10 Chapter 10 | Surat ke Dua

"Ke!"

"Hmm."

"Lo mau nggak?"

"Apa?"

"Nih"

"Najong!!" Nuke bergidik geli melihat Mela yang tengah mengutak-utik lubang hidungnya dengan satu jari telunjuknya. Sahabatnya itu memang tidak tau malu, padahal sudah berkali-kali Nuke ingatkan suapaya Mela jangan mengupil saat ada banyak orang, tapi tidak pernah dia gubris. Bahkan dia tidak segan mengupil saat jam pelajaran berlangsung seperti sekarang ini.

"Ikh, Mel, jaim dikit kek."

"Buat apa? ini kenikmatan yang haqiqi Ke, cobain deh."

"Ogah!, iyuh trulala," Nuke kembali memperhatikan ke depan, mendengarkan ucapan Bu Alin tentang cara membuat teks karya ilmiah.

"Lang lo mau nggak?" Mela masih belum berhenti, dia menunjukan telunjuknya yang baru saja keluar dari lubang hidungnya pada Galang yang nampaknya mulai bosan dengan pelajaran.

"Nggak ah, yang kemarin aja belum abis."

"Lo Ken, mau nggak nih?"

"Nggak perlu, punya gue lebih banyak."

Nuke yang mendengar hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kadang rasa bosan itu membuat sebagian orang menjadi tidak waras.

Tanpa sadar Nuke mencorat-coret buku tulisnya, entah apa yang sedang dia pikirkan, mood belajarnya benar-benar sudah hilang, berulang kali Nuke melihat jam diding yang terasa beralan sangat lambat. Nuke sadar, dia ingin segera bertemu dengan Kenzie. Padahal sebelum masuk kelas tadi Kenzie sudah mengunjunginya dan mengobrol sebentar. Menyebalkan jika cinta itu sudah menjadi candu, dan dunia Nuke teralihkan sepenuhnya karena itu.

Nuke bernafas lega, bel istirahat sudah berbunyi. Setelah Bu Alin keluar kelas, Nuke segera bangkit dari tempat duduknya, berlari keluar Kelas. Namun dia tidak menemukan orang yang dia harapkan di sana, mungkin sebentar lagi Kenzie keluar dari kelas. Nuke memutuskan duduk, sambil sesekali menatap kelas Kenzie.

Lima belas menit dia menunggu, Kenzie tidak kunjung jua keluar dari kelasnya, Nuke menghentikan kakinya ke lantai dengan keras, lalu bangkit dan masuk kembali ke kelas.

💌

Kenzie. Cowok itu berulangkali menatap jam di tanganya, terhitung sudah belasan kali dia menghela Nafas. Ya tuhan Kenapa dia bisa segelisah ini? Jam istirahat sudah lima belas menit lalu berbunyi, dia yakin seseorang pasti tengah menunggunya.

Kenzie berdecak kesal, Karena osis harus segera merencanakan program kerja baru, Kenzie harus merelakan waktu belajarnya di kelas untuk dispensasi. Belum lagi dia sudah terlanjur mengatakan pada Nuke kalau dia akan pergi ke kantin bersama saat istirahat. Dia berharap Nuke bisa memaklumi ini.

"Jadi, minggu besok kita mulai data siswa yang mau ikut berpartisipasi bersama osis untuk melaksanakan program mading kreatif SMA Edelweis, untuk selanjutnya ada yang mau ditanyakan?"

"Nggaaak."

Bintang, Ketua osis yang baru dua Minggu yang lalu mengangguk saat pertanyaanya sudah di jawab oleh anggota osis yang lainya.

"Ya suadah kalau tidak ada yang di tanyakan, kita akhiri pertemuan kita hari ini, silahkan kalian boleh ke kelas masing-masing."

Yeah. Kenzie segera keluar dari ruang osis, berjalan cepat menuju kelas Nuke. Waktu istirahat masih setengah jam tersisa, sangat cukup untuknya mengajak Nuke makan di kantin.

"Nuke mana?" tanyanya pada seorang cewek di dalam kelas 11 ips 2.

"Tadi sih, di kelas, tapi nggak tau sekarang di mana."

Kenzie hanya terseyum simpul, mencoba menerka-nerka di mana Nuke berada. Setelah yakin dengan dugaanya, dia segera melenggang pergi.

Walaupun sudah bersetatus sebagai pacar orang, masih saja ada beberapa cewek yang tak segan memujinya terang-teragan. Kenzie menghentika langkahnya setelah bolak-balik mengecek satu per satu lapak yang ada di kantin.

Dilihatnya kondisi kantin yang sangat ramai, dan beberapa cewek yang terus-terus menyebut-nyebut namanya, membuat Kenzie merasa sangat tidak nyaman. Dia memutuskan untuk berhenti, lagipula dia tidak menemukan Nuke di sini.

Kenzie meraba saku celananya, dan megeluarkan benda pipih persegi dari sana. Kenapa tidak terfikir dari tadi. Dia segera mengetikan sesuatu di sana.

Nukaila : Lo di mana?

Hanya delive. Kenzie menghela panjang nafasnya.

"Di mana sebenarnya cewek itu?"

💌

Nuke menghentika tawanya, menatap Mela yang belum berhenti tertawa. Dia dan ketiga temanya itu kini tengah berada di perpustakaan, tempat paling tepat saat hari sangat terik seperti siang ini. Suasana perputakaan yang hening serta angin spoi-spoi dari AC yang menempel di setiap sisi dinding, memang menjadi incaran para siswa bersantai sambil medinginkan kepala. Modusnya baca buku tapi niatnya ngadem. Sialan, sekolah bayar spp mahal-mahal, tapi di kelas kepanasan gara-gara kipas angin butut dari zaman megalitikum yang kadang-kadang gancet dimakan usia.

"Bentar lagi masuk nih, ke kelas yuk," ajak Mela mengingat sebentar lagi waktu istrahat usai.

"Bentaran lagi deh, males gue," Kenzo nampaknya masih betah di perpustaakaan.

"iya, gue yakin, setelah keluar perputakaan, kita bakal ngrasain hawa panas, lebih panas dari sebelum kita masuk ke perpustakaan," begitupula degan Nuke, dia juga merasa malas untuk keluar dari ruangan ber AC ini.

"Emang, lo nggak ada janji sama Kenzie?"

Kenzo dan Galang ikut menatap Nuke setelah pertanyaan dari Mela dilontarkan.

"Ada, gue udah nunggu dia tadi, tapi dia nggak dateng,"

"Aduh Nuke, pasti dia nyariin lo sekarang," ucap Mela greget.

"Masa sih, Mel?" Nuke mengambil hp dari saku seragamnya, dan menepuk jidatnya pelan setelah itu.

"Ya ampun bener, Kenzie nyariin gue."

"Tuh kan, kok lo sampai nggak tau sih?"

"Hp gue lagi off. "

"Yaudah sih, lo minta maaf aja, terus bilang lo lagi belajar dipepustakaan," saran Galang, gitu aja repot.

"Kita ke kelas aja yuk."

"Buat apa Ke? Lagian gue yakin Kenzie udah nggak ada di sana, mending lo lakuin apa yang diomongin Galang," Kenzo jadi risi, Nuke terlalu heboh.

Nuke menghela nafas pasrah. Dia melakukan apa yang disarankan Galang. Tak lama pesanya dibalas oleh Kenzie.

Kenzie: oh oke.

💌

Sebuah buku terlempar begitu saja ke atas meja. Kata Marsya, Kenzie baru beranjak dari kelasnya setelah bel masuk kelas berbunyi. Nuke jadi merasa bersalah, seharusnya dia segera kembali ke kelas setelah membaca pesan dari Kenzie. Tapi ya sudahlah, toh hubungan mereka tidak akan putus hanya karena itu. Lagi pula, kemana Kenzie kemana saat Nuke menunggunya tadi.

"Ke, nanti lo pulang sama Kenzie."

"Iya, kenapa emang?"

"Sebenernya, gue pengin lo nemenin gue cari Albumnya The Bitels."

Nuke menatap Mela tak menyangka "Sejak kapan seorang Pamella Lara Cristian suka lagu roks?"

"Bukan buat gue, tapi buat Kemal, Katanya akhir-akhir ini dia lagi suka dengerin lagunya The Bitels, dua hari lagi dia kan ulang tahun, gue pengin kasih itu buat hadiahnya."

Nuke menimbang-nimbang sejenak, lalu menganguk paham "Oke, nanti gue temenin."

Wajah Mela seketika berubah menjadi sumringah "Beneran?"

Nuke megangguk mantap. Sudah lama dia tidak pergi berdua dengan Mela. sudah beberapa hari ini Nuke lebih banyak meluangkan waktunya bersama Kenzie. Di sekolah maupun di luar sekolah, bahkan selama berpacaran, Kenzie tidak penah absen untuk mengantarnya berangkat pulang sekolah. meskipun Kenzie sama sekali tidak keberatan, Nuke tidak mau kalau terus merepotkan.

"Beneran nggak papa ya, tapi lo kudu izin dulu sama Kenzie, nanti dia nyariin lo lagi."

"Nggak perlu lo ingetin Mel."

💌

Suasana parkiran sudah terbilang cukup lenggang. Sejak setengah jam lalu Mela dan Nuke duduk di bangku parkiran sekolah. Gara-gara parkir di barisan paling depan, mereka harus menunggu lama supaya bisa mengeluarkan motor Mela. Bukan lamanya yang bikin kesel, tapi pemilik motor-motor disini yang menyulut kesabaran mereka, udah tau waktunya pulang, masih aja nongkrong di kelas. Huh! Mela tendang sekalian motornya, biar jatuh dari ujung sampai ke ujung.

"Aduh Ke!"

"Apalagi?"

"Kayaknya kunci motor gue ketinggalan di laci, deh."

"Astagfirullah Mela, kita udah duduk setengah jam sampe lumutan, sekarang tinggal jalannya aja giliran kunci yang ketinggalan."

Mela hanya nyengir kuda. Nuke turun dari motor Mela lalu menghela nafas berat "Lagian lo aneh ya, naruh kunci motor di laci."

"Ya udah sih, lo mau ambilin apa nggak?"

"Ngrepotin!" Nuke berjalan kembali ke kelas, sementara Mela terkekeh melihat sahabatnya itu pergi sambil mencibir kesal.

Setelah sampai di kelas, Nuke segera masuk dan mengobrak-abrik isi laci Mela. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan kunci dengan gantungan berbentuk anak anjing itu. Baru hendak bangkit, Nuke kembali menundukan kepalanya menghadap laci, bukan laci meja Mela, melainkan laci mejanya.

Nuke memicingkan matanya, menetap serius sebuah benda berwarna biru muda di dalam sana. Sedikit merasa ragu, tapi dia tetap mengambilnya. Sebuah amplop. Lagi? Apa ini surat serupa yang Nuke temukan minggu yang lalu? Nuke menatap ke sekeliling, mencoba menerka-nerka orang yang berlalu lalang di sekitarnya.

Nuke tidak mau dibuat pusing dengan itu. Segera dia membuka amplop dan mengeluarkan isinya. Siapa tau si pengirim menuliskan namanya disurat kali ini. Namun belum sempat membaca, suara Mela terdegar memanggilnya dari kejauhan. Nuke segera menyimpan surat beserta amplop itu ke dalam tasnya.

"Ngapain lo nyusulin gue?" tanya Nuke saat menemukan Mela sudah berdiri di depan kelas.

"Elo gue suruh ambil kunci di laci aja, kayak di suruh nyari bola ajaib dragon boll, lama amat!" ucap Mela sambil merampas kunci motornya di tangan Nuke.

Mela memang cewek brisik, Nuke segera menyangkal ucapan Mela dengan alasan "Banyak protes lo! lo liat sendiri tuh, laci lo udah kaya TPS Bantargebang, sampah mulu, gue kan bingung nyarinya."

Ekspresi Mela yang awalnya kesal, seketika berubah menjadi bringsut "Jangan kenceng-kenceng dong Ke, gue kan malu kalau di denger orang."

Nuke terkekeh "Sory sory, yaudah yuk, udah kesorean nih, keburu tutup nanti," Nuke menarik tangan Mela menuju parkiran kembali.

💌

Butuh waktu berhari-hari untuk menyadari kalau kamu sudah menjadi milik orang lain. Kebahagiaan kamu tidak dapat digambarkan setelah dia menyatakan perasaan yang sama pada mu waktu itu. Aku melihat kalian, dan merasa sangat terluka dengan itu.

Aku orang yang bahagia melihat seseorang yang aku suka bahagia. Tapi bukan dengan orang lain. Jujur saja aku tidak bisa menjadi munafik. Bukan hanya jadi omong kosong kalau aku bisa membahagiakan kamu lebih dari dia, namun sepertiya itu tidak akan pernah terjadi. Karena kamu tidak pernah meilihatku.

Nuke merasa sangat frustasi dengan surat di tanganya. Dia melipat kembali surat itu dan menyimpanya di sebuah kotak topi bersama surat yang dia temukan waktu itu. Surat-surat itu dari orang yang sama, terlihat dari tulisan yang sama persis dan kertas yang digunakan tidak ada bedanya.

Orang ini sulit ditebak, sebenarnya Nuke ingin menceritakan semua ini pada Mela, tapi mengingat Mela juga punya banyak urusan saat ini, prihal ulang tahun pacarnya itu. Nuke tidak mau kalau Mela semakin kerepotan. Lagipula Mela belum tentu bisa memecahkan isi surat misterius itu. Lalu siapa orang yang bisa membantunya?

avataravatar
Next chapter