4 BAB 3

Peri Hutan

Keesokan harinya....

Seperti hari-hari sebelumnya, Lily kembali berlatih tentang etika dan tata cara menjadi seorang putri. Mulai dari cara berjalan, melambaikan tangan, cara berbicara, cara menjaga sikap, dan etika-etika lainnya.

Sungguh, hal itu membuat Lily merasa bosan dan lelah, karena setiap hari ia selalu melakukan hal yang sama. Terkadang ia merasa iri ketika sesekali diajak pergi keluar bersama orangtuanya untuk mengunjuki rakyat-rakyat di sana, ia melihat anak-anak seumurannya bermain dengan bebas, berlari kemana saja, tertawa dengan puas, bersikap dengan penuh kebebasan dan tidak ditentukan oleh aturan-aturan tertentu. Tidak seperti dirinya yang selalu diatur-atur oleh etika dan tata krama yang sudah ditentukan dikeluarga kerajaan bak boneka.

Lily tengah berdiri di atas kastil, tepatnya di atap menara yang datar bersama para penjaga yang sedang berjaga-jaga melihat kearah sekitar kastil dari jarak jauh. Lily menyilangkan kedua tangannya diatas pagar, menahan bobot berat badannya, sambil melihat pemandangan indah diatas kastil.

Lily membuang napasnya, "Bagaimana jika aku terlahir sebagai rakyat biasa? Mungkin hidupku juga akan seperti anak-anak di desa lainnya."

Lily mulai berganti pose, yang awalnya menyilangkan kedua tangannya, kini ia menahan dagunya dengan kedua tangan sambil melamunkan anak-anak sepantarannya yang sedang menikmati masa kecilnya.

Terlihat ada banyaknya pepohonan di sana, hutan lebat, terdapat jembatan yang sangat panjang. Jembatan itu adalah pintu masuk dan juga pintu keluar menuju kastil ini. Sangat sulit bagi Lily untuk melewati jembatan itu sendirian tanpa bantuan kendaraan ataupun kuda untuk mengantarkan ia pergi keluar menuju desa.

"Pintu menuju desa saja sangat jauh, kalau jalan pasti capek," gumamnya sendiri sambil berpikir.

"Apa aku coba saja ya? Dengan diam-diam aku pergi keluar. Mereka tidak mungkin tahu." pikirnya.

Lily masih begitu sangat muda, masih kanak-kanak yang membutuhkan kebebasan untuk kebaikan perkembangannya, agar mudah bersosialisasi dan tidak menjadi putri yang pemalu. Namun itu tidak terjadi kepada Lily. Wajar saja, jika dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia menginginkan kebebasan yang seharusnya ia dapatkan seperti anak-anak pada umumnya.

Sampai malam pun tiba, ia mulai tertidur lelap. Lelah dengan latihan-latihan menjadi seorang putri seharian. Dibalik kegelapan matanya, ia melihat ada cahaya kecil yang samar-samar mengelilinginya, seakan cahaya itu membuat dirinya terpaksa harus bangun dari tidurnya.

Namun Lily masih tak mampu untuk tersadar. Ia masih bertahan dalam kegelapannya, lalu cahaya itu semakin jelas terlihat dibalik kegelapan itu. Lily mencoba untuk menggapainya dengan sebelah tangan, tak cukup sampai dengan satu tangan, ia goyang-goyangkan kedua tangannya mencoba untuk menggapai cahaya tersebut.

Setelah beberapa saat ia terus mengejar dan mengejar, akhirnya Lily mendapatkan cahaya itu. Lalu ia terbangun dari mimpinya. Ia terengah-engah, dengan dipenuhi keringat disekitar area wajahnya. Terlihat jelas bahwa ia merasa sangat lelah dengan mimpinya sendiri, itu seperti nyata.

Trining....

Suara bel berbunyi tepat disamping telinganya. Membuat Lily terpelonjak kaget dan bergeser posisi dari tempat tidur sebelumnya. Spontan Lily menengok ke arah asal suara tersebut, memastikan asal suara tersebut memang benar ada, bukan halusinasi semata.

"Hai!" sapa seseorang dengan senyuman manis.

Lily kembali terpelonjak, menjauh dari arah ranjangnya. Ia dibuat kaget olehnya, pasalnya ia tidak tahu bahwa ada seseorang yang memiliki tubuh sangat kecil disertai dengan punggung yang bersayap, yang tinggal di dalam kastilnya.

Lily menelan ludahnya, tak sedikitpun ia mengusap keringat diwajahnya yang kini mulai bercucuran dan jatuh menetes. Ia tahu, bahwa dia adalah seorang peri kecil. Namun yang ia tahu, peri kecil hanya tinggal di tengah hutan dan tak pernah menghampiri manusia.

"Jangan takut! Aku tidak menggigitmu." Ia meyakinkan sesuatu kepada Lily. Sulit dipercaya bahwa ia dapat menemukannya tanpa harus dicari terlebih dulu.

"Kamu... Beneran peri yang tinggal dihutan itu?" tanya Lily, peri itupun menganggukkan kepalanya, dibarengi dengan suara kerincing yang lembut.

Kemudian, Lily mendekati peri itu, melihat, memperhatikannya dengan seksama. Ia begitu takjub dengan apa yang sedang dilihatnya, makhluk peri berbadan kecil hanya beberapa inci, lalu ia memliki sayap dipunggungnya, telinga yang panjang, rambut terurai berwarna coklat, memakai sepatu nun indah juga, membuat ia terlihat sangat cantik jika memang itu adalah benda untuk sebuah pajangan di kamarnya.

"Wow! Luar biasa!" Lily terkesima.

"Apa kamu mau pergi? Berpetualang bersamaku?" tanya peri itu, sebut saja Bella.

"Kemana?" Lily mulai bingung.

"Pergi ke desa, bersamaku."

Mendengarnya seperti itu, ia sangat terkejut. Karena Bella mengetahui apa yang diinginkan olehnya selama ini. Namun ia tahu benar, bahwa dari istananya ke desa sangatlah jauh.

"Tetapi desa sangat jauh. Butuh kendaraan dari sini menuju desa," jawab Lily.

"Kau akan aman bersamaku," tukasnya.

Sekilas ia tak percaya dengan apa yang diungkapkannya. Tak lama setelah itu, terdengar suara langkah kaki menuju kamarnya.

Tap... Tap... Tap....

Lily yang benar-benar peka, ia langsung berpindah tempat menuju ranjangnya, ia pun menutup seluruh badannya dengan selimut dan berpura-pura untuk tidur. Sedangkan peri Bella, segera terbang mencari tempat persembunyian. Langkah kaki itu semakin jelas terdengar ditelinganya, setelah itu terdengar suara pintu kamarnya terbuka secara perlahan.

Kriiiieeet....

Seseorang datang menghampiri ranjang yang tengah ditiduri oleh Lily, jantung Lily mulai berdetak begitu kencang disertai keringat yang mulai mengucur. Ia berpikir bahwa ia tidak ingin sampai ketahuan karena belum tertidur atau pura-pura tertidur.

Karena itu salah satu hal yang melanggar aturan di kerajaannya.

Ketika seseorang itu telah berada tepat di sampingnya, ia terduduk dan langsung menyentuh rambut Lily, lalu ia mengusapnya dengan perlahan penuh kasih sayang. Lily mencoba untuk menenangkan dirinya, ia tahu persis bahwa jika dirinya ketahuan masih terbangun, ada kemungkinan seseorang akan marah.

Orang itu semakin mendekatinya. Lalu tanpa Lily sadari, ia mencium rambutnya dengan sangat lembut penuh kasih sayang. Ia tersenyum, "Maafkan bunda yang selalu bersikap tegas ini. Semua ini bunda lakukan untuk kebaikanmu."

Setelah kalimat itu terucap, ibundanya mencium kepala Lily dengan lembut, lalu ia pun kembali pergi dari kamarnya. Saat situasi sudah lebih baik, Lily kembali bangun dan memanggil-manggil peri tersebut.

"Peri... Peri...," bisiknya secara perlahan, karena ia tidak ingin membuat kebisingan lagi dan mendatangkan oranglain.

Ia mencoba sekali lagi. "Peri... Peri...."

Namun tetap saja hasilnya nihil.

Sayangnya, setelah beberapa kali ia memanggil peri itu, peri itu tidak muncul kembali dan sepertinya menghilang begitu saja tanpa pamit kepada Lily. Lily membuang napasnya lembut dengan perasaan yang kecewa. Lalu ia pun kembali untuk tidur.

*****

avataravatar
Next chapter