1 Prolog

Hari sudah malam, kendati demikian, gadis cantik itu masih saja berkutat dengan pekerjaan yang belum juga usai. Rambut yang dicepol asal menampilkan leher putih mulusnya, kaos putih lengan panjang serta celana jeans pendek yang memperlihatkan kaki jenjangnya. Penampilan sederhana yang membuat orang lain terutama kaum adam terpesona.

Dia salah satu desainer muda di Paris. Usianya bahkan masih 25 tahun. Sekarang ia sedang merancang sebuah design gaun pengantin untuk client barunya.

Sesekali ia merentangkan tangannya yang terasa pegal, atau memijat leher dan bahu.

Diliriknya arloji yang berada di samping laptop.

10:00 p.m

"Huh, sudah jam segini," keluhnya yang mulai terasa penat, tetapi pekerjaannya tak kunjung usai.

Dia mulai kehilangan konsentrasi karena mengantuk. Padahal baru jam segini, pikirnya.

Ia pun memutuskan untuk beranjak menuju dapur dan membuat secangkir cokelat. Lalu dibawanya cangkir berisi cokelat itu menuju balkon apartemen.

Dia sangat menikmati cokelat buatannya sembari memandangi indahnya kota Paris. Dengan lampu jalan yang menghiasi jalanan kota dan kondisi kendaraan yang masih berlalu lalang. Ia menyeruput cokelat itu dalam diam, sesekali meniup lalu meneguknya.

Tak lama kemudian terdengar suara dering ponsel. Gadis berambut hitam itu segera beranjak untuk mengambil ponsel yang ia letakkan di meja ruang tengah.

Senyum tipis terukir ketika ia melihat siapa yang menelponnya. "Fussy." Kemudian ia menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Kamu masih belum tidur?!" pekik lawan bicaranya dengan nada yang tinggi, membuat gadis itu menjauhkan ponsel dari telinga.

"Kamu terlalu berlebihan, ini baru jam sepuluh malam," ucap gadis itu.

"'Baru' kamu bilang? Ini udah malam Adel."

Ya, gadis yang sekarang tengah memutar bola matanya dengan malas itu bernama Adel.

"Pokoknya aku nggak mau tau setelah pembicaraan ini selesai, kamu harus sudah meninggalkan pekerjaanmu lalu tidur!" titah lelaki di seberang tidak terbantahkan.

"Okey, baik fussy," kata Adel seraya terkekeh.

"Biar aku tebak, kamu masih belum mengganti namaku yang ada di ponselmu, hmm?"

"Hehe, oke-oke nanti aku ganti. Thanks, you're always be a good friend for me."

Terdengar suara helaan napas di seberang sana.

"Hallo," panggil Adel karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang teman.

"Iya Adel, mm-sudah dulu ya, good night!" ucap pria itu, belum sempat Adel menjawab sambungan teleponnya terputus.

Adel melihat layar ponselnya lalu bergumam, "Apa kata-kataku ada yang salah?"

Adel mengernyitkan dahinya bingung sekaligus mengingat-ingat apa saja yang barusan ia katakan, kemudian pandangannya teralihkan oleh kotak kayu yang berada di bawah meja kerjanya. Dia menunduk lalu mengambil kotak tersebut. Kotak itu berisi barang-barangnya sewaktu ia masih SMA. Kenangan masa-masa SMA di negara kelahirannya.

Dahulu dia hanyalah seorang gadis remaja polos yang berpenampilan nerd. Berbanding terbalik dengan keadaannya saat ini. Ia mulai membuka kotak tersebut, sekelebat kenangan langsung terlintas di benaknya. Dahulu ia hanyalah seorang gadis SMA yang tidak memiliki teman, sampai pada akhirnya ia bertemu dengan laki-laki itu.

Pertemuan yang tidak biasa, pertemanan yang tidak biasa. Seulas senyum terpampang di wajah cantiknya.

avataravatar
Next chapter