1 CHAPTER 1 - Living in the Jungle

Jungsoo dan beberapa rekan-rekannya tengah berteduh dibawah sebuah gubug kecil yang terletak ditengah hutan. Dari sana, ia dapat melihat sebuah pemandangan yang begitu menakjubkan, bukit-bukit menjulang dengan begitu angkuh, yang diatasnya tertutup kabut tebal yang semakin menambah pesonanya.

Beruntung saat itu tak satupun dari teman-temannya yang terserang hipotermia, begitupula dirinya. Nampaknya mereka sudah menyiapkan semua kebutuhan mereka selama mendaki dengan sangat baik.

Hujan masih belum reda sejak setengah jam yang lalu, tidak terlalu deras memang, hanya rintikan biasa. Namun tetap saja, jika mereka menerjangnya dapat dengan mudah membuat baju serta jaket tebal mereka basah kuyub.

"Hujannya belum berhenti juga, lalu bagaimana kita bisa turun ke camp ke enam?" tanya Sang Wo dengan nada cemas, sembari jemarinya menikmati rintikan hujan sore itu, seolah tengah memintanya untuk segera turun.

Yang lain hanya mendesah pasrah, mengerutu pun tak akan ada artinya. Maka yang bisa mereka lakukan hanya duduk di atas tanah yang nampak kering, sembari menunggu hujan reda.

***

Sayangnya, hingga pukul 6 sore, hujan masih enggan untuk reda, membuat kelima namja yang tengah berteduh semakin diliputi perasaan was-was dan cemas.

"Sudah bisa dipastikan, kita akan bermalam disini malam ini, cuaca dan medan setelah hujan seperti ini akan sangat berbahaya, bagaimana?" Timpal Sang Wo setelahnya, memberikan kesimpulan pada rekan-rekannya. Ia sudah sering kali mendaki diberbagai pegunungan, dan sudah barang tentu jika kondisi seperti ini pun sudah sangat sering dihadapinya. Maka yang bisa ia lakukan hanya menenagkan rekan-rekannya yang nampak khawatir dalam diam.

Ryu Jin mengangguk pasrah, terlebih setelah ia tak mendapati makanan tersisa dari dalam tasnya.

"Ish, apa kalian masih memiliki persediaan makanan? Makanan persediaanku habis," ucapnya dengan nada memelas. Ia tunjukkan tasnya yang sudah kosong, tak ada makanan yang tersisa.

"Astaga, kau ini, bukankah kau yang paling banyak membawa bekal, eoh? tapi justru makananmu yang pertama kali habis? Ish, kau ini," rutuk Hwan Sang, sembari mengeluarkan beberapa makanan ringan dari dalam ranselnya.

"Bahkan kita baru melewati 4 camp, dan kau sudah kembali lapar, eoh? haha," tawa Jungsoo meledek salah satu rekannya yang gemar makan tersebut.

"Ish, hyung, suasana seperti ini kan memang biasanya kita gunakan untuk minum kopi sambil bersantai, bukan?" sanggahnya.

Beberapa rekannya kembali tertawa mengejek, tak terlalu keras, tapi setidaknya dengan candaan itu mereka tidak terlalu merasa khawatir.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 6.10 menit saat mentari sepenuhnya tergelincir keperadabannya. Suasana berubah mencekam seketika. Bahkan tak ada yang berani bercanda seperti beberapa waktu lalu. Mereka hanya berusaha mendirikan tenda dibawah gubug kecil itu, sembari mencoba untuk menyalakan obor yang mereka bawa dari rumah.

"Syukurlah obornya masih bisa menyala, bagaimana dengan yang satunya?" Tanya Jungsoo, menatap Sang Wo yang masih berusaha keras untuk membuat obor yang berada dalam haluannya turut menyala.

"Ini sangat sulit, sepertinya bahan bakarnya terkena air hujan, entahlah," balasnya tanpa mengalikan atensinya pada benda yang dipegangnya.

Jungsoo menghela nafas putus asa, begitu juga Sang Wo dan rekannya yang lain, lalu menambahi, "tidak apa-apa kita menggunakan satu obor ini saja untuk penerangan, lagipula kita masih memiliki senter," timpal Jungsoo menangkan.

Hingga di detik berikutnya, sesuatu muncul dari balik semak belukar, dan segera menerjang punghung Jungsoo kalap.

Sontak, Jungsoo terjungkal kedepan dengan begitu kasar. Bahkan hingga membuat dagunya berdarah.

"Astaga, Jungsoo hyung, hewan apa itu, huh?" Seru Hwan Sang sembari menjauh. Begitu juga yang lain nampak sangat terkejut hingga membuat mereka membeku seketika, tanpa ingin menolong Jungsoo yang tengah berusaha untuk membuat hewan itu melepaskan cengkeramannya pada jaketnya.

"Cepat bantu aku menyingkirkan hewan ini, palliwa!"

"Ah, baiklah-baiklah," seru yang lainnya, dan segera membantu Jungsoo menyingkirkan hewan yang ternyata seekor babi hutan itu dari punggung Jungsoo.

Namun sayang, babi itu seakan masih terus ingin menyerang Jungsoo, entah apa penyebabnya. Bahkan membuat teman-teman yang lain mulai putus asa dengan usaha mereka.

"Ish, babi sialan, enyah kau dari sini, bodoh!" Sang Wo masih terus memukuli tubuh babi itu dengan sebilah kayu panjang. Begitu juga yang lainnya.

"Hush, hush," seru mereka secara bergantian. Umpatan demi umpatam dengan kalimat-kalimat buruk juga sudah mereka layangkan untuk babi sialan itu. Namun tetap saja, ia enggan untuk enyah, bahkan untuk melepaskan cengkeramannya pada jaket Jungsoo yang membalut tubuhnya.

Hingga..

"Hei," seru seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik semak-semak belukar juga, "kemarilah," ucapnya lagi, sembari mengiming-imingi babi hutan tersebut sebuah daging tikus yang telah mati.

Dalam hitungan detik, babi hutan itu sudah pergi, melepaskan cengkeramannya pada tubuh Jungsoo, dan berlari menghampiri sosok tersebut dengan garang, hingga keduanya menghilang dari balik semak belukar itu juga.

"Mwo? siapa dia, hyung? apakah dia juga pendaki seperti kita?"

TBC

avataravatar
Next chapter