1 Harpiel Mercury

Malam ini Harpiel Merkury berpenampilan lebih sederhana dari hari-hari biasanya. Bergaun merah jambu, berselendang putih mengikat pinggulnya, rambutnya digerai begitu saja karena ia sedang tidak mengenakan tiara, membiarkan kedua tanduk kecilnya mencuat dari rambut peraknya yang lurus.

Di tengah ruangan luas ini, di atas karpet hijau tua yang menjulang mulai dari pintu masuk sampai ke ketujuh anak tangga dan lebih lagi sampai menyentuh singgasana, Monchy berdiri sendirian ....

Pandangannya menyoroti kaca yang ditutupi hujan, dunia di luar menjadi tidak jelas. Gemuruh petir di luar sana sering kali menyambar bumi, memaksa segala makhluk hidup masuk kedalam rumah. Mungkin saat ini Harpiel malah ingin mandi hujan walau cuman sebentar. Namun, Harpiel mengabaikan niatnya, dia melangkah santai ke ujung karpet hijau ini, ke tongkat sihir yang melayang tepat di sebelah singgasana.

Sebuah tongkat bermotif ular kembar yang saling mencoba melilit dan menggigit satu sama lain. Yang satu berwarna merah, satu lagi putih. Di bagian kepala tongkat, ada sebuah Salib Ankh. Melayang di atas api lilin yang membentuk formasi segienam dan di bawah terang lentera minyak, dalam penjara api hijau.

Harpiel melangkahi ketujuh anak tangga, lantas Ia menghampiri tongkat itu sambil menjentikkan jarinya, menghilangkan penjara api hijau.

Ia raih dengan tangan kanan, lalu dipegangnya dengan erat. Sayap-sayap pada punggung Harpiel mengembang. Hijau gelap dan kaku ... dari tubuh Harpiel menyeruak kilatan-kilatan hijau tua dan menyambar tongkat sihir itu beberapa kali.

Agak berat sesaat, sekarang tongkat itu ada dalam genggamannya.

Dilihatnya baik-baik tongkat sihir itu, lalu membelainya. Ini akan menjadi yang terakhir kalinya.

Haripel menuruni tangga. Di hadapan singgasananya, diujung karpet hijau ini, ada pintu kayu lebar, tinggi dan sedikit terbuka. Satu-satunya pintu masuk dan dari sana seseorang memasuki ruangan.

Orang itu berpakaian serba hitam. Dari sepatu sampai sarung tangannya. Dari masker sampai sarung pedang di punggunya. Hanya mata dan bulu mata lentiknya yang tidak ditutupi kain hitam. Berjalan cepat menghampiri Harpiel

Segera orang itu bertekuk satu lutut ketika ia berhadapan dengan Harpiel. Wajahnya dia angkat, mengulurkan tangan kanan dan membuka kepalan tangannya. Di sana ada dua biji Kacang Almond.

"Saya membawa Kacang Almond yang engkau minta, Ratuku." ucapnya lugas.

"Bagus, Chloe." ucap Harpiel lembut nyaris berbisik sambil memasukkan tongkat sihir dalam lipatan selendang putihnya.

Chloe menyoroti Ratunya dari atas sampai bawah, 'Whoaaa' ...tapi ketika tongkat sihir menarik perhatiannya, Chloe langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia pejamkan matanya. Kaki yang menopang tubuh sedikit bergeser akibat gerakan cepat barusan.

"Kenapa? Kau takut dengan tongkat ini, Chloe?"

Harpiel mendekati Chloe dan mengambil dua biji Kacang Almond itu dan memasukkannya pada saku kecil di gaunnya.

"T-tidak ... yang mulia," suara chloe tak selugas yang tadi.

"Kau lebih takut tongkat ini dari pada aku, Chloe?"

"Tidak, yang mulia. Tentu saya lebih takut padamu."

"Sangkamu aku tidak tau apa isi pikiranmu, Chloe? Heh ... Aku tau tidak ada sedikitpun rasa takutmu pada perkataanku, pada diriku ... kau lebih takut pada tongkat ini."

"Tidak ... maksud saya, iya. Eh, bagaimana menjelaskannya?"

"Aku tak perlu penjelasanmu. Aku tau kau tak ada niatan untuk mengkhianatiku saja sudah cukup. Sekarang kau boleh pergi."

Posisi Chloe masih tetap.

Harpiel mengulurkan tangan kanannya ke sisi kanan. Jari-jarinya dirapatkan dan telapak tangannya tegak. Sebuah kegelapan setipis kertas berbentuk oval merobek ruang dan di dalamnya berisi kegelapan, menganga satu meter dari Harpiel.

Itu adalah portal yang Harpiel ciptakan dengan sihirnya.

Harpiel berjalan ke arah portal itu. Chloe masih tetap pada sikapnya. Matanya hanya menatap hijau karpet pada kakinya ini. Namun, kupingnya dengan sangat tajam menghitung, merasakan, mendengar, menimbang-nimbang setiap langkah kaki Harpiel.

Langkah demi langkah terus menjauhi Chloe. Walaupun hanya semeter dari Harpiel, rasanya portal itu sangat jauh, karena ada keraguan dalam benak Chloe.

Ada sesuatu yang mengganjal dalam tenggorokannya. Sesuatu itu seakan terus menggeliat dan makin hebat dalam tiap langkah Harpiel. Sesuatu itu benar-benar ingin melompat keluar dari tenggorokannya.

Langkah Harpiel sudah memijak lantai tak berkarpet, Chloe rasa dia memang harus mengeluarkannya saat ini, sekarang juga, sebelum Ratunya pergi entah kemana.

Jadi, Chloe berteriak. "Tunggu!"

Mendadak Chloe mengangkat wajahnya. Harpiel terdiam dan menatap Chloe.

Chloe berdiri. "Saya paham ini tidak sopan, tapi bolehkan saya bertanya. Engkau hendak pergi kemana, Ratuku?"

"Bukan urusanmu ...."

Chloe mendekat pada Harpiel dan tiba-tiba menggerayahi seluruh tubuh Harpiel. Ia raba leher Harpiel, dadanya, pinggulnya, perutnya, pantatnya, pahanya bahkan betis dan alas kakinya.

Harpiel kaget dan melotot pada Chloe. "Apa yang kau lakukan!?" Kattie membuka telapak tangannya, muncul bola hijau pekat dan langsung meledak ke segala arah, mendorong semuanya yang ada di sekitar Harpiel. "ENYAHLAH!"

Chloe terpental lima meter, menghantam lantai tanpa karpet cukup keras dan tersungkur di sana.

Chloe langsung mencoba berdiri tapi kakinya goyah. Chloe terjatuh beberapa kali. Kekuatan dorongan barusan terlalu fatal baginya, tapi Chloe terus berusaha.

Dia batuk terus-terusan sambil sesekali mengeluarkan suara meludah walaupun ludahnya tak terlihat melompat keluar dari balik maskernya.

Untuk sesaat Harpiel heran dengan apa yang dilakukan Chloe barusan. Ia sebentar memastikan kondisi Chloe, tapi sekarang ia tak peduli lagi. Harpiel melangkah menuju portal gelap itu.

Chloe berhasil berdiri walaupun agak kesulitan menjaga keseimbangan tubuhnya.

Karpet hijau ini seperti sungai hijau yang memisahkan antara Chloe dengan Ratunya dan dari seberang sini ... Chloe ingin memastikan melanjutkan keinginannya tadi.

"Saya ... uhk uhk," suara Chloe tidak jelas tapi berhasil menghentikan langkah Chloe.

"Terakhir kali saya melihat engkau pergi malam-malam ..." Nafasnya masih kacau membuat Chloe sulit bicara. "Saya melihat engkau membawa Feathers of Dignity," ucapnya sambil berjuang mengatur nafas.

"Apa kau punya urusan dengan senjata pribadiku?"

"Pagi harinya saat engkau pulang ... saya menyadari, ada ... ada luka di leher dan pergelangan tanganmu, Ratuku."

Kattie terdiam, ia hanya menatap Chloe dari seberang sana. Mungkin saat ini Kattie tak sadar kalau kembang sayapnya sedikit agak layu, namun sangat jelas, dari sudut pandang Chloe.

"Waktu itu aku pergi bertempur sendirian dan aku terluka."

"Tak ada satu makhluk pun yang bisa melukai Ratu Zohal Kingdom ... menyentuh dengan seujung jari pun tidak." Chloe menggelengkan kepalanya pelan. "Kumohon Ratuku, jawab aku ... jujur," ucapnya nyaris berbisik.

"Kau sudah tau apa artinya kalau aku membawa tongkat ini, untuk apa lagi kau bertanya?"

"Siapa yang akan engkau bunuh, Ratuku?"

"Apa pedulimu!?" Harpiel membuka telapak tangannya, bola hijau gelap itu muncul lagi. Harpiel arahkan bola itu pada Chloe. "Bagaimana kalau kau yang kubunuh!?"

Chloe memegang bahu kirinya. "Kalau begitu, saya berharap, saya bisa hidup sepenuhnya untukmu ... ketika engkau menghidupkan saya lagi dengan tongkatmu itu. Apapun keinginanmu ... saya pasti akan wujudkan,"

Harpiel ayunkan tangannya dengan enggan, melepaskan nafas panjang bersama energi sihir bola hijau itu yang langsung meledak dengan hebat. Meninggalkan asap hijau tebal kesegala arah bersamaan dengan kelegaan dalam dadanya. Oh, itu adalah perasaan yang tidak penting.

"Aku ..." Harpiel memandangi langit-langit. "Malam ini aku ingin mencari permata."

"Permata ..?" ucap Chloe lirih

"Permata yang terindah, yang paling pantas untuk menghiasi diriku."

"Engkau tinggal memerintahkan, kami para bawahanmu akan langsung mencarikannya ... uuhk uuhk."

"Lebih baik sekarang kau urus dirimu sendiri."

Harpiel mengabaikan Chloe dan masuk kedalam portal. Seketika portal itu tertutup dan menghilang dari ruang singgasana. Seakan tak pernah terjadi apa-apa.

"Yes, Your Highness," ucap Chloe sendirian di sana.

Sisi lain portal ini membawa Harpiel pada ketinggian langit, jauh di atas kastilnya. Kedalam langit yang sedang hujan.

Harpiel melayang di sana walaupun sayapnya tak mengepak. Harpiel  mendongak dan menutup matanya, sejenak menikmati hujan memandikan dirinya walaupun nampaknya Kattie tak kebahasan sedikitpun. Harpiel bisa merasakan tetesan air dingin menyerbu kulit dan sayapnya.

Harpiel membuka matanya ... kemudian terbang ke atas dengan sayapnya yang diam. Menerobos serbuan air hujan. Harpiel masuk kedalam awan, terbang di antara kabut gelap. Lebih tinggi lagi, akhirnya ia bertemu cuaca cerah di sana.

Harpiel melayang dengan tenang di sana. Di atas lautan awan hitam, di hadapan bulan purnama.

Harpiel mengambil sebiji Kacang Almond dari kantung gaunnya. Ditangkupkan dalam kedua tangannya. Harpiel menatap Sang Rembulan. Aura kecil berwarna hijau tua keluar dari tubuh Harpiel, mirip seperti kilatan yang muncul saat hendak mengambil tongkat sihir. Perlahan meluas, lalu makin lama menjadi begitu hebat, seperti api yang sedang membakar tubuh dan sayapnya tapi ia tak terluka sedikitpun.

"Kau yang mengacaukan lautan, kau juga yang mengguncang jiwa manusia. Kau menghalangi para bintang, kau juga yang menunjukkan jalan ..."

Harpiel membuka tangkupan tangannya dengan sedikit tenaga, demi sekaligus melempar Kacang Almond ke arah bulan.

Selagi Kacang Almond itu terlempar ke sana, "O bulan! Bukalah jalan ke sisi lain dunia! [Vibrancy Magic: Pierces The Mistyc]!"

Aura dari tubuh Harpiel menguap keluar mengejar Kacang Almond. Ketika Aura-nya menyentuh kacang itu, Kacang Almond langsung diam melayang pada posisinya. Aura Harpiel terus menguap ke arah kacang itu dan masuk kedalamnya. Kacang Almond menghisap Aura hijau tua milik Harpiel. Sesaat kemudian, Aura kuning emas dari arah seberang juga ikut terhisap, Aura dari bulan purnama.

Awalnya sedikit, makin lama makin banyak aura dari keduanya dihisap oleh Kacang Almond. Sampai akhirnya sejumlah besar aura ditarik begitu saja dari tubuh Harpiel, tubuh fisiknya ikut terhisap. Tapi sekejap Harpiel bisa mengembalikan posisi dan kesadarannya.

Kacang Almond itu meledak dan Aura Harpiel tidak lagi dihisap. Ledakannya begitu hebat, juga menyemburkan cahaya keemasan ke segala arah, membuat selendang Harpiel menari bersama rambut peraknya dengan angin akibat ledakan itu.

Dari balik ledakan itu menganga sebuah portal kuning emas, di dalamnya berisi cahaya terang yang cukup bersaing dengan cahaya purnama.

Harpiel mendekati portal itu. Pandangannya menyoroti cahaya terang di dalam. Portal ini begitu menyeruakkan sinarnya keluar, berbeda dari portal gelap yang biasa dipakai Harpiel. Jadi ia masukkan tangan kanannya lebih dulu. Pelan-pelan. Harpiel menunggu sebentar ... tak terjadi apa-apa. Tapi cahaya terang ini menyoroti bagian kecil kulit di pergelangannya. Bentuknya garis lurus dan agak tebal.

Harpiel tarik tangannya, ia perhatikan pergelangan itu. Jari-jarinya meraba bagian kulit itu dan terasa beda. Kasar ... lantas ia meraba lehernya. Sebagian jari-jarinya merasakan sensasi yang sama. Kasar ....

Gambaran wajah Chloe muncul dalam benak Harpiel, membuatnya menyunggingkan senyum kecil. Bekas luka itu benar ada, seperti kata Chloe.

Harpiel mengepalkan tangannya. Asap kecil keluar dari kedua bekas luka lalu menghilang bersama.

Harpiel menatap cahaya di dalam sana. "Kali ini pasti berhasil!"

Harpiel masuk ke portal tanpa ragu.

avataravatar
Next chapter