1 Kamu dingin seperti Es

"Permisi, pesanan anda." Waiter meletakan segelas es coklat di hadapan Azalea. Manis, dingin, semoga bisa memberi rasa setelah satu tahun lalu ia hambar.

Berulang kali ia kembali melihat gedung tinggi di sebrang cafe, lamaran kerjanya gugur sebelum interview dengan alasan terlalu lamban bergerak.

Butuh satu tahun agar ia bisa kembali berdiri, kecelakaan itu tidak hanya merenggut orang-orang yang ia sayangi, juga kemampuan kakinya.

Untuk berjalan sekarang ia dibantu topangan tongkat, semua yang ditinggalkan orang tuanya habis untuk pengobatan dan masih harus terus ia lakukan, untuk sembuh.

Minuman dingin ini tidak mampu menghilangkan denyut di kepala sekali lagi Azalea kecewa. Kantor kesekian yang menolak dengan alasan kecacatan pisik.

Ia melihat tongkat yang bersandar di sebelah tempat duduk lain. Tidak ada batas untuk rasa sakit atau mungkin ia sudah lupa apa itu sakit?

Es coklat sudah habis, kini perutnya kelaparan, ia melirik menu yang ada serta barisan harga. 'tidak di rumah masih ada mie instan' tolaknya dalam hati.

Ia meraih tongkat untuk berdiri, sial untuknya karena kurang berhati-hati tongkat itu terjatuh mengenai meja lain. Ditambah satu cangkir kopi tumpah mengenai pemiliknya.

"Maaf, maaf saya tidak sengaja!" setidaknya ia tidak ingin membuat masalah pada orang lain cukup hidupnya yang bermasalah.

Pemilik kopi bangun mengibas tangan, serta kemeja putih bernoda hitam, mudah-mudahan Dewa membuat Azalea menghilang saat ini tapi doanya tidak akan terkabul. Tidak Pernah.

Tanpa berkata Pemilik kopi langsung meletakan uang lembaran di atas meja lantas berbalik tidak melihat Azalea, apa lagi membalas permintaan maafnya.

Melihat dirinya seakan tidak terlihat apa lagi di hargai oleh Pemilik kopi, ego Azalea melambung.

"Bukankah aku sudah minta maaf, seharusnya kau membalas ucapan ku setidaknya tersenyum!" sengit Azalea ia menunggu. Melihat Pemilik kopi menghentikan langkah. Sekalipun ia belum ada uang untuk mengganti kemeja yang kelihatan mahal itu.

Senyum sedikit meremehkan Pemilik kopi untuk Azalea saat Keduanya beradu pandang, "Kau sanggup mengganti!" sudah lama Azalea tidak melihat mata laki-laki sedekat ini.

Tidak bisa dipungkiri selain ketampanan, pria ini juga memiliki suara yang terdengar berat dan seksi.

Azalea hampir saja lupa ia sedang bermasalah dengan kopi.

"Tadinya, aku ingin berbelas kasih, tapi. Setelah melihat kesombonganmu sepertinya kau tidak pantas dikasihani!" Pemilik kopi melepas satu-persatu kancing baju di hadapan Azalea, memamerkan daging yang tercetak sempurna.

Dhruv meletakan bajunya dengan kasar di atas meja. "ganti dengan sama persis!" perintahnya tanpa perduli di sekeliling para wanita sedang memuja.

"Ini sebagai jaminan!" ia menarik tumpukan kertas dalam dekapan Azalea, yang adalah lamaran kerjanya.

"hey!!! " panggil Azalea.

Tidak diperdulikan Dhruv ia berjalan membelakangi Azalea.

Dari luar asisten membukakan pintu kafe lantas memberikan baju lain yang masih tertutup rapih, ia menunduk hormat langsung membukakan pintu mobil.

Mobil berlalu meninggalkan kebodohan Azalea hari Ini.

Bisa-bisanya ia membuat masalah saat terjepit seperti sekarang, mengganti? Uang saku saja ia tidak punya, berkali-kali pun ia menghentak keningnya dengan telapak tangan, Dhruv tidak akan kembali.

Sial memang kenapa dokument harus dibawa semua. Kenapa ia tidak membawa foto copy saja hari Ini.

Azalea kebali duduk meletakan tongkatnya kembali, hanya ada baju dan masalah, kepalanya tertunduk.

Azalea kembali mengangkat kepala ia ingat masih jadi perhatian pengunjung lain, ia harus pergi. Tongkat kembali diraih berjalan menuju pintu luar, sampai pada ambang pintu mata jernihnya menangkap iklan di pintu kaca.

"DIBUTUHKAN PEKERJA YANG SERIUS MELAYANI PELANGGAN."

Seakan ada kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya, mata Azalea berbinar ia akan selamat, Azalea langsung berbalik arah menuju meja kasir.

"Saya ingin melamar pekerjaan," ia menunjuk selebaran yang tertempel di pintu. "Masih bisa kan? " tanyanya semangat.

Penjaga kasir bingung melihat kondisi Azalea, berjalan saja payah bagaiman cara ia bekerja di kafe yang menuntut kecepatan.

"Kedua tanganku baik-baik saja, kakiku hanya cedera masih bisa sembuh," tutur Azalea pasrah. Berharap pun percuma rasanya.

"Kau bisa membawa kotak kopi?" tanya penjaga kasir. Dari papan namanya tertulis nama HERA.

Azalea mengangguk.

"Ikutlah dengan mereka, layanin Pelanggan dengan senyuman dan ketulusan!" Kata Hera sikapnya seperti seorang kakak.

Mata Azalea kembali berbinar semangat, ia dibantu memakai apron bertuliskan nama kape ini. Lantas naik mobil yang sudah terparkir di depan, yang siap mengantarkan pesanan.

Waktu sudah dilewati, selama dalam perjalanan Azalea berkenalan dengan penghuni mobil. Dari supir dan yang bertugas sama seperti dirinya, Mengantarkan pesanan.

Dhruv wilson :

Dhruv sudah sampai di ruangan, asisten masih ada di depan meja memberikan beberapa lembar kertas yang harus ditandatangani.

"Pesankan aku kopi yang sama!" perintah Dhruv tanpa melihat asistennya, "kau boleh keluar!"

Perintahnya lagi dibalas anggukan hormat asisten itu, ia keluar dari ruangan.

Azalea sampai pada ruangan yang tadi disebutkan rekannya, mereka semua berpencar dengan tugas mengantarkan pesanan masing-masing, mengingat gedung ini sangat tinggi Azalea tidak henti berucap dan berdoa semoga kelak ia bisa bekerja disalah satu bagia.

"CEO ROOM." Tulisan yang terpajang di pintu kayu ini. Azalea menarik pelan gagang pintu besi itu, ia masuk tapi kepalanya masih tertunduk sibuk memposisikan tongkat agar tidak menimbulkan suara gaduh.

Langkah pertama masih menunduk. Langkah kedua baru lah ia menegakan kepala. Ternyata malang masih belum usai, mata gelap itu lagi yang ia lihat sedang menatap dari balik meja dengan angkuhnya.

Dhruv melihat Azalea datang dari pertama kali ia membuka pintu, sampai kehati-hatia memposisikan tongkat. Dhruv tidak melepaskan pandangan sedikit pun, sampai pada sekarang mereka kembali beradu pandang dan Azalea menghembuskan napas ke atas dahi sampai poni tipisnya terayun. Pinggiran bibir Dhruv sedikit bergerak, sayang tidak terlihat oleh Azalea.

Azalea ingat ucapan Hera, "Melayani pelanggan dengan seyum dan ketulusan!" Ingin sekali ia mengumpat sekerasnya sekarang.

"Pesanan anda sudah datang," sapanya mencoba sopan dan tersenyum paksa.

"Mm," guman Dhruv. "letakan di meja!"

Azalea mendekat ke meja.

"Meja sana!" ralat Dhruv.

'Tenang Azalea hanya ada satu orang yang seperti ini' batin Azalea ia kembali menghempas napas ke atas dahi.

Kopi sudah diletakan Azalea ia sudah akan membuka pintu keluar.

"Hey, tunggu. Kemari!" perintah Dhruv tanpa melihat Azalea, ia masih terus menunduk melihat pekerjaan.

Azalea mendekat, sampai ia berdiri di hadapan Dhruv.

Dhruv membuka laci meja, mengeluarkan lembaran uang lantas meletakan di hadapan Azalea.

"Apa Ini?" tanya Azalea.

Dhruv mengangkat kepala lantas bersandar kebelakang. "Tentu saja tips, jangan salah sangka, ini untuk teman-temanmu yang lain aku terbiasa memberikan tips, lewat orang yang mengantarkan kopiku. Salah sendiri kau yang antar!"

Hari ini adalah hari yang paling Azalea sesali untuk bangun dipagi hari, tadi harusnya ia lebih baik tidur seharian apa lagi cuaca sepanas ini akan lebih menyenangkan jika ia berguling-guling di kasur dengan ac menyala, napasnya kembali ditarik ia mengambil uang tadi lantas dengan nada berat, "terima kasih."

avataravatar
Next chapter