webnovel

Don't Miss me

Ruang Intensif, RS XXXX

Layar kecil di sisi ranjang, menunjukan gerak garis yang dinamis. Ruangan ini terlalu sunyi hanya terdengar suara notifikasi dari layar dan deru udara teratur dari balik mesin oksigen.

Tubuh tegap terbaring diatas kasur tak bergerak. sudah hari ke tujuh sejak ia kehilangan kesadaran secara total, dan belum ada perubahan berarti.

Garis muka tegas tetap terukir jelas, tidak mengurangi sedikitpun ketampanan bak anugrah yang tak akan lekang oleh waktu. Pria itu tetap terlihat mempesona, hanya sedikit lingkaran gelap dibawah mata, dan warna kulit yang sedikit memucat.

"bagaimana??" ucap seorang gadis pada sekelompok dokter dan perawat yang ada di sampingnya tengah berdiri.

"maaf, kami belum menemukan donor yang tepat," ucap salah satu dari mereka

"berapa lama lagi dia bisa bertahan?" hampir tidak terdengar.

"jika dilihat dari detak yang semakin melemah, kurang dari tujuh hari, atau kita akan kehilangan nya"

Tangan lentik bergerak menelusuri setiap lekuk wajah yang terhalang masker Oksigen. Sorot kerinduan terlihat dari matanya.

"bertahanlah..." genggaman erat berusaha memberikan kekuatan yang entah dirasakan atau tidak oleh tubuh lemah itu.

/

Apartemen Aster

Pelukan Joan mengerat tetapi tidak terasa sesak, malah membuat Aster nyaman. Rasanya waktu berjalan begitu lambat, sungguh Aster bersyukur sangat ingin berterima kasih atas terbayarnya penantian selama ini.

"Joan..."

"Hm.." seakan ia tak mau ada pergerakan yang memusnahkan kenyamanan ini.

"Apa kita pasangan sekarang??" Aster masih mencari keyakinan yang nyata

Joan menoleh, menatap dalam Aster "sudah sejak lama aku menganggap dirimu pasanganku, yang berbeda hari ini aku 'ingin' dirimu secara official "

Aster tak menemukan keraguan dari tatapan itu. ia melepas dekapan Joan lalu beralih memposisikan tubuhnya di atas pangkuan Joan, entah keberanian dari mana ia dapatkan.

Joan sama sekali terlihat tidak keberatan, ia malah menarik pinggul Aster untuk lebih rapat, wajah Joan sedikit mendongak, salah satu jarinya menyisir rambut Aster dan menyelipkan di balik telinga.

"cantik " senyum tipis yang dapat membuat Aster menjadi bak lilin yang terbakar.

"kenapa sekarang Jo?" lirih Aster , Joan menutup mata dan menarik nafas pelan.

"mungkin ini salah, dan terdengar sangat egois. aku tahu perasaan yang kamu miliki jauh dari 7 tahun yang lalu. maaf aku tidak dapat membalasnya, aku terlalu buta saat itu." Senyumnya mengunci sorot mata Aster

sedikit terkejut jika sebenarnya Joan sudah mengetahui kebenaran bahwa Aster adalah pengagum rahasianya. ingin rasanya ia menghilang saja saat itu.

"lagi pula kamu masih sangat kecil saat itu" Joan mencubit hidung Aster gemas, Aster kembali menatap mata pria di hadapannya.

"tapi lihat...kamu berkembang sangat jauh sekarang. aku bahkan merasa sangat beruntung bisa memilikimu dipangkuan ku. Entah Apa aku cukup pantas untuk semua ini?"

Aster tak dapat melepaskan pandang dari wajah pria impiannya, masih sulit bahkan untuk percaya semua ini nyata.

"kau tahu betapa sulitnya aku menutupi semua itu. bahkan membayangkan saat ini terjadi hanya mimpi untukku. harusnya aku yang berkata 'cukup pantas untuk semua ini?'"

Perlahan Joan mendekatkan wajahnya, kening mereka saling menempel. Degup jantung Aster sangat jelas terdengar, seirama dengan deru nafas Joan.

"i'll be Yours" suara lemah dan dalam membuat Aster kembali sulit menghirup oksigen.

Benda hangat itu kembali melekat, menekan kali ini lebih dalam dan lembut.

Disambut dengan cukup baik oleh Aster, ia mulai bisa menguasai pergulatan. Tautan itu semakin dalam dan bergairah. Joan menarik tengkuk Aster dalam, seakan ingin bisa menjelajah lebih dalam. sebelah tangannya mengusap penuh damba punggung Aster.

Aster mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri, Ini jauh lebih dari apa yang selama ini dia khayalkan. Sensasinya lebih dahsyat dari apa yang ia lihat dari ratusan video atau film yang sudah menjadi rekomendasinya. Ia merasakan ada yang menggelitiknya di bawah sana.

Astaga, sungguh Ini penuh damba. ini seperti mimpi.

Joan mulai bergerak mencoba menggoda sosok indah di atasnya, desahan kecil keluar dengan merdu tak terkendali dari Aster. efek dari sentuhan lembut di tekuk lehernya.

Joan meninggalkan (lagi) jejak panas di sana. Ia benar-benar terpesona oleh gairah yang digambarkan Aster. Tidak, ini terlalu cepat untuk menikmatinya sekaligus. sesaat mencapai puncak sensasi itu menghilang.

"ada..apa Jo?" suara itu terdengar Lirih memperlihatkan rasa kecewa. Membuat Joan menahan penuh benda kecil yang siap meledak di bawah sana.

"aku hanya tidak ingin merusak mu" nafasnya tak kalah memburu.

Aster mengerti, Joan benar ini terlalu cepat. Ia takut akan cepat membosankan. Hubungan ini butuh bumbu yang terus mewarnai hari-hari nantinya. Joan menggeser posisi Aster agar duduk manis di sampingnya,

"sebaiknya aku pulang dulu" sebuah kecupan manis di dahi membuat hangat dada Aster. Baru ini ia merasa sangat diinginkan.

"Apakah harus secepat itu?" kali ini Aster mengungkapkan langsung apa yang ia rasakan. Joan mengerti jika ia terus berada disini, bukan tidak mungkin apa yang ingin ia jaga malah akan rusak oleh dirinya sendiri.

"Yes, maaf sayang" kata pertama yang berhasil meluluhkan pertahan Aster.

"Baiklah Jo..." Aster mengantar Joan menuju pintu dengan berat hati.

"Emm,Aster.. Sepertinya besok aku tidak dapat menjemputmu. Jadi tolong jangan merindukanku " ucap Joan menggoda dengan senyum manisnya.

"kau berlebihan Jo" Aster menanggapi, ia tahu besok adalah jadwal Joan menghadiri salah satu acara club motor. Sudah menjadi jadwal rutin Joan setiap Bulan.

"Aku janji ini yang terakhir.... Jangan marah yah...kita akan bertemu kembali lusa" Joan masih belum mau melonggarkan tangan posesifnya dari pinggul Aster

"ayolah Jo... kamu pikir aku seperti wanita lain diluar sana??" Aster penuh kemantapan

Joan tersenyum puas, betapa beruntungnya ia mencintai sosok yang sudah mengenalnya dengan baik. Ia tak perlu lagi berusaha keras meyakinkan.

"Aku akan sangat merindukanmu" , "aku tahu itu Jo"

Kecupan manis terakhir sebelum pintu tertutup. malam ini takan terlupakan sepanjang hidup Aster.

//

08.00 AM, Apartment

Suara Alarm menggema di seluruh sudut ruangan berwarna abu-abu, tubuh mungil terlihat bergerak di balik selimut. Sebelah lengan berusaha mencari benda penghasil suara yang sangat mengganggu.

'Pip~' Alarm itu akhirnya mati.

Perlahan Aster membangun niatnya untuk paling tidak terlepas dari posisi nyaman yang sangat menggiurkan. menggeliat, meregangkan seluruh sendi di tubuhnya. baru kemudian mulai langkah menuju kamar mandi, rasanya air dingin sangat membantu mengembalikan seluruh kesadarannya. Potongan kejadian semalam melintas dengan jelas di dalam kepala Aster.

Aster merasakan kembali rasa hangat bergemuruh dalam dadanya. Malam terindah dalam hampir sepanjang hidupnya. Sungguh memalukan memang berdebar seperti Remaja yang jatuh cinta. Tapi itulah yang sebenarnya, Aster baru saja jatuh cinta.

Untuk umurnya yang sudah cukup matang, ia hanya menjatuhkan hatinya pada Joan, terdengar sangat naif memang. Terfokus hanya pada satu sosok untuk hampir 7 tahun, gila memang tapi itulah Aster.

sampai semalam pun sebenarnya Aster masih merasa apakah ia cukup pantas untuk keindahan ini? tumbuh dilingkungan yang menganggap ia berbeda, menjadikannya terasing dan tidak banyak menuntut akan sesuatu.

Perbedaan fisik terlihat menjadi momok yang menyebalkan untuknya dalam waktu yang cukup lama. tapi kini cermin memantulkan kulit coklat terang, pinggang kecil dilengkapi pinggul padat, serta dada yang lebih dari menggoda.

Juntaian Rambut bergelombang menambah keindahan lain dari Aster. ia menjelma lebih dari sekedar keindahan dewi yunani. ia seorang putri. itu yang ia rasakan sejak pagi ini ia bercermin.

Lupakan sosok Aster dulu, dan sambutlah keindahan Aster sekarang.

Usai membasuh wajahnya dan menggosok gigi, Aster memandang foto yang diambil tepat tadi malam. Joan memintanya untuk dijadikan Screen Background ponsel mereka. Sungguh bagai mimpi, mereka bisa sedekat ini.

"Hey... seharusnya kita lebih sering berfoto " Joan dengan bangganya melihat hasil foto pada layar ponselnya

"kamu bahkan malas melihat Kamera sebelumnya"

"haha... kamu benar, aku baru tahu kalau berfoto bisa menyimpan kecantikan mu lebih lama." Aster memukul pelan dada Joan

"kau takut aku akan kembali jelek seperti dulu?"

"tidak bukan itu maksudku, hmmm... kamu benar-benar sensitif" Joan meminta Aster untuk menatapnya.

"Dengar Aster, mungkin terdengar seperti gombalan untuk mu. tapi aku padamu bukan sekedar ketertarikan fisik. ku akui dirimu sekarang sangat menggoda. Tapi aku dapat melihat permata indah lain dalam dirimu." Joan menatap dalam

"aku mau menjaga permata itu tetap aman dan bersinar.... Jika itu terwujud aku akan menjadi manusia paling beruntung" Ucapanya berhasil membuat Aster seperti kepiting rebus.

"berhenti membuat ku terbakar Jo!... Bergeser, ayo kita Foto lagi" ,

'Klik~'

"Aster wajahku hanya separuh" Aster tertawa melihat respon Joan.

Aster tertawa melihat betapa kesalnya Joan saat ia membuat foto itu menjadi background ponselnya. Membayangkan hari-hari kedepannya, Aster percaya akan jauh lebih menyenangkan.

Ponselnya berdering, 'Jean Calling'

"Halo?"

" Aster.." terdengar suara lirih perempuan

"Jean...kamu baik-baik saja?" Aster mendengar isakan Jean, adik Joan.

"Joan..." kembali terdengar Isakan tertahan

Degup jantung Aster berdetak tak karuan, sesak tiba-tiba melanda. 'Tidak....jangan sekarang...'

"Jean... ku mohon lebih tenang... Kamu membuatku takut"

Bukan jawaban yang Aster dapat, hanya tangisan yang tiba-tiba pecah, tangannya bergetar hebat. Pikiran mulai kacau, air matanya mulai memaksa keluar memberi efek panas dan menyakitkan.

"Aster....tolong datang ke rumah sakit XXX" suara lebih berat kini menyadarkan Aster, Ayah Joan.

Tanpa berfikir panjang Aster mengambil kunci mobil dan berlari secepat yang ia bisa.

'Tidak tuhan....kumohon jangan sekarang....ku mohon'

Like it ? Add to library!

Qkye_Pawirocreators' thoughts
Next chapter