11 Uang, Material atau Perhatian?

Hari itu semuanya berjalan dengan lancar. Dia merasa lega saat melihat ekspresi terkejut sekaligus senang yang luar biasa pada wajah Meryl setelah membuka hadiahnya.

Ini pertama kalinya dia melihat sebuah tas sesederhana itu. Tas mungil merah muda berbentuk kotak dengan ujung lebih panjang dikedua sisinya terlihat sangat manis saat dibawa oleh temannya.

Jika dilihat sekilas tas itu terlalu kecil untuk dimasukkan barang, hanya satu ponsel dan dompet kartu nama yang bisa masuk kedalamnya.

Joy juga menyadari ada manik-manik kaca membentuk gambar burung kecil dipojok bagian bawah. Ada aksesoris berhuruf R yang menggantung di salah satu pegangan tasnya.

Baginya tas tersebut sama sekali tidak memiliki kegunaan selain terlihat manis. Dia menduga harga tas tersebut tidak mungkin lebih dari satu juta.

Namun saat melihat ekspresi Meryl yang begitu puas melihat hadiahnya membuatnya bertanya-tanya, apa benar harga tas itu dibawah perkiraannya?

"Joy, darimana kau bisa mendapatkan Reine?"

Seseorang bertanya padanya.

"Reine?"

"Iya, tas itu dari Reine kan? Aku dengar sangat sulit mendapatkan tas dengan merk legenda itu."

Legenda? Meskipun sangat penasaran, namun Joy tetap tidak berkomentar. Dia hanya mendengarkan lawan bicaranya terus berbicara.

Reine adalah seorang pembuat tas yang melegenda. Dia sangat suka menaruh berlian di tas buatannya. Dan huruf R yang terbuat dari emas murni sebagai lambangnya.

Berlian!? Joy membelalak saat mendengar itu. Sekali lagi dia mengamati manik-manik kaca kecil pada bagian bawah tas tersebut. Rupanya itu bukan manik-manik biasa melainkan berlian?

Tidak hanya itu dia juga baru menyadari kilauan emas yang mengayun di tas tersebut. Dengan adanya emas dan beberapa berlian yang menghiasi tas tersebut, belum lagi jasa harga seorang designer ternama diseluruh dunia, Joy sama sekali tidak bisa membayangkan berapa banyak yang harus ayahnya bayar untuk mendapatkan tas itu.

Kabarnya Reine hanya membuat satu design satu produk. Karena itu siapapun yang nemiliki salah satu Reine tidak akan memiliki design yang sama dengan orang lain.

Dan untuk memesan tas dari Reine, harus mengantri hingga satu tahun baru bisa mendapatkan barangnya. Itupun kalau berhasil mendapatkan nomor antrian. Karena Raine hanya membuat sepuluh design saja untuk waktu satu tahun.

Inilah sebabnya barang dengan merk Reine sangat diincar oleh para wanita dan rela membayar harga yang mahal demi memiliki salah satu produk design Reine.

Joy mulai merasa tidak nyaman dengan banyaknya orang mengerumuninya. Bahkan Meryl bersikap sangat manis didepannya. Lebih manis daripada biasanya.

Joy tidak suka dengan perilaku yang ia terima. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sebelum acara selesai.

Sesampainya di rumah, Joy segera mencari ayahnya untuk menanyakan hal ini.

"Papa tidak mengeluarkan uang apapun." itulah jawaban yang diberikan saat dia bertanya harga tas tersebut.

"Tidak mungkin. Tas milik Reine tidak mungkin dibawah satu milyar."

Ayahnya mengulas tersenyum, "Jadi kau sudah tahu?"

Joy nyaris tidak bisa menahan kejengkelannya. Bahkan untuk mengeluarkan uang lima puluh juta saja dia harus berpikir ulang, tapi ayahnya malah mengeluarkan uang satu milyar tanpa pikir panjang. Dan untuk hadiah ulang tahun temannya. Temannya.. Bukan dirinya ataupun ibunya.

Jika itu untuk ibunya atau dirinya, dia tetap akan merasa jengkel, tapi tidak sebesar saat ini.

"Joy, papa benar-benar tidak mengeluarkan uang apapun." ungkap ayahnya tepat sebelum Joy hampir lepas kendali.

"Maksud papa?"

Kemudian dia mendengarkan penjelasan dari ayahnya. Rupanya, ayahnya mengenal baik keluarga designer Reine. Entah kenapa akhirnya mereka memberikan salah satu produk Reine yang baru selesai dibuat secara cuma-cuma.

"Darimana papa bisa mengenal mereka?"

"Begini-begini papamu memiliki berbagai macam teman. Ingat perkataanku Joy, memiliki seribu teman itu masih kurang daripada memiliki satu musuh. Karena itu, berusahalah akrab dengan siapapun tidak peduli latar belakangnya."

"Tapi kau juga harus memilih pergaulanmu. Tidak semua teman itu mau berteman denganmu tanpa ada maksud tersembunyi. Kau harus lebih pintar dalam memilih teman, dan jangan lupa; jangan pernah menciptakan musuh. Jika memang ada teman yang kurang baik, kau hanya tidak perlu sering-sering bertemu dengannya. Apa kau mengerti?"

Joy tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Dia mulai teringat akan kisah ayahnya yang diceritakan pria misterius itu. Ayahnya bertemu berbagai macam orang di hotel miliknya, dan mereka masih saling berkomunikasi hingga sekarang.

Pengacara, perusahaan asing yang membantu memecahkan masalah ibunya; mereka semua adalah teman ayahnya.

Semakin jauh dia mengenal ayahnya, semakin Joy terkagum-kagum akan beliau.

Satu misi untuk mengenal ayahnya lebih dalam hampir selesai, sekarang ibunya. Dia juga ingin mengenal ibunya lebih dalam lagi. Dia ingin hubungan mereka bertiga semakin membaik dan saling mengasihi satu sama lain.

Keesokan harinya, Joy bangun dengan penuh semangat. Karena ini adalah hari Minggu, dia yakin ibunya tidak akan pergi untuk bekerja.

Karena itu Joy bangun lebih pagi daripada biasanya dan mandi sebelum menemui ibunya.

"Mama, selamat pagi." sapa Joy dengan suara yang sangat manis

"Pagi," balas ibunya dengan singkat sambil membaca dokumennya.

"Mama, Joy dengar mama bisa masak sup cumi? Sepertinya sup cumi mama adalah sup terenak di dunia ini."

Gardnerr yang sedang minum kopi panasnya tersedak mendengar pujian putrinya. Dia memang bilang sup cumi istrinya sangat enak, tapi dia tidak pernah bilang kalau masakan istrinya itu sup terenak di dunia ini.

Dari siapa anak ini belajar memuji orang dengan gaya gombal seperti ini?

"Siapa yang bilang begitu?" tanya ibunya tidak bisa tidak senang dengan pujian itu.

"Ada deh." jawab Joy dengan nada jahil. "Tapi, Joy belum pernah mencicipi masakan mama. Kapan mama mau masak sup cumi khusus Joy?"

Siapa yang bisa menolak jika putrinya sudah meminta dengan sikap manja seperti itu? Pikir Gardnerr.

Sepanjang ingatannya dia tidak pernah melihat putrinya bersikap manja seperti saat ini. Bahkan untuk memintapun tidak pernah. Istrinya selalu memberinya uang supaya Joy bisa membeli apapun yang diinginkan tanpa meminta.

Kalau dipikir kembali, apa yang harus diminta Joy jika sudah ada uang yang bisa memenuhi keinginannya? Dia baru menyadari kesalahannya.

Yang dibutuhkan putrinya bukan uang.. melainkan perhatian mereka berdua. Selama ini dia berpikir persis seperti istrinya. Asal ada uang, maka semua kebutuhan Joy akan terpenuhi.

Ternyata dia salah. Apa yang dibutuhkan Joy bukanlah uang mereka, tapi kebersamaan mereka. Kenapa dia tidak menyadarinya dari dulu?

Karena itu dia sungguh berharap istrinya akan mengabulkan permintaan putri mereka. Meskipun awalnya dia yakin istrinya tidak akan menolak, tapi entah kenapa dia merasa takut mendengar penolakan istrinya.

"Baiklah, hari ini mama akan masak."

Barulah Gardnerr bisa bernapas lega mendengar jawaban dari istrinya. Dan saat melihat putri mereka bersorak kegirangan bersama istrinya yang tertawa geli melihat tingkah laku putri mereka, Gardnerr merasa kehidupannya bewarna kembali.

Sayangnya warna-warna tersebut menghilang dengan sangat cepat saat mendengar suara dering musik dari ponsel istrinya.

Jangan angkat. Pintanya dalam hati. Tapi itu tidak mungkin... meskipun dia memintanya untuk tidak mengangkatnya, istrinya pasti tetap akan menerima panggilan ponselnya.

Begitu istrinya mengangkat ponselnya, hatinya merasa was-was. Dan ternyata, kekhawatirannya terjadi...

"Maaf, sayang. Mama tidak bisa masak hari ini. Ada masalah darurat di kantor. Mama harus kesana sekarang."

Gardner menggertakkan gigi begitu melihat ekspresi sedih bercampur kecewa pada wajah Joy. Putrinya tetap mengumbar senyum pada istrinya saat menjawab ibunya.

"Tidak apa-apa ma. Joy bisa makan masakan mama lain kali."

Setelah itu istrinya langsung memanggil supir mereka dan berjalan keluar.

Gardner segera bangkit berdiri menyusul istrinya.

"Helen, tidak bisakah kau melupakan urusan pekerjaan untuk hari ini?"

Helen melepaskan tangannya dari cengkeraman suaminya dengan kasar.

"Kalau aku tidak bekerja, siapa yang akan membiayai keluarga ini? Kau tidak mau bekerja dan menaruh semua beban padaku. Jadi jangan mengguruiku!"

"Siapa yang menyuruhmu untuk menanggung beban huh? Kalaupun kau ingin bekerja, silahkan. Tapi tidak untuk hari ini. Setidaknya sediakan waktumu untuk Joy. Dia membutuhkanmu."

"Karena itulah aku bekerja. Kau pikir untuk apa aku mencari uang susah payah. Semua yang kulakukan semuanya untuk Joy. Dia bisa memakai baju baru, tas baru, semua apapun yang diinginkannya; aku bisa memberikan itu semua."

"Yang dia butuhkan bukanlah uang ataupun material! Dia membutuhkan perhatian kita!" nada suara Gardnerr mulai meninggi.

"Hmph! Kau sama sekali tidak mengerti Joy. Yang kau lakukan hanyalah makan, tidur, keluar bersama teman-teman tak bergunamu. Jangan berlagak seolah-olah kau tahu apa yang dibutuhkan Joy. Karena aku yang paling tahu semua kebutuhannya."

Setelah mengatakannya dengan suara yang keras, Helen masuk kedalam mobilnya dan menyuruh supir untuk segera meninggalkan tempat itu.

Gardnerr merasa geram dan hanya mendesah berat melihat kepergian istrinya. Dia sama sekali tidak menyadari putrinya telah berada disana menyaksikan pertengkaran mereka.

"Papa, mengapa papa tidak memberitahu mama yang sebenarnya? Joy tahu diam-diam papa membantu pekerjaan mama. Bukankah lebih baik kalau papa memberitahu mama? Dengan begitu, mama tidak perlu salah paham tentang papa."

Gardnerr menatap putrinya dengan sedih. Seandainya dia bisa memberitahukan istrinya, dia pasti akan melakukannya. Hanya saja dia sudah tidak bisa lagi memberitahukan semua isi hati pada istrinya.

Dia tahu kondisi hubungan mereka sudah berada di ujung tanduk. Dia takut, begitu memberitahukan segala isi hatinya, bukan damai yang muncul melainkan pertengkaran yang ada.

Karena itu dia memutuskan untuk diam.

avataravatar
Next chapter