12 Bab 21

Issei membuka matanya dan melihat Alex dan Ophis sedang menatapanya.

"Apakah kau sudah sadar?" Alex bertanya.

Issei menganggukan kepalanya dan duduk bersandar di dinding. Dia kemudian menoleh ke kakinya dan melihat lukanya sudah sembuh, ".... Sudah... Sembuh?" Issei bingung. Dia bertanya tanya apakah dia disembuhkan oleh Asia.

"Ya, aku yang menyembuhkannya." Kata Alex.

"Bagaimana?" Issei bertanya. Dia penasaran apakah Anikinya memiliki Sacred Gear mirip seperti milik Asia.

"Rahasia lah, bodoh." Kata Alex. Dia sebenarnya menyembuhkan Issei menggunakan Air Mata Phoenix yang dia beli dari Sistem.

======

[Air Mata Phoenix Rank : A]

Efek : Mampu menyembuhkan luka parah dan bisa menumbuhkan bagian tubuh yang terputus.

Harga : 5000 Point System.

======

(AN : Btw saya tidak tahu item penyembuhan lainnya selain air mata phoenix. Jika kalian tahu item/kemampuan yang berguna dari anime/manga kalian bisa komentar, nanti saya akan memasukannya ke daftar toko sistem).

Walaupun harganya lumayan mahal jika hanya digunakan untuk menyembuhkan luka yang tidak terlalu parah, itu sepadan karena Alex tidak sengaja melupakan Issei tadi.

"Ngomong ngomong, apakah kau sudah berbicara dengan Sekyuritei yang ada di tangan kirimu?" Alex bertanya.

Issei menganggukan kepalanya dengan cepat dan mengulurkan tangannya sambil mengeluarkan Gaulent merahnya yang sudah menutupi seluruh lengannya. "Benar Aniki, ini!" Kata Issei menujukannya.

"Hmmm?" Alex menyentuh dagunya dan bingung, "Kenapa dia tidak bicara padahal kristalnya sudah bersinar?" Kata Alex.

Issei menyadarinya dan melihat tangannya, "Ini aneh.. Tadi aku bisa bicara dengannya." Dia bertanya tanya apakah Sacred Gearnya rusak. "Apakah kau ada di sana?" Dia bertanya kepada Sacred Gearnya.

Ddraig tetap diam dan menjawab setelah beberapa detik, "Aku disni, patner."

"Lalu, kenapa kau tidak menjawab tadi?" Issei bertanya.

"T-Tidak." Ddraig tergagap dan menambahkan, "Aku hanya terkejut ketika melihat Dewa Naga Ouboros dan Raja Manusia disini."

Alex mengangkat alisnya, dia tertarik dengan naga ini karena bisa tahu identitasnya sekali lihat. Orang orang supranatural yang dia temui dulu selalu bingung dengan Ras nya karena mereka belum tahu Ras High Human. "Jadi kau yang di panggil Sekyuritei kah. Menarik."

".....Ya." Ddraig menjawabnya dengan sopan. Dia tahu bahwa manusia di depannya itu lebih kuat darinya dan dia perlu menghormatinya.

"Kita bertemu lagi, Ddraig." Ophis menyapanya. Dia telah hidup lama dan sudah berkali kali bertemu dengan pemegang Sacred Gear ini.

"Ya, kita bertemu lagi, Dewa Naga, Ouboros." Ddraig menyapanya juga.

Issei penasaran dengan interaksi mereka. Dia menatap Anikinya dan bertanya tanya seberapa kuat Aniknya. Dia belum pernah melihat kekuatan penuhnya selain saat melawan Dohnasek di masa lalu.

Issei kemudian ingat tentang Kaisar Naga Putih yang di bicarakan Ddraig tadi saat berlatih, "Oh benar, aku ingat kau bicara tentang Kaisar Naga Putih itu sainganmu. Apa itu artinya?"

"Hmmm, sulit untuk menjelaskannya, tapi aku akan menjelaskannya kepadamu karena ini penting untuk masa depan. Jadi buka telingamu dan dengarkan dengan baik baik. Patner," Kata Ddraig.

Issei menelan ludah dan mengangguk dengan serius.

Alex duduk dengan tenang dan mendengarkannya juga. Dia kemudian mengambil Ophis dan menaruhnya di pangkuannya sambil membelai rambutnya dengan lembut.

Ophis merasa senang dan menyandarkan kepalanya di dadanya.

"Ahem." Ddraig batuk untuk membersihkan tenggorokannya. Dia kemudian mulai bercerita, "Ketika Tuhan dan Malikat, Malaikat Jatuh, dan Iblis berperang. Malhluk ajaib dan Manusia mulai memilih pihak. Tapi, hanya bangsa Naga yang tidak termasuk. Sebagian besar dari kami hidup damai, dan tak ada niat untuk berperang. Di antaranya, ada sepasang Naga bodoh yang bertarung di tengah peperangan. Mereka berdua tidak memperdulikan peperangan dan mengamuk di medan perang. Karena tak ada waktu untuk menunda peperangan, ketiga kubu memutuskan untuk gencatan senjata, dan mencari cara untuk menyingkirkan kedua naga itu. Mereka berdua murka karena pertarungan mereka diganggu. Bahkan mereka menentang Tuhan, Raja Iblis, dan pemimpin Malaikat Jatuh. "Beraninya kalian makhluk rendahan mengganggu pertarungan atara dua naga." Yah, itu hanya cara bodoh untuk melampiaskan amarah. Pada akhirnya, naga-naga itu pun tercabik-cabik. Dan jiwa mereka di segel pada tubuh manusia dalam wujud Sacred Gear. Mulai saat itu mereka mulai menggunakan manusia sebagai pengganti untuk bertemu dan bertarung berulang kali."

Issei mendengarkan ceritanya dengan seksama dan berkata, "Jadi kedua Naga itu Kau dan Naga Putih itu..."

"Albion." Ddraig berkata, dia kemudian menambahkan, "Albion, itulah nama Naga sainganku. Dia juga tersegel dalam tubuh seseorang sekarang. Jadi saat kau bertemu dengannya kau harus bersiap."

Issei mengepalkan tangannya dan mengangguk, "Iya! Dan pada saat itu, kita akan melawannya bersama, Patner!"

Ddraig merasa patner barunya sekarang tidak buruk, "Iya!"

Issei kemudian menoleh ke Anikinya dan melihatnya sedang bermain dengan rambut Ophis. Issei tidak tahu harus berkata apa ketika melihatnya. Dia kemudian ingat Asia dan bertanya, "Apakah Asia sudah selesai berlatih dengan Koneko, Aniki?"

Alex sudah selesai bermain dengan rambut Ophis dan mengikatnya menjadi kuncir kuda, dia merasa itu cocok untuknya. Dia kemudian mendengar pertanyaan Issei. Dia menoleh ke Issei dan menyentuh dagunya. "Mungkin sebentar lagi...."

Seperti yang Alex katakan. Tiba tiba pintu Dungeon terbuka dan mengungkapkan Koneko yang sedang menggendong Asia yang pingsan ditangannya.

Issei terkejut ketika melihat Asia pingsan. Dia kemudian berlari kearahnya dan bertanya dengan khawatir, "Apa yang terjadi dengan Asia?"

Alex dan Ophis juga ikut menghampirinya. "Apa yang terjadi saat latihan?" Alex bertanya sambil melihat Asia.

"Jangan khawatir, dia cuma kelelahan saat latihan karena terlalu banyak mengeluarkan energi sihir. Dia tidak terluka." Kata Koneko sambil menyerahkan Asia ke Issei.

Issei mengambil Asia dengan hati-hati seolah-olah tidak ingin menggores tubuhnya sedikitpun.

Alex menoleh kearah Koneko dan bertanya dengan suara rendah, "Apakah kau yang terjadi tadi, Koneko?"

Koneko hanya memalingkan muka dan tidak mengatakan apa apa. Dia tadi menyuruh Asia bertarung dengan monster level rendah, dia mengira Asia lumayan kuat untuk mengatasinya tetapi dia tidak menyangka Asia akan sangat lemah dan terus terluka. Koneko tidak tahu harus berbuat apa ketika Asia terluka karena dia tidak bisa menyembuhkannya dengan senjutsunya. Jadi, karena tidak ada pilihan lain dia hanya menyuruh Asia menyembuhkan dirinya sendiri dan terus bertarung hingga pingsan karena kelelahan. Dan Koneko tidak bisa memberi tahu itu ke Alex.

Alex menghela nafas lelah ketika melihat Koneko tidak menjawabnya. Dia tidak memaksa untuk menjawabnya karena dia tahu Koneko mungkin malu untuk memberitahunya. Dia kemudian berkata kepada semua orang, "Karena latihannya sudah selesai, ayo kita keluar."

Mereka semua mengangguk dan keluar dari Dungeon.

***

Saat ini sudah malam hari. Asia sudah bangun dari tidurnya dan memutuskan untuk pulang bersama Issei karena besok mereka harus sekolah.

Saat ini Alex duduk di sofa sambil menonton TV, di pangkuannya ada Ophis yang memakan kue dan di sampingnya ada Koneko yang bersandar di bahu Alex.

*Kringgg!*

Alex mendengar suara bel berbunyi. Dia kemudian menyingkirkan Ophis dari pangkuannya dan bangkit menuju pintu dan membukannya.

Ketika Alex membuka pintunya dia melihat Vali, Bikou, Arthur, Le Fay, dan Kuroka datang ke Rumahnya.

"Oyy! Kita berkunjung!!" Bikou tersenyum lebar.

"Permisi." Kata Vali sambil menganggukan kepalanya.

"Maaf menganggu malam malam..." Le Fay berkata.

"Halo." Kata Arthur sederhana sambil menyesuaikan kacamatanya.

Kuroka tidak mengatakan apa apa, tapi tiba tiba dia melesat kearahnya dan mengendus tubuhnya.

Alex bingung dengan tindakannya, tapi dia membiarkannya.

Kuroka terus mengendus tubuhnya sampai dia mengingat sesuatu. "Ah! Itu kamu anak misterius itu!!" Dia berkata dengan kaget.

Koneko terkejut ketika mendengar seseorang berteriak di pintu. Dia kemudian berjalan menunju pintu dan kaget sambil menjatuhkan Eskrim yang ada di tangannya, ".... Nee - San... "

Kuroka mendengar suara yang akrab di telingannya, dia menoleh kebelakang, "....Koneko..."

avataravatar
Next chapter