1 Lola.. I love you

"Huft.. Hujannya deres banget!"

Seorang wanita mungil dengan tinggi badan 152cm terlihat berbicara sendiri.

Saat ini dia sedang berada di halte bis untuk menanti Bis Kota yang biasa dinaikinya setelah selesai bekerja di sebuah toko kue kecil tak jauh dari halte bis ini.

"Bisnya juga gak dateng-dateng.. BT deh aku.. Udah setengah jam nih! Tumben banget gak ada yang lewat. Ini kan bukan tengah malem. Baru juga jam setengah enam sore.. Ish.." wanita itu masih menggerutu sendiri tanpa menyadari jika dirinya sudah tidak lagi sendiri di halte bis itu.

Ada seorang pemuda tampan dengan tinggi badan 178cm memperhatikan wanita mungil itu yang sedari tadi berbicara sendiri, seolah-olah sedang curhat pada jalanan di depannya.

"Sepertinya hujan ini akan lama berhenti dan sepertinya bis yang biasa lewat sini terkena macet di jalan besar yang menuju kearah sini" ucap Pria tampan itu memulai pembicaraan.

Wanita mungil itu langsung menoleh kearah samping kirinya yang terdapat Pria tampan itu yang tersenyum manis kearahnya.

Lalu wanita itu mengelilingi pandangan kesegala penjuru halte lalu kembali lagi memandang Pria Tampan itu.

"ehm.. Maaf, situ ngomong sama saya ya?" tanya wanita itu ragu karena dia tidak melihat siapapun lagi berada di halte bis ini selain dirinya dan Pria tampan yang berada di samping kirinya ini.

Si Pria tertawa terbahak-bahak melihat wajah bingung wanita mungil yang sangat manis ini.

" ih.. Nih orang malah ketawa. Bukan ngomong sama aku kali ya.."

Monolog wanita mungil itu dan kembali menatap kearah jalanan tanpa memperdulikan Pria tampan di sampingnya yang semakin terbahak ketika wanita itu kembali berbicara sendiri.

"ehm.. Saya memang bicara sama anda mbak" ucap Pria tampan itu setelah berhasil meredakan tawanya.

Wanita mungil itu menoleh cepat kearah si pria sambil menyipitkan matanya tak suka.

"Maaf ya sebelumnya tapi saya bukan mbaknya situ, jadi jangan panggil-panggil mbak! Muka juga kayaknya tuaan situ kok" ucap wanita itu jutek.

"ppfft.. Ehm.. Sory.. Habis saya kan belum tahu nama kamu, jadi ya.. Saya bingung harus panggil apa" ucap Pria itu mencoba menahan tawanya.

"jadi.. Nama mbak siapa?"

"ish.. Dibilangin jangan panggil mbak. Emang situ mau kalau saya panggil eyang?"

"hahahha.. Ups.. Sory.. Abisnya mbaknya lucu jadi saya gak tahan untuk gak ketawa.. Hahahha"

"nih cowok ngeselin banget sih! Masih aja manggil aku mbak, pakai ketawa lagi!! Eh.. Eyang.. Cukup ya ketawanya. Nih kenalin nama saya Lola, jadi jangan panggil mbak lagi!"

Wanita yang ternyata bernama Lola itu menyodorkan tangannya ke arah pria tampan itu.

Pria itu tersenyum sambil menyambut uluran tangan Lola.

" ppfftt.. Nama kamu Lola... Kepanjangannya Loding Lama ya? Hahhahahah."Pria itu kembali tertawa yang semakin membuat Lola kesal dan menatap Pria itu tajam.

" ehm..sory Lola..saya tidak akan tertawa lagi. Bay the way nama saya Ar... "

" saya gak tanya nama situ"

Lola menarik tangannya yang masih di genggam pria itu.

"tapi saya gak suka kalau kamu panggil saya 'situ'. Saya kan punya nama dan nama saya Arga"

"ok Arga. Udah dulu ya perkenalannya, saya lagi konsen nungguin bis nih"

"ehm.. Lola.. Sepertinya kalau cuma nunggu bis kamu gak harus konsen kok. Nanti juga kalau datang, dia pasti otomatis berhenti di halte ini"

Lola mencerna ucapan Pria yang bernama Arga itu.

"oh iya.. Kamu bener juga ya. Ngapain saya pake konsen segala, kayak lagi ujian aja" ucap Lola yang tersenyum kearah Arga yang seketika membatu melihat senyum manis wanita mungil di sampingnya itu.

"ngomong-ngomong kamu lagi nunggu bis juga?" tanya Lola pada Arga yang masih belum sadar dari keterpakuannya.

"Arga?? Kamu lagi nungguin bis juga?" tanya Lola kembali mengulang pertanyaannya.

Namun Lagi-lagi Arga masih menatap wanita mungil dengan mata bulat menarik di sampingnya ini.

"Halo.. Halo.. Arga.. Kamu gak lagi kesambet kan? Ini kan belum maghrib. Lagian juga kamu kan bukan anak bayi lagi jadi kamu gak mungkin kesambet kan??"

Lola menggoyangkan kedua telapak tangannya kearah wajah Arga.

Arga mengerjapkan matanya perlahan dan kembali tersadar ke alam nyata.

" kamu bicara apa tadi? "

" saya tanya kamu nunggu bis juga? "

" oh.. Nggak.. Saya nunggu mobil. Mobil say.."

"mobil? Angkot maksudnya? Setau saya selama saya nunggu bis selama hampir dua tahun, angkot gak pernah lewat sini. Kalau kamu mau naik angkot kamu harus jalan menuju jalan besar di sebelah sana" tunjuk Lola semangat.

Arga kembali mengerjap bingung, karena Lola menyela ucapannya.

"ehm..Lola.. Saya gak lagi nunggu angkot. Tapi say.."

"lho, tadi kan kamu bilang nunggu mobil. Oh.. Maksud kamu taksi ya? Kalau taksi suka lewat sih, tapi jarang."

Lola kembali menyela ucapan Arga dan Arga semakin melebarkan mulutnya tak percaya.

Pandangannya kearah Lola antara takjup tapi juga gemas.

"Lola.. Say.."

"kam.."

"sebentar, biar saya selesaikan dulu ucapan saya. Oke?"

Arga menghentikan Lola yang kembali akan menyela ucapannya.

Jika tidak dihentikan lama-lama Arga bisa gemas sendiri dan mungkin akan lepas kendali untuk mencium bibir berisi wanita mungil ini untuk menghentikan ucapan apa saja yang akan keluar.

Setelah mendengar Arga berbicara seperti itu, Lola menganggukkan kepalanya lucu tanda setuju.

"begini Lola, saya tidak sedang menunggu angkot atau taksi. Tapi saya menunggu mobil saya yang sedang mogok itu. Kamu lihat kan mobil hitam di sana?"

Arga menunjuk mobil Range Rover yang terparkir tak jauh dari halte bis tempat mereka berdiri sekarang.

"oh.. Hehhehe.. Saya gagal paham ya? Maaf ya, maklum gara-gara nunggu bis kelamaan jadi otak saya agak geser."

Lola nyengir tanpa dosa yang membuat Arga kembali terbahak-bahak.

"hahhahha... Kamu... Hahhaha.. Benar-benar wanita unik."

"ha?? Enak aja bilang unik!! Saya bukan candi borobudur atau sejenisnya. Saya itu Lola.. Lola Anastasia binti Abdul Zaki!! Bukan keajaiban dunia!! Jadi jangan bilang unik lagi. Ngerti anda saudara Arga?"

Ucap Lola angkuh sambil menaikkan dagunya kearah Arga yang semakin membuat Arga tidak tahu harus bagaimana lagi menghentikan tawanya karena ucapan polos wanita ini.

Ddrrrtt.. Ddrrtt..

Tiba-tiba terdengar suara ponsel dari saku celana jeans Arga yang membuat Arga menghentikan tawanya dan langsung merogoh sakunya untuk mengambil benda kecil tersebut.

"Halo, Jo.. Apa?? Sebentar Jo, suara lo gak kedengeran. Ehm.. Lola.. Kamu tunggu sebentar ya, jangan kemana-mana. Saya terima telpon dulu.."

Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban lola Arga berbalik dan melangkah menjauh dari Lola memasuki halte bis yang lumayan besar itu lebih dalam sambil menutup sebelah telinganya yang tidak terdapat ponsel agar dapat mendengar lebih jelas suara di sebrang sana karena suara hujan yang lebat.

" Apa maksudnya jangan kemana-mana? Aku kan lagi nunggu bis.." monolog Lola sambil memiringkan kepalanya bingung.

Lola memperhatikan punggung Arga beberapa saat lalu kembali membalikkan badannya kearah jalan untuk kembali menanti bis yang ditunggunya.

Beberapa menit menunggu, akhirnya bis yang dinanti lola tiba.

Sebelum menaiki bis itu, Lola membalikkan badannya kearah Arga yang masih membelakangi Lola.

"Arga.. Saya.." Lola tidak jadi melanjutkan ucapannya karena dirasa Arga sedang sibuk berbicara dengan seseorang di sebrang sana.

"hh.. Selamat tinggal Arga. Terima kasih sudah temani saya nunggu bis jadi saya agak gak BT. " monolog Lola kembali dengan senyum manis wanita itu.

Akhirnya Lola melangkahkan kakinya menaiki undakan bis dan bis pun berjalan perlahan dan setelahnya beberapa menit menghilang dari jalanan itu.

"Lola sebentar lag.. Loh.. Kemana wanita itu?"

Arga luar biasa terkejut ketika tak menemukan Lola-wanita manis yang berhasil mencuri perhatiannya di pandangan pertama- ketika ia selesai menerima telpon dan membalikkan badannya.

Aroma asap bis kota tak sengaja terhirup oleh Arga.

" OH SHIT!!! dia pergi tanpa pamit sama gw? Seriously??? Gw kan udah bilang buat tunggu gw!! Awas kamu Lola kalau kita ketemu, aku pastikan kamu gak akan menghilang lagi dari pandangan! Arrrggghhhh!!!!"

Arga menyugar rambutnya frustasi lalu setelahnya menendang udara sekuat tenaga karena kesal.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

" eh.. Katanya kita kedatangan manager baru lulusan luar negeri loh!! "

" oia, gw juga denger katanya ganteng banget!!! "

"tau dari mana kalian gosip itu?"

"tau dari ibu Rena si supervisor kitalah!!"

"alah... Palingan juga gantengan gw"

"iidiih... Menjijikkan bahasa lo! Ganteng dari mana lo? Palingan juga cuma nyokap lo yang bilang lo ganteng!"

"hahahhaha... Hahahha..."

Lola ikut tertawa ketika para seniornya di tempat kerja baru Lola meledek salah satu senior pria disana.

Ya, Lola-wanita di halte bis-sudah tidak bekerja lagi di toko kue terhitung hari terakhirnya menanti bis dihalte itu karena sang pemilik toko kue harus mengikuti suaminya yang pindah dinas keluar negeri.

Jadi gedung toko kue tempat Lola bekerja selama dua tahun itu dipindah alihkan kepemilikan dan pemiliknya hendak menjadikan gedung itu sebagai studio foto.

Beberapa hari menganggur, Lola mendapat panggilan di sebuah restoran yang lumayan besar dan terkenal yang memiliki banyak cabang di Indonesia.

Dan disinilah dia, ditempat kerjanya yang baru yang sudah hampir satu bulan menjadi tempatnya mencari nafkah.

Saat ini, semua karyawan sedang sibuk prepare untuk pembukaan restoran.

Ada yang mengepel lantai, menata piring dan perlengkapan makan lainnya, ada pula kasir yang menghitung uang modal mereka.

Sementara Lola kebagian membersihkan meja-meja disana.

Mereka bekerja dengan saling berceloteh ria dan kembali menggosipkan manager baru mereka yang baru akan masuk bekerja hari ini.

Lola hanya mendengarkan sambil lalu, tanpa berkeinginan untuk masuk dalam obrolan.

"Lola, dari tadi diem aja ih.. Kayak orang sariawan"

"terus aku harus gimana kak sifa?"

"ya respon kek.. Kan kita lagi ngomongin manager ganteng"

"tapi kan aku gak tau manager kita ganteng apa nggak, aku kan belum liat orangnya kak"

"hahhaha.. Bener tuh si Lola. Lo pada cewek-cewek otaknya pada kayak Lola dong, lurus."

Beberapa karyawan pria ikut tertawa karena mendengar jawaban Lola, sementara beberapa karyawan wanita senewen karena kepolosan juniornya si Lola yang berumur 20th ini.

" huft.. Udah deh, Fa. Lo tau sendiri kan si Lola mah otaknya gak kenal mana cowok ganteng dan mana cowok ehm.. Stardard. Jadi ya.. Biarin aja adik kecil kita ini dewasa dengan sendirinya. Hahaha.." ucapan salah seorang karyawan wanita dibalas tawa rekan kerja Lola yang hanya dibalas tatapan bingung si wanita polos ini.

" WOYY.... EPERI BODIH!!!! MANAGER BARU AND BU RENA KOMING!!!!! "

mendengar teriakan salah seorang teman mereka yang ada di dekat pintu masuk sontak membuat seluruh karyawan pura-pura sibuk bekerja kembali.

Terdengar pintu masuk dibuka dan melangkahlah seorang Pria tampan dengan tinggi diatas rata-rata dan disampingnya adalah seorang wanita paruh baya - SPV di restoran ini-.

"SEMUANYA BERKUMPUL SEBENTAR!! SAYA INGIN MEMPERKENALKAN MENAGER BARU KALIAN"

Mendengar titah dari Bu Rena, mereka semua langsung berkumpul dan berbaris rapi begitu juga dengan Lola.

Mereka semua terpesona dengan wajah Manager baru mereka yang memang benar-benar tampan.

Dari ujung kaki sampai kepala hanya kesempurnaan yang terlihat.

Badan tegap dan tinggi, rahang kokoh, mata hitam legam dan tajam seperti mata elang, hidung mancung, dan jangan lupakan bibir tipis yang menambah kesan gentle sekaligus seksi secara bersamaan.

Baik karyawan wanita dan pria berdecak kagum atas ciptaan Tuhan di depan mereka ini.

Namun, tidak dengan Lola.

Lola amat sangat terkejut karena Manager barunya ternyata adalah Pria yang ditemuinya di halte bis.

Pria yang diajaknya berdebat dan di panggil eyang olehnya.

Keringat dingin seketika mengucur di sekujur tubuh Lola.

Yang Lola fikirkan adalah, bagaimana jika pria itu mengenalinya dan memecat Lola karena pernah berbuat tak sopan pada pria itu.

Lola menundukkan kepalanya tanpa berani menatap pria itu dan melangkang mundur satu langkah dibelakang senior yang berada di sampingnya.

Terkadang tubuh mungilnya memudahkan Lola untuk bersembunyi dan Lola sangat bersyukur untuk saat-saat seperti ini.

"baiklah teman-teman saya akan mempersilahkan manager baru kita untuk memperkenalkan dirinya. Silahkan Mas Arga" ucap Bu Rena sopan.

"Terima kasih Bu Rena atas waktunya. Dan.. Ehm.. Dan untuk teman-teman sekalian, perkenalkan nama gw Arga Witama. Dan gw sangat grogi saat ini dihadapan kalian. Hehhehe.."Arga terkekeh gugup yang dibalas tawa para karyawan.

" pasti dari nama gw, kalian sudah tahu kalau gw salah satu anggota keluarga Witama pemilik restoran ini. Dan ya, gw adalah anak bungsu Arya Witama. "

Mereka semua terkejut mendengar fakta itu dan tak menyangka jika anak bos mereka mau bekerja sebagai manager di restorannya sendiri.

Padahal seharusnya anak bos mereka tidak harus menjadi manager, cukup menjadi pengawas yang sewaktu-waktu datang kerestoran hanya sekedar untuk mengecek tanpa perlu repot-repot hadir di restoran setiap hari.

Terlebih Lola yang sedari tadi menundukkan kepalanya, semakin terkejut mendengar fakta kalau Arga secara tak langsung adalah Bos Besarnya.

Lola merutuki nasibnya yang sial karena pernah tidak sopan pada Arga.

"Gw disini juga sedang belajar bekerja, dan gw harap kalian semua dapat membantu gw dan jika kalian butuh bantuan gw, harap jangan sungkan. Mengerti?"

"mengerti Pak."jawab mereka serentak.

" eits.. Satu lagi.. Tolong jangan panggil 'Pak'..gw belum menikah dan belum punya anak. Rasanya canggung kalau kalian panggil gw dengan sebutan itu apalagi umur gw baru 25 dan gw rasa gak jauh beda sama umur kalian. Kalian bisa Panggil langsung nama gw atau pakai 'Mas' juga gapapa. Jauh lebih baik dari pada 'Pak'" cengir Arga yang kembali membuat para karyawan tertawa namun tidak dengan Lola yang pikirannya tidak ada disitu.

" oke kalau gitu gw mau kalian santai aja ngomong sama gw ya, karena gw juga gak suka yang terlalu formal. Rasanya kayak lagi di cekik sama herkules kalo gw ngomong formal"

Tawa para karyawan memenuhi ruangan restoran karena candaan Arga untuk kesekian kalinya.

"jadi, untuk memulai kerja sama team kita gw minta kalian Memperkenalkan diri kalian masing-masing. Dimulai dari Lo silahkan"

Arga menunjuk seorang Pria di barisan paling depan.

"Saya Fandi, Bartender Mas"

"Saya Karin, kasir disini Mas Arga"

"Saya Imas, bagian kitchen"

Proses perkenalan diri berlanjut sampai tiba saatnya Lola memperkenalkan diri.

Namun sepertinya Lola tidak menyadari karena sibuk dengan pikirannya sendiri.

"La.. Sst.. La.. Saatnya lo yang perkenalan"

Seorang senior Lola yang berada di samping wanita itu berbisik menyadarkan Lola sambil menggerakkan lengan Lola pelan.

Lola terkesiap dan langsung mendongak sambil berteriak lantang.

"SAYA LOLA PAK!!! Ups.."

Lola menutup mulutnya dan menatap Arga ngeri karena Arga menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Sementara para karyawan yang lain ada yang terbengong ada pula yang menepuk dahi karena kepolosan teman baru mereka ini.

" ehm.. Ma..Maaf Pak, maksud saya nama saya Lola dan saya waitress disini" ucap Lola pelan lalu menundukkan wajahnya lagi tanpa berani menatap Arga yang tatapannya masih belum berpaling dari Lola.

Antara terkejut, marah sekaligus senang Karena bisa melihat wanita halte bis itu lagi.

Perkenalan berlanjut tanpa Arga dengar karena fokusnya adalah pada wanita mungil yang sudah memenuhi pikirannya ini dan membuatnya frustasi setengah mati.

Sampai akhirnya Arga disadarkan Bu Rena.

Setelah itu, Bu Rena menginterupsi semua karyawan kembali bekerja sementara Arga di giring Bu Rena menuju ruang kerja Pria itu.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, itu tandanya karyawan yang bekerja shift pagi sudah boleh pulang karena jam kerja yang telah berakhir.

"manager baru kita orangnya asyik juga ya."

"iya bener. Udah mana ganteng, lucu, baik plus kaya. OMG.. Kalau liat dia rasanya selalu pengen ngomong'Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan' ahay.."

"lo pada lebay ye!!"

"huuu... Bilang aja lo sirik"

"tau lo Jun!! Bilang aja lo iri karena ke tamvanan manager baru kita"

"udah deh.. Jangan bikin mood gw ancur. Dari pagi, istirahat bahkan sampe pulang lo pada ngomongin Mas Arga mulu. Lagian kasian tuh si Mas Arga pasti kupingnya dengung sepanjang hari karena lo pada si cewek-cewek centil ngomongin dia terus. Mending kayak Lola nih, daritadi diem aja. Iya kan Lola sayang? "

Juna merangkul bahu Lola yang sedari tadi diam saja sambil ikut berjalan menuju halte bis tempat beberapa karyawan juga menunggu bis dengan jurusan masing-masing.

" ih.. Najis deh lo! Lola, lo jangan mau di panggil sayang sama si Juna! Dia itu tukang modus. Dulu juga gw waktu masih baru kerja disini dipanggil sayang sama ni orang. Tangan lo juga jangan mengotori pundak si Lola. Dia masih polos, Jun!"

Tika-salah seorang senior Lola- menepis tangan Juna kasar dan langsung merangkul Lola menjauhi Juna.

"bilang aja lo cembokur sama si Lola karena gw gak deketin lo lagi. Salah sendiri Lo nolak gw"

"ehm...kayaknya ini udah mulai masuk urusan rumah tangga deh. Tolong selesaikan permasalahan kalian dirumah ya Tika sayang and Juna! Jangan masukin adek kita ini kedalam peliknya masalah percintaan kalian"

Anya-salah satu senior Lola- merangkul Lola menjauhi kedua orang beda jenis kelamin itu yang masih berdebat.

Anya menarik Lola menjauh dari mereka bersama beberapa karyawan yang pulang bersama mereka juga.

Tiba-tiba sebuah mobil Range Rover berhenti didepan Anya dan Lola yang ingin menyebrang menuju halte bis di seberang mereka.

Seorang pria tampan turun dari mobil itu dan langsung menarik lengan Lola yang terkejut dan hanya mampu mengikuti tarikan tangan dari pria tampan itu.

Pria itu menggiring Lola masuk kearah kursi penumpang di samping kursi kemudi lalu memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Lola yang masih belum tersadar dari rasa terkejutnya.

"ehm.. Nama lo siapa?"

"sa.. Sa.. Saya Anya, Mas Arga.. "

"oke Anya. Lo gak perlu khawatir sama Lola. Karena gw akan nganter calon istri gw pulang dengan selamat"

Setelah mengatakan itu, Arga tersenyum manis kearah Anya dan langsung memasuki mobilnya.

Mobil berjalan dengan kecepatan rata-rata meninggalkan Anya yang masih terbengong karena manager barunya membawa Lola dan apa tadi Arga bilang?

Calon istri?

Jadi selama ini junior polosnya sudah memiliki kekasih?

Pantas saja tadi Lola terkejut ketika pertama kali melihat kalau Arga adalah manager baru mereka.

Pasti Lola tidak tahu kalau calon suaminya menjadi manager di tempatnya bekerja.

Ya pasti itu alasan Lola sedari tadi diam dan terlihat linglung.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

"kita mau kemana Arga?? Eh maaf maksud saya Pak Arga!! Bapak gak mau nyulik saya terus nerjunin saya kejurang kan?? Saya minta maaf karena udah gak sopan sama Bapak waktu di halte bis sebulan yang lalu. Saya gak tau kalo takdir bawa kita jadi bos dan anak buah. Bapak jangan bunuh saya ya pak, saya masih butuh kerja nih pak. Udah gitu adik-adik saya masih kecil, masih pada butuh biaya buat sekolah, Pak. Tolong kemurahan hati Bap.. "

" tolong kamu diam sebentar Lola. Saya harus konsen nyetir dan buang jauh-jauh pikiran buruk kamu tentang saya"

"tapi pak.."

"saya bilang diam atau kamu mau saya diamkan kamu dengan mencium kamu sampai sulit buat bernafas??"

"hah???"

Lola mencerna ucapan Arga lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil menggelengkan kepala panik.

Lola sepertinya tahu maksud dari ucapan Arga karena Lola termasuk salah satu penggemar drama korea dan sering kali di dalam drama korea si pria mencium wanitanya dengan menggebu.

Arga tersenyum miring ketika Lola tak bersuara dan mengarahkan pandangannya kearah depan dengan jantung yang berdetak hebat tanpa sanggup menatap Arga.

"begitu lebih baik Lola. Sekali saja kamu mengeluarkan suara, saya berjanji akan mencium kamu detik itu juga. Jadi tolong biarkan saya berkonsentrasi mengemudi sampai kita tiba di tempat tujuan" ucap Arga mantap dan kembali fokus mengemudi.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit lamanya, Arga memberhentikan mobilnya di pinggir sebuah danau indah.

Matahari hampir terbenam menambah indahnya pemandangan di sana.

Arga turun dari mobilnya dan langsung menghampiri dan membuka pintu untuk Lola yang masih terdiam di tempatnya sambil mengernyit bingung sekaligus takjub karena pemandangan di depannya itu.

"turun Lola"

"bu-bu-bu-buat apa ya pak?" tanya Lola tergagap.

"hh.. Lola kamu cukup turun terlebih dahulu nanti saya akan jelaskan tujuan saya membawa kamu kesini" balas Arga menghela napas lelah.

"ba-ba-ba-bapak gak ada niat buat tenggelamkan saya ke danau kan??" tanya Lola setengah panik.

Arga menggeram sambil menutup matanya kesal karena prasangka buruk Lola sedari tadi padanya.

"Lola.. Jangan buat saya hilang kesabaran hadapi kamu. Apa kamu mau saya gendong kamu supaya kamu turun??!!" ancam Arga mulai tak sabar dengan nada sedikit membentak.

Lola lantas menggelengkan kepalanya cepat, lalu membuka sabuk pengaman dengan tangan gemetar karena ancaman Arga.

Arga melihat tangan Lola yang bergetar mengerang frustasi dalam hati.

Bukan niatnya menakuti Lola dipertemuan kedua mereka ini.

Tapi sejak dari pagi melihat Lola, sejak itu pula Arga ingin menyeret Lola dan menanyakan kemana saja wanita itu selama ini.

Lola turun perlahan dengan badan gemetar dan menundukkan kepalanya takut.

"Lola.. Maaf.. Saya gak bermaksud buat bentak kamu. Saya.. Ehm.. Saya cuma mau kamu tidak berprasangka buruk sama saya. Dan saya ajak kamu kesini untuk bicara dengan tenang tanpa ada gangguan apapun" ucap Arga lembut sambil menyentuh sebelah pundak Lola.

Lola menengadahkan kepalanya dengan cepat.

"ba-ba-bapak gak ada niat.. Buat pecat saya kan pak?" tanya Lola kembali panik.

"Ya Allah.. Lola.. Kamu gak dengar ucapan saya yang barusan???!! " tanya Arga kembali frustasi karena wanita polos dengan tingkat kelemotan super di depannya ini.

"Jangan. Prasangka. Buruk. Sama. Saya!ingat itu Lola. Saya gak ada niat buat pecat apalagi tenggelamkan kamu ke danau itu. Yang saya inginkan hanya berbicara Lola, ber.bi.ca.ra. Apa cukup jelas ucapan saya?"

Lola mencerna ucapan Arga beberapa saat dan setelahnya semangat mengangguk.

" jadi Pak Arga cuma mau ngomong sama saya? Alhamdulillah kalau bapak gak ada niat buat pecat saya!! Makasih banyak ya Pak, Makasih! Saya fikir bapak dendam karena saya pernah gak sopan sama bapak. Ternyata hati bapak baik banget loh!!"

Tanpa sadar Lola menggenggam kedua tangan Arga bersemangat sambil menunjukkan senyum lebarnya yang menurut Arga teramat sangat manis.

Sementara Arga hanya mampu terdiam tanpa tahu harus bagaimana lagi menghadapi Lola.

Jadi yang dari tadi difikirkan wanita polos ini adalah kehilangan pekerjaannya?

Dasar wanita aneh!

Arga fikir Lola bergetar karena takut padanya.

"ehm.. Lola.. Berhubung Sudah semakin sore menjelang maghrib, lebih baik kita duduk dulu di bangku panjang itu"

Arga menunjuk bangku panjang yang berada di tepi danau indah itu setelah berhasil menemukan suaranya kembali.

"silahkan kamu jalan lebih dulu.. " ucap Arga sambil mempersilahkan Lola berjalan terlebih dahulu.

Lola memperhatikan danau itu lalu memandang Arga setelahnya melihat danau itu kembali dengan wajah ngeri.

"eng.. Bapak duluan aja deh. Saya dibelakang bapak aja" ucap Lola setelah kembali memandang Arga.

Arga mengernyit bingung karena melihat kecemasan di wajah Lola.

"Lola.. Saya tidak akan tiba-tiba mendorong kamu ke danau kalau itu yang kamu takutkan. Lagipula kamu lihat pos disana? Itu tempat penjaga danau. Kalaupun saya macam-macam, orang yang berada di dalam pos itu pasti langsung bertindak. Sekarang silahkan jalan lebih dulu, Lola. Sebelum kesabaran saya habis untuk kesekian kalinya menghadapi kamu" ucap Arga dalam yang langsung membuat Lola berjalan setengah berlari menuju bangku yang di tunjuk Arga.

Sementara Arga mengusap wajahnya kasar, antara ingin tertawa, mencium dan mencakar Lola secara bersamaan karena pikiran absurd wanita itu.

Setelah meredakan kekesalannya, Arga berjalan menyusul Lola dan duduk di samping wanita itu yang melihat takjub danau didepan mereka.

"Pak, mataharinya udah mau ilang, danaunya jadi semakin indah ya" ucap Lola tanpa sadar sambil memperhatikan matahari yang akan terbenam.

"semakin indah karena ada kamu disini.." lirih Arga.

"apa Pak?" Lola menoleh cepat kearah Arga yang ternyata duduk dengan jarak yang lumayan dekat dengannya yang membuat Lola refleks menggeser duduknya agak menjauh.

"ehm.. Lola Anastasia binti Abdul Zaki, tolong kamu jangan panggil saya 'pak-pak' terus. Saya kan udah bilang di briefing kita tadi pagi, kalau saya gak suka sama sebutan itu. Yah.. Kecuali nanti kalau kita sudah punya anak" ucap Arga ambigu sambil mengusap tengkuknya gugup.

"maksud bapak apa?"

"panggil nama saya!! Bukan 'Bapak' Lola!" gemas Arga kembali.

"tapi kan gak sopan kalau harus panggil nama, soalnya kan bapak itu atasan saya. Udah gitu umur bapak juga lebih tua dari saya"

"kalau begitu panggil saya Mas Arga. Eits.. Cukup debatnya Lola. Ikuti saja! Mengerti??!!" ucap Arga tajam ketika dirasa Lola kembali ingin menyela ucapannya.

"i...i..iya deh pak.. Eh maksudnya mas.. Gak usah nge gas juga kali mas.. Ups.."

Lola menutup mulutnya gugup karena merasa sudah mulai bicara tak sopan pada Arga.

Arga terbahak melihat kelakuan ajaib Lola.

"hahahha.. Ya ampun..kamu..hahahah...antara lucu, gemesin, ngeselin, tapi sayangnya saya cinta! Hahahha.."

Deg..

Jantung Lola tiba-tiba berdetak ketika tanpa sadar Arga mengucapkan isi hatinya.

Lola menatap Arga dengan wajah pias.

"cinta? Maksud bap.. Mas Arga apa?" tanya Lola bingung bercampur cemas.

Tawa Arga terhenti karena mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut wanita manis ini.

Arga menutup matanya dan menghela napas berat lalu kembali membuka matanya dan memandang Lola dengan pandangan yang sulit diartikan.

" Saya akan jawab pertanyaan kamu, tapi sebelum itu kamu harus jawab pertanyaan saya"

"apa yang mau mas Arga tanya ke saya?"

"kenapa kamu pergi begitu aja waktu di halte bis?" tanya Arga dengan wajah datar sambil bersedekap.

"hah? Maksudnya waktu mobil Mas Arga mogok itu? Yang emm.. Sebulan yang lalu?" tanya Lola meyakinkan dan hanya di jawab anggukan Arga.

"ya kan bis yang saya tunggu udah dateng, ya saya naik trus bisnya pergi." jawab Lola polos.

"maksud saya, kenapa kamu gak bilang dulu sama saya?" tanya Arga frustasi yang malah membuat Lola mengernyit bingung.

"ya.. Itu soalnya kan kamu.. Eh maksud saya Mas Arga lagi terima telpon. Saya gak enak mau pamitan, yaudah deh saya putusin pergi tanpa pamit"

"saya kan udah bilang sebelumnya tunggu saya dan jangan kemana-mana! Kenapa kamu gak ikuti omongan saya?! " tanya Arga sedikit emosi.

"maksud mas apa sih? Emang saya harus banget ikuti omongan mas? Kenal juga baru, ibarat kata kita ini dua orang asing yang baru kenal satu sama lain. lagian yang saya tunggu itu bis bukan mas Arga!" jawab Lola ikut terpancing emosi mendengar nada tinggi yang di keluarkan Arga.

"orang asing?? Ya saya memang orang asing! Tapi orang asing ini udah jatuh cinta sama kamu pada pandangan pertama!" ucap Arga lugas dengan wajah memerah karena kesal.

Lola melebarkan matanya tak percaya dengan ucapan manager barunya ini.

"ha..ha..ha.. Gak lucu ya Mas Arga bercandanya! Saya gak semenarik itu sampai buat Mas Arga bisa jatuh cinta sama saya, pandangan pertama pula! Mas Arga fikir saya bakal percaya? Udah deh ya Mas, saya mau pulang. Cukup candaan garingnya!"

Lola beranjak dari duduknya hendak melangkah pergi, namun lengannya ditahan oleh Arga yang sudah berdiri menjulang tinggi di depan Lola dengan wajah dingin.

" saya nggak lagi melucu Lola! Ini kenyataannya! Kamu udah buat saya nyari kamu kayak orang gila selama satu bulan ini! Setiap hari saya datangi halte bis itu, pagi, siang, sore. Sampai saya nyuruh orang buat gantiin saya ketika saya lagi ada keperluan lain. Tapi kamu tahu? Kamu gak pernah muncul lagi setelah hari itu. Dan saya senang luar biasa waktu tadi lihat kamu ternyata jadi salah satu karyawan di restoran keluarga saya. Asal kamu tahu, saya tadi sudah ingin bawa kamu pergi detik itu juga. Tapi saya sadar kalau saya harus profesional. Sampai saya tunggu jam pulang kita buat bisa nyamperin kamu. Apa kamu fikir ini cuma candaan, Lola? "

Lola tidak mampu mengeluarkan suaranya ketika mendengar pernyataan mencengangkan Arga.

" kamu bisa lihat dari mata saya apakah saya berbohong atau nggak sama kamu! Ini kenyataannya! Saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu! Dan saya gak mungkin kayak orang gila nungguin kamu setiap hari di halte bis itu kalau saya gak ada rasa apapun sama kamu"

Lola menatap dalam mata Arga dan melihat kesungguhan dari setiap kata yang Arga keluarkan.

"hh.. Kenapa harus saya? Saya itu cewek yang biasa aja Mas" ucap Lola menghela napas lelah.

"jangan tanyakan saya, Hati saya bukan saya yang ngendaliin, tapi dia"

Arga menunjuk langit ketika mengatakan itu namun masih tetap menatap Lola dalam.

"tapi.. Saya masih belum percaya Mas"

"izinkan saya mendekati kamu supaya kamu percaya, Lola"

"apa gak bisa mas hilangkan rasa itu?" tanya Lola gusar.

"apa kamu bisa kembalikan hati saya satu bulan yang lalu sebelum bertemu sama kamu?" tanya Arga menantang yang membuat Lola diam seribu bahasa.

Lama mereka saling pandang, menyelami mata masing-masing.

"apa kamu sudah punya kekasih?" tanya Arga tiba-tiba setelah kebisuan yang lumayan lama diantara mereka.

Lola menggeleng lemah.

"lalu.. Bolehkan kalau saya mendekati kamu?" tanya Arga lagi.

Lola langsung menundukkan kepalanya sambil memilin bajunya gugup.

"Lola? Tolong jawab saya.." Arga menarik dagu Lola agar bisa melihat kearahnya.

Arga melihat kegusaran dimata bulat wanita itu.

"Apa yang kamu fikirkan?" tanya Arga mendekat sambil memegang kedua bahu mungil wanita itu.

"mas.. Kita.. Kita berbeda mas.."

"ya memang beda Lola. Kamu wanita sedangkan saya Pria. Lagipula kalau kamu pria saya nggak akan mungkin jatuh cinta sama kamu. Saya ini normal" ucap Arga jenaka.

"hah?? Apaan sih mas Arga. Maksud saya bukan beda jenis kelamin! Ih.. Cape deh! Maksud saya, saya itu waitress sedangkan mas Ar.."

"kita sama-sama manusia itu yang terpenting! Saya nggak ada niat buat berhubungan sama makhluk halus atau sejenisnya!" ucap Arga tegas memotong ucapan Lola.

Lola terdiam sambil menatap Arga yang memandangnya lembut.

"tolong beri saya kesempatan.." ucap Arga lagi kali ini dengan suara lembut yang mampu menyihir Lola.

"mm.. karena.. karena mas Arga maunya berhubungan sama manusia, dan kebetulan saya manusia ya.. ya.. Saya akan biarin mas Arga deketin saya dan tolong buat saya percaya kalau mas Arga beneran cinta sama saya." ucap Lola pelan sambil menunduk malu.

Arga tersenyum lebar mendengar jawaban polos Lola.

"Pasti Saya akan buktikan, Lola!" ucap Arga sambil mengacak rambut Lola gemas.

Sementara Lola yang masih menunduk tersenyum malu.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

The end..

Sekian dan terima kasih 😁

Jangan lupa Vote yaπŸ˜‰

avataravatar