8 Win - Part 7

Part 7

aku menatap p'bright bingung. Apa maksudnya berkata seperti itu. Memang benar aku kekasihnya, tapi itu hanya pura-pura, bukan sungguhan.

" Kekasih bohongan kalau p'bright lupa." balas ku.

P'bright menatap ku sekilas. Wajahnya menunjukkan ekpresi tidak suka dan jengkel. Aneh, kenapa dia harus berekpresi seperti itu.

" Jangan pernah kamu mengatakan seperti itu lagi. Aku tidak suka." balas p'bright marah. Kenapa harus marah sih? Kan kenyataannya memang seperti itu.

" Kenapa? Itu benarkan?"

" Kalau aku mengatakan jangan berarti jangan!" bentak p'bright. Jujur aku sangat terkejut. Ini pertama kalinya p'bright membentakku.

" Kenapa p'bright membentakku!" balasku dengan membentak juga. Entah datang dari mana keberanian ku untuk membalas membentak p'bright.

P'bright memberhentikan mobilnya di pinggir jalan secara mendadak. Untung jalannya tidak terlalu ramai. Di lepasanya sabuk pengamannya dan berbalik menghadapku. Di tariknya badan ku agar berhadapan dengannya.

" Maaf karena phi membentakmu. Phi sudah mengatakan phi tidak suka jika kamu berkata seperti itu. Jadi phi mohon jangan berkata seperti itu lagi. " jelas p'bright lembut. Tangan kanannya mengusap kepalaku lembut dan tangan kirinya menggenggam tangan kananku. Jantungku berdebar dengan perlakukan p'bright. Baru kali ini aku di perlakukan seperti ini. Aku hanya mengangguk kecil sebagai jawaban atas pernyataan p'bright tadi. Sebenarnya aku ingin bertanya alasannya kenapa, tapi karena sentuhan p'bright membuat otakku blank dan hanya bisa mengangguk.

P'bright tersenyum melihat jawaban ku. Di usapnya kembali kepalaku. P'bright lalu melajukan kembali mobilnya dan tangan kirinya masih menggenggam tangan ku. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku dalam, Aku tidak melepaskan genggaman tangan p'bright. Jujur aku malu dan senang di saat bersamaan. Tidak tau kenapa aku bisa senang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

" Win pulang"

Aku melangkah menuju ruang keluarga. Tadi setelah makan siang p'bright mengantarkan ku pulang dan langsung pergi. Dia mengatakan titip salam pada papa, p'bright tidak masuk karena tadi saat kami makan siang kakenya p'bright menelpon dan meminta p'bright menemuinya.

Aku semakin dekat dengan ruang Keluarga, aku mendengar suara berisik. Ku percepat langkahku saat mendengar suara yang sangat ku kenal. Tapi tidak mungkin orang itu.

Saat telah sampai di ruang keluarga, mata ku melihat sosoknya. Sosok yang aku rindukan. P'pluem. Duduk di sofa ruang keluarganya dan tertawa. Tanpa sadar aku berlari menuju sofa. Ternyata bukan hanya p'pluem. Chimon Papa dan papii, paman Taynew dan Paman arm dan bibi alice juga ada di sana.

" Sudah pulang win?" tanya papa saat melihatku. Aku hanya mengangguk kecil dan duduk di sebelah papa saat papa mengisyaratkan aku untuk duduk di sebelahnya.

" P'win~, chimon rindu" ujar chimon dan memelukku. Ku balas pelukannya dan mengusap punggungnya. " Chimon benar-benar rindu p'win"

"P'win juga rindu. Kenapa udah pulang? Bukannya kata papa chimon memperpanjang liburannya?" balas ku. Chimon melepas pelukannya kami dan menatapku sendu.

Aku menatap chimon heran. Tiba-tiba chimon memelukku dengan erat dan menangis. Aku menatap papa bingung. Papa juga menatapku bingung. Semua yang di sini ruangan ini bingung dengan tingkah chimon.

" Hey kenapa menangis? " bukannya menjawab chimon justru menangis lebih kencang.

P'pluem bangkit dari duduknya tepat di depanku dan melangkah menuju arahku. Dia jongkok tepat di belakang chimon

" N'chimon. Tolong berhenti menangis. P'pluem tidak suka mendengar kamu menagis" ujar p'pluem dan mengusap kepala chimon. P'pluem terlihat sedih saat ini. Apakah p'pluem sedih saat melihat chimon sedih? Aku juga seperti itu. Aku juga merasakan sedih saat melihat p'pluem sedih.

" Hey anak papa kenapa menangis? Bukankan sebentar lagi kamu akan bertunangan kenapa masih cengeng" ujar papa sambil mengusap punggung chimon.

Aku menatap papa bingung. Bertunangan? Apa maksudnya ini.

" Benar. Berhenti menangis sayang. Paman new tidak suka melihat calon menantu paman menangis. Benarkan paman tay?" aku beralih menatap paman new yang tersenyum dalam rangkulan paman tay.

" Benar sayang" balas paman tay.

Aku menatap sekeliling dan mereka semua tersenyum. Sebentar, apa aku ketinggalan sesuatu? Apa yang telah aku lewatkan?

" Bertunangan? Chimon akan bertunangan?" tanya ku ragu.

" Iya sanyang. Chimon akan bertunangan bulan depan dengan pluem." Balas papa Sambil tersenyum.

" Kamu di lagkasih nong kamu win. " ejek papii.

Aku terdiam. Mataku terasa panas dan pandanganku mulai tertutup oleh air mataku. Tanpa sadar aku melepas paksa pelukan chimon padaku.

" Win kekamar dulu. Win capek" aku berdiri dan langsung menuju kamarku. Ku hiraukan panggilan papa dan chimon. Aku yakin mereka bingung dengan sikap ku. Biarlah, saat ini yang aku inginkan hanya menangis. Dadaku sangat sesak dan sakit.

Kuhempasakan pintu kamarku begitu aku sampai di kamar. Ku jatuhkan badanku di depan pintu dan menutup wajahku dengan kedua kakiku. Akhirnya air mataku tumpah.

Ternyata ini akhir dari cintaku selama 10 tahun. Sejujurnya aku tau akan berakhir seperti ini. Tapi tetap saja rasa sakit itu ada. Rasa sakitnya lebih menyakitkan dari yang bisa aku banyangkan.

Seharusnya aku sudah harus berhenti mencintai p'pluem begitu aku tau dia bersama chimon. Tapi hati ini masih tetap berharap.

Biarlah aku mengangis saat ini, menangisi kebodohanku yang mencintai milik orang lain. Menangisi kisah cintaku.

Dreet dreet

Ponselku berdering. Kulihat nama pemanggilnya. Ternyata p'bright.

Kenapa p'bright harus menelponku di saat aku menangis seperti ini. Rasanya ingin ku abaikan panggilannya. Tapi aku tidak seberani itu. Ku hembuskan nafasku dan sedikit menahan tangis ku. Ku jawab panggilan p'bright saat deringan kelima.

"halo p'bright"

"win? Kemu menangis?" jawab p'right cemas. Bagaimana p'bright tau?

" Tidak. Kenapa p'bright menelpon ku?" balas ku. Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

" Jangan berbohong " desak p'bright.

" Aku tidak berbohong" balasku lirih. Entah kenapa air mata ku mendesak ingin keluar saat mendengar suara p'bright.

" Kamu tidak apa? Apakah phi harus kesana?"  akhirnya air mataku mengalir dengar derasnya hanya karena suara khawatir p'bright. Ternyata aku membutuhkan seseorang untuk khawatir padaku, dan ternyata orang itu p'bright.

" P'bright. Ini sangat sakit"  balasku dengan menangis kencang.

" Tunggu phi. Phi akan sampai dengan cepat. Berhentilah menangis" balas p'bright dengan sedikit terengah seperti orang berlari.

" Aku sudah mencoba. Tapi tidak bisa phi, ini sangat menyakitkan. "

" phi sudah di mobil dan phi berusaha sampai secepat yang phi bisa. Tapi phi mohon, jangan pernah melukai dirimu karena itu akan menyakiti phi Juga" ujar p'bright memohon.

Mendadak airmata ku berhenti, seperti memiliki remot kontrol, hanya mendengar nada memohon p'bright, air mataku otomatis berhenti.

Tbc.

avataravatar
Next chapter