1 BAB 1 : Pertengkaran

Gemuruh petir dan cuaca tak mendukung pada sore hari membuat seorang gadis terbangun dari tidur siangnya, dengan duduk menyila. ia menengok kesana kemari dan menghela napas panjang seakan-akan tidak ingin sekali melanjutkan aktivitas nya setelah pulang sekolah tadi.

Ia menggaruk-garukan kepala nya dan sesekali mengusap rambutnya supaya tak kembali megar seperti singa.

Langkah kaki nya beranjak masuk ke dalam kamar mandi, tak sampai semenit ia kembali keluar dengan wajah yang telah basah untuk menghilangkan kotoran yang hinggap di matanya.

Menuruni anak tangga dan duduk di salah satu kursi meja makan seraya mengambil segelas air putih dingin.

"Wah, tuan putri turun nih." ejek laki laki matang dengan perawakan tinggi sembari terkekeh menatap wanita yang kini melirik tajam namun mulutnya tidak berhenti mengunyah kue keju yang ia lahap barusan.

"Husss! adik kamu baru bangun tidur, sudah di ganggu aja."

"Malam ma, Malam Bang Pati."

"Lagi masak apa ma?"

"Selamat malam tuan putri!" sahut laki-laki yang tepat berada di hadapannya sembari melahap satu suapan potongan kue keju yang persis dirinya makan barusan.

Ya, Tuan putri yang dimaksud adalah Eca, lebih tepat nya Ganesha Amira. gadis SMA kelas 12 yang periang dan merasa hidupnya penuh suka cita. Eca berusia 18 tahun. Ia tinggal bersama dengan ibu dan saudara laki-lakinya. tidak bersama dengan ayah nya karena sudah tiada sejak 5 tahun yang lalu.

Berbicara tentang saudara laki-lakinya, Respati Amran. Biasa akrab di sapa Pati yang saat ini sudah berprofesi sebagai seorang dokter di salah satu Rumah Sakit di Bali. Jarak umur antara Eca dan Pati cukup jauh sekitar 6 tahun.

Pati sangat menyayangi Eca, apapun yang dilakukan adik perempuannya, Pati selalu memberikan arahan atau masukan supaya kehidupan Eca selalu berjalan dengan baik.

"Masih ada kotoran di mata iwh," Pati meledek, membuat Eca mendengus sebal mendengar celotehan dari saudara laki-lakinya.

"Bisa tidak sekali aja, gak ganggu Eca? Ma, Bang Pati menyebalkan! " celetuk perempuan muda tersebut dengan merengek manja kepada ibunya.

"Gak bisa wle!"

"Respati berhenti... ."

"Setiap waktu selalu ribut, pusing mama mendengarnya," ujar ibunya dengan tatapan keheranan.

"Pati, kamu hari ini dinas?"

"Iya ma, pulang akan lebih telat seperti biasanya."

"Setiap hari juga pulang telat," ketus Eca yang langsung berdiri dan beranjak pergi ke arah dapur untuk menaruh gelas ke bak cuci piring.

"Tidak perlu ikut campur huh!"

"Masih dilanjutkan ributnya?!" tegur ibunya lebih tegas membuat Pati hanya tertawa kecil.

"Asupan Eca mungkin. Nanti kalau gak ada aku, Pasti deh kirim pesan.. Kapan pulang? setiap lima menit sekali. hahaha," sahut Pati membuat Eca menoleh.

"Maaf ya gak ada waktu buat melakukan hal seperti itu."

"Masa?"

"Iya!"

"Hampir lupa! Waktu Eca kan selalu di pakai untuk Angkasa," sahut Pati kembali membuat Eca menghentakan gelas yang ia cuci saat ini.

BRAK!

"RESPATI! AKU BENCI KAMU!" teriak Eca membuat Pati beranjak pergi dan berlari kecil, melihat akan hal tersebut ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepala atas tingkah kedua anaknya.

Eca yang kembali bersantai duduk di kursi meja makannya, merasa tersontak dengan ucapan Ibu nya "Angka sudah lama gak kesini, terakhir sebelum UAS semester awal. Kenapa Angka sibuk kah? Atau kalian bertengkar?"

"Enggak, Eca gak bertengkar dengan Angka, ma." jawabnya dengan singkat yang masih terus memainkan ponselnya.

"Lalu?"

"Mungkin belum sempat ma, Eca juga tidak gak memaksa Angka untuk main ke rumah," tegas Eca lagi dengan menatap ibunya.

"Iya, kirain mama kamu bertengkar dengan Angka. Belakangan ini juga kamu pulang selalu ontime."

Eca hanya membalas dengan senyuman, dan jujur saja hubungan dirinya dengan Angka pun mulai merenggang semenjak laki laki tersebut sibuk dengan geng motornya.

"Ma, Eca minta izin buat bertemu dengan teman-teman ya?"

"Dengan siapa? Istirahat. Lagi pula sudah mau malam, Ca."

"Dengan Gee, Flo dan Reya seperti biasa. Boleh ya ma sebentar saja, please," pinta Eca merayu ibunya, yang saat ini menatap tajam wajahnya.

"Belum jam 7 kok. Please mama cantik!"

"Hmm, lagi pula kalau mama melarang.. kamu akan tetap pergi kan? Tapi ingat jangan pulang terlalu larut. Oke?"

"SIAP BIG BOS!" teriak Eca yang langsung sigap berdiri dan berlari ke kamarnya untuk bersiap-siap.

°°°°°

Hampir tiga puluh menit Eca bersiap untuk bertemu dengan teman-temannya. Dengan gaya casualnya rok diatas dengkul dengan balutan gardigan oversize berwarna hijau tosca, ditambah rambut panjang nya terurai dengan sepit dikepala, membuat dirinya terlihat sangat cantik dan imut karena tubuhnya yang cukup dibilang mungil dari wanita lainnya.

Dengan sigap ia mengambil ponsel di atas kasur untuk menghubungi teman-temannya.

°°°°°

Message

Ganesha

Guys, gue on the way, di tempat biasa kan?

Flora

Iya, gue udah sama Gee

Gee

Ayo datang lebih cepat. Hahaha!

Ganesha

Sabar! Hahaha

Ganesha

Reya sudah datang?

Gea

Percuma tidak akan di balas, hahaha.

Ganesha

Read.

Flora

Read.

Reya

Read.

°°°°°

Malam ini Eca diantar oleh Pati untuk menuju tempat yang biasa ia datangi bersama teman-temannya yaitu cafe seribu cerita, tepatnya berada di pinggir pantai seminyak bali. banyak sekali muda-mudi untuk menghabiskan waktu disana untuk berkumpul termasuk Eca dan sahabat-sahabatnya.

"Bang Pati, terima kasih," ucapnya ketika sudah sampai di depan kemudian turun dari mobil saudara laki-lakinya.

"Pulang nya jangan ngelantur kemana-mana Ca," sahut Pati, dengan tatapan serius ke arah adik perempuannya yang saat ini sudah sibuk dengan ponsel genggam nya.

"Kalau bisa minta jemput Angkasa aja."

"Ck! Selalu Angkasa."

"Tapi senang kan?"

"Sana nanti telat, hati-hati Bang," ketus Eca dengan nada sedikit meninggi.

Setelah kepergian Pati, Eca masih berada di sebrang jalan dan sibuk dengan layar pada ponsel nya, entah apa yang ia lihat di layarnya membuat Eca menyebrang tanpa memperhatikan sekitar.

Tiba-tiba..

Lengannya ditarik sergap seseorang, menunjukan Eca hampir saja menabrak sebuah gerobak yang terparkir dipinggir jalan.

"Ganesha! Kebiasaan banget, jalan jangan sambil main handphone," ujar seorang laki laki dengan perawakan yang cukup tinggi dan begitu tampan. Saat ini laki-laki tersebut masih menggenggam lengannya.

"Angka?"

"Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Maaf dan makasih untuk barusan," sahut Eca yang tersadar dirinya sudah tepat berada di hadapan teman laki-lakinya dengan paras yang begitu hangat. Ya lebih tepatnya Angkasa Fath atau biasa di sapa Angka.

Ketua Geng Motor Zigveorus dari sekolah kultur budaya Bali, dimana tempat mereka bersekolah.

Namun dibalik wajah hangat nya Angkasa, ia memiliki sikap yang dingin kepada orang yang tidak di kenal membuat orang-orang enggan untuk menyapa terkecuali Geng Motor nya dan Eca.

"Aku gak ingin kamu minta maaf, Ca. Masalahnya kamu berkali-kali gak memperhatikan jalan, kalau udah sentuh handphone."

"Sekarang kamu mau nabrak gerobak, yang gak salah apa-apa. Besok apa lagi?!"

avataravatar
Next chapter