2 Episode 1 'Tanpa Elemental'

Keluar atau aku yang mendatangi kalian"

Rui berseru "apa yang kau lakukan Rui" Falina bingung. Tiba tiba orang orang bermunculan dari balik pohon dan semak semak.

Seorang pria bertubuh besar dengan rambut gondrong dan pakaian bercorak kulit harimau dengan kepala harimau di pundak nya.

"Siapa kalian" tanya Falina berusaha menjaga intonasi bicara nya. "Nona manis kelihatan nya aku mengenal mu" ucap pria itu memperlihatkan sebuah kertas.

Poster buronan bergambar Falina dengan tulisan 'dicari dalam kondisi mati'. "Kau terkenal ya" ucap Rui singkat.

"Kenapa mereka terus melakukan itu pada ku" ucap Falina gemetar. "Kurang puas mereka menyiksa ku" air bening tak sanggup lagi di tahan Falina.

"Hahaha lihat di teman teman kau itu salah sekali lahir di keluarga bangsawan sombong dan serakah tanpa bakat pengendalian elemental" ucap salah satu pria.

"Bos boleh aku bermain bersama nya, tenang lah nona setelah menghamili pasti anak kita kelak mempunyai bakat elemental yang hebat kau pasti bisa kembali ke keluarga mu" ucap nya lagi.

Falina mundur beberapa langkah. Rui hanya diam dengan tatapan datar dan kemudian kupu kupu hingga di wajah nya.

"Apa kalian ini orang jahat" tanya Rui. "Sudah pasti mereka orang jahat Rui kau ini bodoh ya" teriak Falina kesal.

Rui menunduk dan mengambil batu kerikil yang tergeletak dan melempar nya ke dedaunan pohon yang rindang itu.

"Arrggh" seseorang terjatuh ketanah dan bersimbah darah. "Apa yang kau lakukan" teriak salah satu bandit itu.

"Melemparkan batu kerikil pada nya " jawab Rui enteng. "Habisi dia" teriak pemimpin bandit itu.

"Bersembunyi lah kau tidak berbakat elemental kan" ucap Rui. Falina terdiam entah kenapa sangat sakit mendengar kata kata Rui barusan.

"Tidak apa aku akan menyerahkan diri ku " ucap nya membuat semua orang terdiam.

"Kemana pun aku pergi memang aku memang selalu di kucilkan kamu tau aku bukan nya tidak berbakat dalam pengendalian elemental tapi aku tidak mempunyai kekuatan bernama Aura itu" ucap Falina.

Membuat Rui membulatkan mata nya sempurna. Manusia tanpa aura itu mustahil semustahil elemental cahaya.

Rui tersenyum tipis, kaki nya bersinar pelan kemudian melepaskan butiran cahaya cahaya di sekeliling nya.

"Serang dia" teriak pria bertubuh besar itu. Para anak buahnya pun berlari menyerang Rui.

Rui maju dan menghindari semua serangan yang di tuju kan pada nya.

Fokus Rui tertuju pada satu.

Pria bertubuh besar itu.

Rui kemudian mengacungkan pedang nya keatas. Tubuh nya mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata kemudian terdengar beberapa jerita kesakitan.

Falina ingin melihat namun cahaya itu sangat terang membuat ia harus bersembunyi dibalik pohon.

Setelah itu cahaya dari tubuh Rui perlahan meredup. Falina melihat seorang pria bertubuh besar yang ia yakini adalah pemimpin dari gerombolan bandit itu.

Terkapar dalam kondisi tidak baik. Tubuh nya penuh luka sabetan pedang dan tangan nya putus.

"Falina ayo kita kekota" ajak Rui kemudian berjalan meninggalkan nya. Gadis itu hanya menatap punggung pemuda berelemental cahaya itu.

Ini adalah sebuah perjalananya yang menjadi titik awal dari sebuah kisah menakjubkan dari kedua mahluk berlawan jenis itu.

***

Rui dan Falina berjalan di pasar mereka sedang mencari bumbu yang Falina maksud. Namun mereka menjadi pusat perhatian karena satu berpakaian bangsawan dan satu lagi berpakaian serba putih.

Sekarang ini mereka ada desa Landers salah satu desa di Negeri bumi. Negeri bumi adalah negeri yang terbesar di bandingkan dengan negeri api , air dan udara.

"Hei kalian berhenti" teriak seorang prajurit berarmor hijau toska dengan berlian hijau di helm nya.

Rui dan Falina berhenti kemudian saling memandang. "Kalian di tangkap atas pembunuhan salah satu warga" ucap prajurit kerjaan Bumi.

"T....ta....tapi kami" Falina bersembunyi di balik Rui. Dari raut wajah terlihat gadis tersebut sangat ketakutan.

"Kalian akan di adili sini sekarang" ucap prajurit itu mengepalkan tangan nya lalu meninju udara kosong.

Tempat mereka berdiri bergerak sendiri. Dari kejauhan Rui bisa melihat para bandit yang menghadang mereka tertawa terpingkal-pingkal.

Rui hanya bisa diam meratapi kebodohan si prajurit itu. Tubuh Rui dan Falina kemudian masuk kedalam tanah yang berubah menjadi lumpur kemudian kembali mengeras.

"Punya kata kata terakhir penjahat" tangan prajurit itu terus terkepal mengacung tangan nya keatas.

Sebuah batu besar bersiap untuk memecahkan kepala mereka. Falina muka nya sangat pucat.

Rui kemudian meludah ke arah pria itu. Ludah Rui mengenai kaki prajurit itu.

Tiba tiba sebuah ledakan menghancurkan tanah tempat Falina dan Rui hendak di eksekusi.

Rui melompat mengendong Falina bagai seorang putri. Rui berjalan di udara.

Namun penciuman Rui menangkap bau yang aneh. "Jangan di tanya"  Falina mendorong muka Rui. Setelah itu mereka tidak bicara satu sama lain

"Aku takut " Falina kembali buka suara.

"Tunggu kenapa kau bisa berlari di udara" gadis itu menatap kebawah melihat mereka masih berada di udara.

"Aku ini elemental cahaya hal beginian sudah pasti bisa ku lakukan" Rui terlihat tidak ambil pusing dengan Falina yang memiliki banyak pertanyaan kepada nya.

"Kita akan sampai didesa tetangga ayo cari pakaian seperti dengan perbuatan kita tadi akan menghasilkan banyak masalah"

"Enak saja itu kan perbuatan mu" potong Falina. Rui menatap gadis itu "mau ku lempar" tanya Rui.

"Maaf aku kan bercanda" Falina terdiam. "Jangan kencing kalau takut ya" ucap Rui.

Muka Falina menjadi merah padam dan kemudian menampar Rui. Mereka tiba tiba mendarat di tanah Rui menurunkan Falina.

Kemudian merentakan tangan kanan nya ke samping. Seekor elang hinggap di tangan nya.

Rui mengambil sebuah surat yang terselip di kaki elang itu.

"Misi dari Green Lotus"

avataravatar