalah ini agar bisa leluasa bersama Kenzie.

💌

"Sabar ya, Mel," Nuke mengelus pundak Mela, sambil berusaha menenangkan sahabatnya yang tengah menangis itu. Malangnya Mela, dia baru putus dengan Kemal tadi malam. Waktu mengantar Nuke kemarin, tak sengaja, di cafe dekat rumah Nuke, dia melihat Kemal bersama cewek lain di sana.

"Semua cowok emang sama aja!" ujar Mela kesal.

"Nggak kok, buktinya Kenzie nggak gitu," batah Nuke tidak terima. Nuke memang tidak tau keadaan.

"Iya-in aja napa Ke, temen lo lagi pengin di bela nih" pinta Mela.

Nuke terkekeh "Iya deh iya, semua cowok itu sama aja, kalau gitu, gimana kalau lo suka sama cewek aja?"

"NUKEEEE!!! Ya tuhan."

"Gue bercanda Mel," Nuke tertawa, Mela menangis lebih jadi. Untung saja kondisi kelas sepi, semua anak ke kantin karena Pak Samar guru sejarah memberikan waktu istirahat lebih awal sebelum bel istirahat berbunyi, hmm kalau ketahuan kepsek bisa kena damprat Pak Samar.

"Yaudah deh, gue mau suka lagi sama Kenzie," cletuk Mela.

Nuke membulatkan matanya, menatap Mela tajam "Bisa-bisanya lo ngomong gitu ya," pelan tapi tajam, ucapan Nuke merubah tangis Mela jadi tawa.

"Gue nggak sejahat itu kali Ke, lo nggak perlu khawatir," Mela mengusap sisa air matanya, lalu mengusahakan senyumnya. Kemal sialan, Nuke sangat yakin suatu saat nanti dia akan menyesal sudah menghianati cewek setulus Mela.

Nuke menekuk wajahnya. Menatap Mela sedih lalu memeluknya, memberikan semangat kembali pada gadis itu.

"Ikh!"

Kenzo dan Galang menatap dua cewek di dalam kelas dengan gimik terkejut sekaligus geli. Sadar, Nuke melepaskan pelukanya dari Mela.

"Ini nggak seperti yang kalian pikirin," sangkal Nuke, dua cowok itu masih menatapnya tidak percaya.

"Kita masih normal, jangan mikir yang macem-macem!" Mela ikut menambahi.

Kenzo dan Galang hanya mengangguk "Jadi gimana Ke, kita mulai misi kita pulang sekolah nanti?"

Secara bersamaan, Kenzo dan Nuke memelototkan matanya pada Galang. Secara otomatis Galang langsung menutup mulutnya, kenapa dia bisa comel begini?

Merasa ada yang disembunyikan, Mela menatap Nuke sangsi "Ke, jelasin ke gue, misi apa yang Galang maksud?"

Nuke menutup wajahnya, bingung ingin memulai dari mana. Dia menarik nafasnya dalam, lalu mulai menjelaskan "Gue dapet surat ke-dua."

"Apa, kenapa lo nggak cerita ke gue?"

"Maunya gue gitu, tapi kemarin kan lo sibuk ngurusin ulang tahunya Kemal, gue nggak mau tambah ngrepotin lo, jadilah gue minta bantuan mereka buat cari tau siapa yang ngirim surat-surat itu ke gue."

Mela menghela nafasnya "Aduh Ke, lo kayak sama siapa aja deh, lo boleh minta apapun ke gue, gue nggak akan merasa direpotin kok, Tapi makasih karena lo udah pengertian."

Nuke tersenyum, merasa lega karena Mela tidak jadi marah padanya "So, gue bisa bantu apa?"

"Eits, lo nggak perlu repot-repot bantuin kita Mel, kita berdua bisa kok nylesain masalah ini," jawab Kenzo cepat.

"Apaan sih Ken, nggak usah sok pinter deh."

"Iya Ken, nggak papa Mela ikut bantu, makin banyak orang kan, makin bagus."

Kenzo dan Galang saling menatap, makin banyak orang emang makin bagus, tapi makin banyak cewek, makin ribet.

"Yaudah deh, terserah kalian aja," tuntas Galang.

avataravatar
Next chapter