5 BAB 4

Benar-benar Ada

Keesokan harinya.

Udara dingin masih tersisa bahkan masuk ke dalam kamar yang semalam hangat. Kasur masih terasa sangat empuk untuk menyangga tubuhku yang lelah. Selimut yang meliputi tubuh sudah agak terbuka dan berantakan.

Kemudian semua kenyamanan tadi dibubarkan secara tiba-tiba oleh suara burung-burung yang berkicau dipagi hari. Lily membukakan matanya secara perlahan, pandangannya masih terlihat samar-samar. Bahkan sukmanya belum sepenuhnya terkumpul ditubuhnya.

Lily menguap. "Hoooaamm...." Ia menggeliat.

Setengah sadar, ia bangun dari ranjangnya dan lekas pergi ke kamar mandi dengan berjalan malas. Lalu ia segera mandi, membersihkan seluruh badannya. Setelah itu, ia baru menyadari kejadian malam tadi bahwa ia bertemu dengan seorang peri yang tiba-tiba membangunkannya.

"Apakah aku bermimpi? Atau berkhayal?" pikirnya mengingat-ingat. Lily mulai membuka lemari pakaiannya. Ketika ia mulai membuka pintu lemari tersebut, tiba-tiba...

Triniiing...

Suara bel berbunyi, lalu melewatinya. Sontak Lily terpelonjak karena terkejut.

"Hai!" Bella melambaikan tangannya.

Lily melototkan dua matanya, mencoba melihat dengan sangat jelas. Lalu ia menggosok kedua matanya, ia merasa takut bahwa itu adalah khayalan semata. Namun setelah digosok berkali-kali, Bella tetap ada dihadapannya dan terbang kesana-kemari mengelilingi tubuh Lily.

"K-kau benar-benar ada?" tanya Lily terbata-bata dengan perasaan yang masih takut.

"Seperti yang kau lihat," sahutnya.

Lily menggosok kedua matanya dan berkedip beberapa kali, mencoba untuk melihat dengan sangat jelas akan peri tersebut, dan itu benar nyata. Peri memanglah ada, bukan hanya sebuah dongeng semata.

"Wow! Wow! Wooow ...."

Berkali-kali ia terkagum-kagum dengan keberadaan peri Bella dihadapannya.Ini bukan hanya sekedar khayalan atau mimpi, melainkan sebuah kenyataan yang membuat hatinya merasa sangat senang. Samar-samar terdengar seseorang berteriak memanggil namanya, sontak Lily memberikan isyarat tangan dan berbicara pelan kepada Bella untuk segera bersembunyi.

Lalu Bella terbang kesana-kemari mencari tempat untuk bersembunyi, Lily tidak tinggal diam. Ia pun membantu mencarikan tempat bersembunyi untuk Bella, akhirnya Lily berpikir bahwa ia harus bersembunyi ditempat awal ia bersembunyi, yaitu di lemari bajunya.

"Tunggu sebentar! Aku akan kembali. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu," ujar Lily. Lalu ia pun mengambil pakaiannya dari dalam lemari, dan menutup pintu lemarinya. Segera ia memakai baju dan menghampiri seseorang yang memanggilnya.

Lily menarik napasnya, mencoba untuk tenang dan memperlihatkan sikap yang biasa saja. Agar oranglain tidak mencurigainya.

"Selamat pagi, bunda!" Lily menyapa dengan hangat.

"Selamat pagi!" sahut ibundanya, "Hari ini kau akan sekolah keputrian. Di sana kau akan mendapatkan pelajaran yang lebih baik dan banyak juga di sana tentang keputrian." Tambahnya.

"Apa itu di desa?" tanya Lily berharap sekolahnya di sana. Namun sayang, jawaban itu tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

"Tidak, kau akan belajar di kastil kecil, yang sering dipakai untuk latihan dansa."

Mendengar jawaban itu, membuat Lily merasa kecewa. Karena ia sangat berharap besar untuk pergi ke desa.

"Baiklah, bunda," sahutnya lemas.

Lalu ia pun berjalan malas menuju kastil kecil dengan rasa yang malas dan memang sangat membosankan bagi dirinya. Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba Bella datang tepat berada dihadapannya.

"Hai!" sapanya.

Lily kembali terpelonjak. Sudah kesekian kalinya ia dibuat terkejut oleh Bella karena selalu datang secara tiba-tiba dihadapannya.

"Aiiih... Kau selalu membuatku kaget," umpat Lily.

"Maaf, itu adalah kesukaanku." Bella terbang mengelilingi Lily sambil tersenyum.

Lily menggeleng-gelengkan kepalanya, "Nama kamu siapa?"

"Aku Bella. Senang bisa menjadi temanmu." Bella membunyikan belnya.

"Aku juga senang bisa bertemu denganmu. Namaku Lily." Lily tersenyum simpul padanya. Ia merasa beruntung karena ia dapat berkenalan dengan seorang peri hutan tanpa disengaja.

"Hai, Lily! Ayo kita pergi!"

"Kemana?" tanya Lily kebingungan.

"Kita berpetualang didalam hutan."

Mendengarnya memberikan sebuah tawaran itu, membuat Lily tergiur. Karena ia memang ingin sekali untuk pergi keluar istana, ia pula ingin berpetualang masuk ke dalam hutan.

"Aku harus belajar di sekolah keputrian. Lagian saat ini ada banyak penjaga di sini. Aku akan ketahuan dan dikenai hukuman berat.," Lily kembali berjalan dengan langkah yang cepat.

"Nanti malam? Kau ingin pergi ke desa, kan? Melihat dunia luar dan merasakan kebebasan?" tawar Bella, membuat Lily kembali berpikir.

"Caranya bagaimana?" tanya Lily.

"Akan aku tunjukkan."

Ketika Bella hendak terbang pergi, Lily pun menahannya.

"Kau mau kemana?"

"Menunjukan caranya untuk keluar," sahut Bella dengan polosnya.

"Maaf, tapi saat ini aku harus belajar dulu. Kau pergilah! Jika seseorang melihatmu, mungkin dia tidak akan melepaskanmu begitu saja. Karena mereka akan menganggapmu sebuah ancaman," jelas Lily sambil berbisik. Ia tahu bahwa jika Bella keluar dari kamarnya, sama dengan bunuh diri.

"Apa itu sebuah ancaman?" tanya Bella kebingungan.

"Duuh... Kau ini tidak tahu ancaman, ya?" Bella menganggukkan kepalanya, "Ancaman adalah bagian dari risiko. Yang dinilai membahayakan terhadap kelompok atau individu lainnya," jelas Lily panjang lebar.

Bella terlihat masih kebingungan, "aku tidak mengancam mereka."

Lily memutar bola matanya, "Tapi mereka yang mengancammu."

Triiining...

Suara bel dari peri Bella berbunyi, tanda bahwa Bella merasakan hal yang membuatnya terancam, ia menoleh kesana-kemari untuk waspada akan adanya serangan. Melihatnya seperti itu, Lily merasa aneh. Ia pun bertanya, "Kau kenapa?"

"Was-was terhadap serangan yang tiba-tiba datang."

Kini Lily yang merasa kebingungan terhadap Bella. Namun ia tidak menghiraukan tentang hal itu, ia pun tersenyum melihat gerak-gerik Bella yang waspada terhadap disekelilingnya. Ia pikir bahwa Bella sangat lucu dengan bertingkah seperti itu. Ia pun melanjutkan perjalanannya menuju kastil kecil dan belajar sekolah keputrian.

*****

avataravatar