7 Ini Chapter Tujuh

Aku tak punya keinginan secuil pun untuk tertarik mengetahui gosip sekolah yang biasanya hanya soal berkelahi, dan siapa yang terkuat. Aku bahkan antipati dan menutup kuping soal rumor yang justru akan memusingkan kepala itu, karena para siswa hanya akan bergosip mengenai 'PRIDE FALL' yang akan lulus dan siapa kandidat kelompok terkuat yang akan menggantikannya ditahta tertinggi sekolah ini.

Hanya saja saat ini, aku mendapati diriku berdiri dengan banyak cunguk berandalan dan melihat pemandangan mencengangkan di Bukit belakang sekolah.

Ada beberapa orang berjalan menuju kesana. lebih tepatnya 13 orang, Mereka adalah Yoga, Nathan, Riki, Azzam, Doni, Eli, Raka, Vano, Vino, Deri, Fiki, Raden dan ketua Osis, Aslam.

Mereka semua tampil begitu mencolok, Bagaimana tidak, semua petinggi 'PRIDE FALL' ada disana bahkan Ketua Osis juga ada disana dan mereka tertawa bersama seperti mereka adalah teman lama.

"Apakah itu artinya 'PRIDE FALL' sudah memilih penerus mereka!" Ucap salah seorang cowok yang sepertinya murid kelas satu di sebelahku.

"Percuma, karena setelah mereka lulus 'PRIDE FALL' tidak akan berada dipuncak lag, dan itu artinya mereka tidak memiliki hak untuk terus memiliki wilayah ini" Balas murid kelas dua yang mendengarnya.

"Bener walaupun mereka memberikan 'PRIDE FALL' pada pemimpin baru, itu tidak akan mengubah apapun karena sesuai perjanjian, Setelah yang memimpin lulus maka kompetisi brutal untuk memperebutkan sekolah ini akan dimulai lagi. dan itu artinya mereka yang menjadi penerus 'PRIDE FALL' harus menjadi yang terkuat. Untuk bisa berada dipuncak dan mengambil hak mereka akan wilayah ini lagi" Kata teman murid kelas dua itu.

"Lu gatau ya mereka yang bersama 'PRIDE FALL' itu siapa?" Tanya murid kelas satu itu kepada anak kelas dua.

Kedua anak kelas dua itu menggelengkan kepala mereka serentak.

"Mereka itu yang nguasai seluruh kelas satu njir!"

Balas murid kelas satu itu heran, bagaimana mungkin berita tentang seluruh kelas satu telah di kuasai tidak mencapai ke murid kelas lain?

"Eh lu serius?" Balas murid kelas dua itu kaget.

"Serius, lu tau, mereka itu mengambil alih seluruh kelas 1 dalam waktu ga sampe satu minggu njir, bayangin."

Anak kelas dua yang mendengar itu speechless.

"Lu tau kalo kelas satu itu isinya monster semua? bahkan katanya ada yg setara kelas 3?" Tanya murid kelas dua itu masih tak percaya.

"Udah diem!, Lu mau digebukin ama anak kelas dua ama tiga?" Ucap seseorang dari kerumunan itu memperingatkan mereka.

"Jangan terlalu meninggikan anak kelas satu itu."

"Sebentar lagi kami akan menghancurkan mereka!" Tambah orang itu mendesis kejam.

Anak kelas dua dan satu yang mendengar itu sontak menutup mulut mereka dengan kedua tangannya dan gemetar, karena mereka tahu siapa pemuda yang tiba-tiba memeberi mereka peringatan ini, dia Dylan, pemimpin kelompok DUNCAN , kelompok yang dimiliki oleh Keluarga Duncan salah satu keluarga mafia yang juga menginginkan wilayah ini.

"Sejak kapan mereka akrab?" pertanyaan itu tak jelas ditujukan pada siapa.

"Kelompok yang bertahta dan kelompok terkuat di kelas satu" Gumam seseorang diantara kerumunan itu.

Dan mereka kembali bergosip.

Hatiku setuju memberikan julukan "Kelompok yang bertahta dan kelompok terkuat" pada Mereka, Kita kesampingkan 'PRIDE FALL' yang memang mereka adalah yang bertahta saat ini. tapi Kelompok Yoga?

Dia melihatnya sendiri. Bagaimana mengerikannya mereka, Bahkan dia yang tidak mengetahui apa-apa tentang kelompok itu tahu, kalau mereka tidak pernah serius bertarung, Sebenarnya yang bergerak membantai habis semua murid kelas satu di sekolah ini hanya Azzam dan Doni, Dia bahkan tidak pernah melihat bagaimana Riki dan Nathan bertarung, tapi dari rumor yang pernah dia dengar, mereka semua itu monster. Nathan dan Riki bahkan menolak ajakan Eli untuk bergabung, yang pada saat itu sudah bertahta akan sekolah serta wilayah ini. Dan hal itu justru membuat banyak Organisasi juga menginginkan mereka.

Dan hal itu menyebabkan mereka harus masuk ke rumah sakit. Banyak rumor yang beredar jika ada beberapa Organisasi yang bertanggung jawab akan hal itu.

karena ada beberapa Organisasi besar yang mengajak mereka untuk bergabung, dan mereka menolaknya.

Tapi rumor itu menghilang hanya dalam beberapa minggu, tidak ada yang tau apa alasannya.

Tapi bagaimana dengan Yoga?. Dia adalah yang paling misterius di dalam kelompok itu, karena tidak ada yang tau kenapa empat orang paling berbahaya, yang bahkan Organisasi besar pun memasukan mereka kedalam List mereka itu bisa mengikutinya. Sebenarnya tidak ada yang tahu apakah mereka mengikutinya atau hanya berteman dengannya, tapi yang pasti, semua yang melihat Yoga bisa tahu kalau dia mempunyai

aura seperti seorang Raja, yang membuat banyak orang berpikir dia itu adalah seseorang yang sudah di takdir kan untuk memimpin.

Eh, tidak sama sekali. Dia tidak cocok secuil pun menjadi seorang Raja. Anak itu lebih cocok menjadi Cunguk. Ya, Benar!

Aku kembali melirik dua orang di kelompok tersebut, pemimpin dari 'PRIDE FALL', dan seseorang yang dikatakan pemimpin dari empat orang paling berbahaya di sekolah ini.

Mereka memang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tapi perbedaan itu menjadi magnet yang saling tarik-menarik. Walau aku tak ingin mengakui, baik Yoga maupun Eli memiliki aura sendiri. Yoga yang memiliki aura seperti seseorang yang berada di atas segalanya, dan Eli yang memiliki aura yang mengatakan kalau dia dapat menghancurkan apapun yang menghalanginya.

Jika Eli tampil tenang, sedikit berbicara dan bertampang ganas, maka Yoga adalah kebalikannya, yang tak pernah berhenti bicara, selalu tertawa dan tampil santai. Dia bahkan bisa melihat bahwa aura "MENGHANCURKAN SEGALANYA" yang diberikan Eli setiap kali dia bertemu Yoga seperti luntur begitu saja terkena aura Yoga yang berkata "KNOW YOUR PLACE!"

Lalu apa yang dilakukan ketua Osis bersama kedua kelompok itu?

Itu karena Osis itu sendiri adalah peranan penting yang membuat keseimbangan di sekolah ini.

Dan mereka juga merupakan Organisasi yang mempunyai kepentingan bagi banyak pihak.

Karena mereka adalah 'The judge'.

Mereka adalah hakim di sekolah ini, mereka adalah Organisasi yang bersifat netral, yang melakukan tugas untuk membuat perebutan kekuasaan ini tidak berada diluar batasannya, dan sesuai dengan apa yang telah diatur oleh para Organisasi Besar dikota ini, untuk memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan.

Organisasi Osis sendiri diisi oleh mereka yang juga bisa dikatakan Monster. Apalagi di sekolah yang memiliki banyak orang-orang kuat, tentu saja sebagai hakim mereka harus bisa menahan para monster itu.

karena itu para anggota osis sendiri merupakan mereka yang telah dipilih sendiri oleh beberapa Organisasi besar yang mengerikan.

Dan sang Ketua Osis, Aslam.

Memiliki julukan 'RAJA HEWAN BUAS' yang dikatakan setara dengan Eli.

Walau tidak ada yang pernah melihat mereka berdua bertarung.

"CUKUPPP!"

Aslam tiba-tiba berteriak, membuat siswa terpekik kaget dan terperanjat, lalu menoleh gugup ke arah mereka.

Dari tempatku, kulihat Yoga, diam sejenak lalu tertawa keras-keras.

Dan aku juga melihat Eli yang menyeringai.

Ada apa sih dengan Yoga? Kenapa dia bisa tertawa lebar walau berhadapan dengan Aslam dan Eli? Mungkinkah Yoga suka melihat wajah jengkel orang? Ataukah Yoga tidak punya rasa takut pada siapapun? Sedikitpun? Semua pertanyaan itu tak tahu akan kulontarkan pada siapa karena aku yakin hanya Yoga sendiri yang bisa menjawab pertanyaan itu.

Lalu tiba-tiba saja sesuatu yang mengejutkan terjadi. Eli mulai bangkit dan mencoba memukul Yoga yang berhasil yoga hindari.

Pukulan Eli mengenai pohon dibelakang Yoga yang membuat pohon itu bergetar dan terlihat pukulan itu bahkan membuat kulit pohon itu terkelupas dan mengakibatkan sedikit cekungan di sana , dan hal itu membuat semua yang melihatnya menganga.

Bahkan jika kau memukul pohon itu dengan palu, itu tidak akan membuat pohon itu bergetar.

Dan dapat membuat pohon itu bergetar? entah mata mereka yang salah, tapi hanya jika kau menabrak pohon itu dengan mobil maka akan bisa menyebabkan pohon itu bergetar.

Itu Benar-benar tidak manusiawi!

Jadi julukan Monster itu yang seperti ini?

Tiba-tiba saja banyak anggota Osis dan anggota 'PRIDE FALL' yang datang dan mengusir semua yang sedang melihat kejadian itu.

Banyak yang protes tapi protes mereka seperti tidak di dengarkan.

"Maap tapi saya juga anggota Osis" Ucap Dira cepat saat seseorang bagian dari anggota Osis ingin mengusirnya dari tempat itu.

"Maaf, walaupun kamu Anggota Osis tapi kamu tidak diperbolehkan disini, ini perintah kepala sekolah"

Katanya tegas dan tetap mengusir Dira dari sana.

Tidak ada yang tahu bagaimana akhir dari pertarungan itu, karena pihak sekolah Benar-benar menutup dan menyegel semua info tentang hal itu.

Bahkan banyak Organisasi yang ingin mengetahui apa yang terjadi, dan bersedia membayar pihak Osis dan sekolah untuk info ini.

Tapi baik dari pihak Sekolah dan Osis benar-benar merahasiakan semuanya.

Bahkan para Petinggi Organisasi besar pun melarang semua Organisasi untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Setelah beberapa minggu, waktu kelulusan pun tiba.

Gosip kembali bermunculan.

Tidak ada 'PRIDE FALL' lagi. Mereka dibubarkan bersamaan dengan para Petinggi mereka yang telah lulus.

Yoga yang akhirnya membuat kelompoknya sendiri, TEAM F. Yang hanya beranggotakan lima orang dan menyebarkan kata perang untuk yang menghalangi mereka.

PERANG YANG BRUTAL AKAN DIMULAI KEMBALI.

*******

Riki hanya mampu menghela napas saat melihat Aslam muncul di hadapannya. Yoga meliriknya sambil tersenyum menyebalkan dan Aslam balas tersenyum dengan ramah.

"Apaan nih?" Tanya Riki, meminta penjelasan pada Yoga.

"Gada gue cuma ngasih tau lu kalo gue ama ketos sekarang udah berteman," Yoga menjawab tenang. "Aslam, ini Riki. Riki, dia Aslam." "Ayo sekarang coba kalian pelukan" tambahnya dengan nada jahil.

Aslam dan Riki memutar kedua mata mereka melihat kelakuan Yoga.

"Aslam," katanya sambil mengulurkan tangannya.

Riki melirik tangan Aslam. Lalu pada Yoga yang mengangguk. Jengkel, Riki menyingkirkan tangan Aslam dengan kasar sambil berkata, "Gue benci bet ama lu."

"Oh." Aslam tak tahu harus menanggapi apa. "Senang bertemu denganmu," gumamnya.

Yoga mengibaskan tangannya. "Jangan peduliin dia, Lam. Riki tuh pemalu orangnya."

Riki memutar bola matanya. "To the point lah, Ngapain dia kesini." Kata Riki jengkel sambil menunjuk ke arah Aslam.

Yoga tidak menjawab pertanyaan Riki. Dia merangkul Aslam dengan akrab dan membawanya ke arah bukit belakang sekolah, meninggalkan Riki di belakang. Riki melongo sejenak.

"Woy, cuk, gue temen lu apa bukan sih!" kata Riki jengkel, melangkah panjang-panjang mengikuti mereka.

"Woiya dong, tapi Aslam juga temen gue," kata Yoga sambil memutar bola matanya.

"I hate him more now," gerutu Riki, memberikan tatapan tajam hendak membunuh pada Aslam.

"Erm?" Aslam menaikan alisnya, kebingungan. "Gue gak nyoba buat ngambil pacar lu, Riki".

Riki mendengus mende.

"Coba lu kasih tau cuk, siapa lagi yang lu benci?" Yoga menoleh padanya.

"Semua orang," geramnya.

"Name please." Suara Yoga terdengar sabar.

"Aku benci padanya," Riki menunjuk Aslam penuh amarah dan melanjutkan, "pada Dira, pada semua anggota Osis, dan Organisasi yang buat gue harus nginap di rumah sakit. kenapa lu nanya?"

Yoga menyeringai. Riki benar-benar tidak suka saat anak itu melakukannya. "Karena gue bakalan temenan ama semua yang lu benci," ucapnya santai.

"Kecuali Organisasi yang udah nyakitin lu, gue bakal hancurin semuanya" Katanya lagi.

Riki dan Aslam yang mendengar itu melihat Yoga dengan tatapan kaget.

"Jangan coba-coba temenan ama Osis," geram Riki.

"Udah gue coba, gue bahkan udah temenan ama Aslam dan Dira." Yoga masih tersenyum.

"Dira ga temenan ama lu, dia benci ama lu cuk."

"Huh, ah ga mungkin dia benci gue, kemaren aja gue main kerumahnya, malahan gue udah main ke kamarnya, udah akrab juga ama Mbak dan kedua orangtuanya?"

Sebelum Riki membalas, Aslam memotong cepat.

"Hah? lu masuk ke kamarnya?" Aslam terheran-heran.

"iyah, napa? Lu ga cemburu kan?" Yoga melepas rangkulannya. Dia tidak memberikan kesempatan bagi Aslam untuk menjawab karena Yoga sudah berlari terlebih dahulu, meninggalkan mereka berdua menuju bukit itu dan segera merebahkan tubuhnya disana.

"Gue peringatin ke lu ya ketos. Jangan deket-deket gue apalagi Yoga" kata Riki menggerakan kepalanya ke tempat Yoga yang sudah tidak bergerak lagi.

Alis Aslam terangkat sebelah. "Lah kenapa?"

"Ya karena gue gasuka lu dekat ama dia," jawabnya.

Ini sedikit membingungkan bagi Aslam. Dia memang belum mengenal Riki lebih jauh tapi tidak menyangka bahwa Riki begitu blak-blakan tidak menyukainya. Dia tau kalau Riki membenci Organisasi yang telah membuatnya masuk rumah sakit, dan dia juga mengerti kenapa anak itu membenci Osis, karena Osis adalah Organisasi yang dibuat oleh Beberapa Organisasi besar untuk menjadi hakim atas perang perebutan wilayah ini yang artinya Osis juga adalah kaki tangan Beberapa Organisasi itu walaupun Osis sendiri bersifat netral.

Masalahnya hal yang membuat Riki begitu membencinya justru karena Yoga. Dahi Aslam mengerut melihat ke arah Yoga. Dan mereka juga belum lama saling kenal, pikir Aslam, kenapa tiba-tiba Riki bersikap seperti terlalu protective begitu?

Dia tau Yoga bukanlah orang yang perlu dijaga. Karena dia tahu persis, pemuda itu sangat mengerikan, karena dia adalah saksi hidup yang melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa mengerikannya pemuda itu.

Bahkan dia mengakui kalau dia, tidak akan bisa mengalahkan pemuda itu.

Tapi tiba-tiba Aslam menyadari sesuatu.

Aslam memasukan kedua lengannya ke saku celana. "Jangan bilang kalo lu itu gay dan lu itu suka ama Yoga."

Riki melangkah mendekat. Wajahnya tampak begitu menyeramkan walau tidak berekspresi. Aslam mundur dua langkah dan mencoba mempertahankan keberaniannya.

Menyeramkan, sesuka sesama jenis memang menyeramkan batin Aslam.

"Gue ga gay, gue udah punya pacar, pokoknya gue peringatin lu jangan deketin dia," bisik Riki berbahaya.

Aslam menelan ludah.

Mendengus, Riki melewatinya dan berjalan menuju Yoga. Dia duduk di sebelah Yoga yang tertidur pulas. Aslam menghela napas dan ikut duduk di sebelah Yoga di sisi yang satunya, lalu merebahkan tubuh.

"Disini lumayan juga," kata Aslam tiba-tiba. Udaranya benar-benar sejuk, berbeda sekali dengan udara di dalam kelas.

"Gue harusnya bawa itu" Kata Riki lalu menyenderkan punggungnya ke pohon itu.

"Bawa apa cuk?" Tanya Yoga. Ternyata Yoga tidak tidur, hanya menutup matanya, menikmati kesejukan.

"Papan peringatan bahaya."

Yoga dan Aslam terbahak-bahak.

"Yang tertulis, Danger, Tempat ini adalah milik Team F," gumam Riki sambil memutar bola matanya dengan bosan. Tapi dia bersungguh-sungguh mengenai ide itu, karena dia sudah menganggap bukit belakang sekolah ini adalah milik mereka, Team F.

*******

Aku penasaran akan pertarungan antara Yoga dan Eli. Perasaan itu begitu meluap-luap. Keinginanku untuk mengetahui apa yang terjadi tak terbendung lagi. Untung saja aku berhasil mengalihkan perhatianku pada hal-hal yang lebih penting dan berguna: belajar karena ujian sekolah sudah di depan mata—besok, dan aku tak ingin siapapun mengambil posisiku.

Berita mengenai pertarungan Eli dan yoga, dan juga tentang bubarnya 'PRIDE FALL' karena kelulusan dan tidak mencari penerus mereka menyebar seperti virus di udara.

Bahkan sampai ke tiga sekolah lain di luar wilayah ini yang juga merupakan tiga sekolah yang memiliki kekuatan besar di kota bandung dan menjadi musuh bebuyutan SMA RADIANT. yang bahkan 'PRIDE FALL' dan Organisasi diwilayah ini juga dibuat was-was akan mereka.

SMA BRAHMAN, adalah sekolah yang merupakan salah satu dari 4 kekuatan besar

yang berjarak sekitar 50 kilometer dari tempat ini. Dan yang terdekat dengan SMA RADIANT.

Sekolah yang dimiliki oleh, sama dengan nama sekolahnya, Organisasi Besar yang mengerikan yaitu BRAHMAN, Brahman sendiri adalah satu-satunya Organisasi yang memimpin wilayah itu, tidak ada yang berani menentang mereka di wilayah kekuasaan mutlak mereka. SMA BRAHMAN dipimpin oleh Ganesha seseorang yang dikatakan sangat kuat sekaligus penerus dari Organisasi Brahman yang bahkan Eli ingin hindari. Setelah kelulusannya tidak ada yang tahu siapa yang memimpin sekolah itu sekarang, tapi beredar kabar kalau Adiknya. Axel adalah pemimpin selanjutnya dari SMA BRAHMAN.

Lalu ada SMA LUCA, yang menjadi basis dari keluarga Luca, keluarga Mafia yang sama seperti Brahman yang juga adalah penguasa mutlak di wilayah itu, Bahkan ada yang mengatakan kalau mereka juga memiliki koneksi dengan Keluarga Levantein.

Pemimpin sekolah itu adalah murid kelas dua yang setahun lebih muda dari Eli dan Ganesha yang bernama Alano, yang berarti sekarang dia adalah murid kelas tiga.

Tidak banyak yang diketahui dari pemimpin SMA LUCA, Alano, karena sekolah itu adalah yang paling misterius diantara tiga sekolah lain. Bahkan ketiga sekolah lainnya sangat waspada dengan SMA LUCA.

Dan yang terakhir adalah SMA GARUDA.

Sekolah ini adalah hasil gabungan dari beberapa Organisasi yang beraliansi untuk memimpin wilayah itu. Dan nama aliansi itu adalah RAJAWALI.

Sekolah ini dipimpin oleh Antares.

Seseorang yang merupakan anak dari pemimpin tertinggi aliansi Rajawali.

Banyak yang berpikir jika dia menjadi pemimpin karena jabatan Ayahnya.

Tapi pikiran itu dipaksa berubah saat mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Antares yang bahkan bisa bertarung seimbang melawan Eli dan Ganesha.

Bahkan Antares dikatakan adalah yang terkuat diantara mereka.

Antares berada ditahun yang sama dengan Eli dan Ganesha, dan itu artinya dia sudah lulus.

Dan belum diketahui siapa pemimpin dari SMA GARUDA untuk sekarang.

Mereka memiliki julukan 'Empat Demi-God kota bandung'

Keempat Sekolah yang memiliki kekuatan Mutlak dikota Bandung ini juga memiliki julukan. 'TEMPAT YANG BAHKAN DITAKUTI OLEH PARA DEWA'. Karena memang begitulah adanya. Keempat Sekolah ini juga membuat peraturan mereka sendiri yang bahkan pemerintah tidak berani untuk melakukan apa-apa.

Dan setelah kelulusan ke tiga Demi-God itu.

Konflik mulai memanas diantara tiga kekuatan besar itu. SMA BRAHMAN, SMA GARUDA, dan SMA RADIANT.

Hanya SMA LUCA yang tidak melakukan apapun, dan ketiga sekolah ini tahu untuk tidak mengganggu SMA LUCA.

Karena saat ini hanya SMA LUCA yang masih memiliki kekuatan penuh mereka, karena Alano yang tersisa dari 'Empat Demi-God' masih memimpin sekolah itu.

Beberapa hari belakangan ini Aslam harus disibukkan karena dia harus mengerahkan pasukan Osis untuk menjaga gerbang, Akibat dari konflik dengan Kedua kekuatan besar itu.

Bersiap untuk Perang besar yang akan terjadi.

Apalagi saat ini di SMA RADIANT, belum memiliki pemimpin.

Azzam, Nathan dan Doni berjalan bersama menuju sekolah. Dan pagi ini mereka tidak tahu sudah berapa banyak murid dari sekolah lain yang sudah mereka hajar.

Karena beberapa hari ini mereka selalu saja dihadang oleh murid dari SMA BRAHMAN dan GARUDA.

"Aduh anjing, dari tadi gada habisnya tolol"

Ucap Azzam kesal.

Nathan dan Doni hanya mengangkat bahu mereka mendengar pertanyaan azzam.

Mereka juga sebenarnya juga kesal karena ini sudah beberapa hari mereka dihadang seperti ini.

"Ayoklah ambil alih ni sekolah!" Kata doni tiba-tiba.

"Kita ber-tiga aja?" tanya Azzam melihat ke arah Doni.

"Ya gada salahnya kan?" Tanya Doni balik.

"Sabar aja, tungguin aja Yoga gerak" Ucap Nathan.

"Nungguin Yoga tuh lama banget" Gumam Azzam.

"Gue juga gatau apa yang Yoga pikirin" Kata Nathan. "Kita tunggu aja" lanjutnya.

"Gue nungguin Vorta gerak." Ucap Doni yang membuat kedua temannya menoleh kearahnya. "Gue mo lihat gimana Organisasi yang udah bikin lu nginap dirumah sakit" Lanjutnya sambil melihat kearah Nathan.

Azzam yang mendengar itu menyeringai.

"Kali ini lu ga sendirian Nath, Kita bakalan ngancurin mereka bersama" Kata Azzam masih menyeringai.

Nathan yang mendengar itu speechless.

Lalu tersenyum melihat kedua temannya ini.

'Jika ama mereka gada yang ga mungkin' Bathinnya.

***********

Dengan geram, aku memberikan tanda titik sampai bolong di akhir kalimat tugasku. Mataku menoleh melihat jendela kamar Yoga yang sudah tertutup dan gelap gulita. Lalu aku memberikan jari tengahku ke arah sana.

Lalu dengan kesal aku pergi kekasurku dan merebahkan diriku, bersiap untuk tidur.

Dan berdoa agar aku tidak memimpikan cecunguk itu untuk malam ini.

Esoknya aku bangun lebih awal.

Aku ingin menangis, karena lagi-lagi aku memimpikan cowok brengsek itu.

Bahkan dimimpi saja dia masih saja terus membullyku.

Aku bergegeas ke sekolah. Seperti yang sudah aku duga, Konflik ke-tiga sekolah belum juga mereda.

Karena banyak kulihat murid dari SMA BRAHMAN maupun SMA GARUDA masih berkeliaran didekat sekolahku.

Tak lama seseorang yang sangat aku benci berjalan kearahku sambil tersenyum manis.

Senyum yang membuat ku kesal hanya dengan melihat. Aku memberinya tatapan marah yang aku punya, dan responnya?

Dia malah makin tersenyum lebar.

Aku cuma bisa memutar bola mataku.

"Selamat pagi, Diraaaa!" terdengar suara menyebalkan Yoga.

"Cepet minggir sana lu, gue banyak kerjaan nih, ganggu aja" kataku cepat. "Dan bisakah lu ngusir mereka?" tambahku menunjuk kerumunan anak kelas satu dan dua yang dari rumor yang kudapat ingin bergabung dengan kelompok Yoga, yang ntah kenapa selalu ditolak oleh Yoga dan teman-temannya.

"Uhh Diraa jahattt," kata Yoga dan ntah kenapa beberapa murid dibelakangnya itu ikut menirukan apa yang Yoga katakan.

Dan itu makin membuatku jengkel.

"Minggir woy, kalian ngadang jalan" Teriak Riki yang terlihat baru sampai di gerbang SMA RADIANT.

Mereka yang mendengar itu segera menyingkir dari sana, Tidak berapa lama terlihat Azzam, Doni dan Nathan yang berjalan bersama kesekolah.

"Maaf ya Dira, lu pasti cape banget ya?" Tanya Yoga sambil tersenyum lembut, menatapku dengan hangat. Untuk sesaat, aku tenggelam karena senyumnya itu.

"Aduh ekspresi lu Dir, imut banget, beneran" Desah Yoga lalu tersenyum menyebalkan.

Aku terkecoh lagi. Aku tak tahan lagi. Mulutku sudah ingin mengatakan semua profanity yang aku tahu pada cunguk ini.

Sebelum aku bisa membuka mulutku untuk mengeluarkan semua kata mutiara yang aku tahu. Sampai kemudian tiba-tiba Riki menarik Yoga dari depan Dira, dan membawanya memasuki gerbang sekolah.

"Jangan dibully trus cuk, gue jadi kasihan ama Dira…" Riki tiba-tiba bergumam.

"Hmft… huahahahahahahaha," tawa Yoga meledak diikuti oleh Azzam, Doni dan Nathan.

"Arghh Taiklah, Tapi gue serius,kasihan Dira," Riki merangkul Yoga yang masih terbahak dan menyeretnya masuk ke dalam sekolah.

Aku hanya mampu memandangi mereka berlima memasuki sekolah dan meninggalkan para murid yang ingin bergabung dengan kelompok mereka, yang setelah beberapa saat pergi mengikuti mereka.

Menyisakan beberapa murid yang terlambat.

Jika dipikir lebih jauh, kebersamaan Yoga, dan teman-temannya sebenarnya mengurangi sekaligus menimbulkan beberapa masalah. Yang mengurangi masalah adalah semakin sedikitnya siswa yang terlambat. Pertama karena mereka ingin melihat Yoga dan kelompoknya yang dikatakan adalah kelompok terkuat karena beberapa minggu setelah mereka naik kekelas dua, mereka sudah membantai setengah dari kelompok di kelas tiga, dan menyisakan kelompok yang bisa dibilang adalah kandidat terkuat untuk perebutan kekuasaan ini, dan mereka yang juga sudah menghancurkan banyak Organisasi yang menjadi supporter beberapa kelompok yang mereka hancurkan, karena Organisasi itu berniat untuk membalas dendam.

Kedua, untuk melakukan misi Pertama, itu artinya harus datang pagi-pagi sekali. Ketiga, jika tidak dapat melakukan misi Kedua dengan baik, maka akan sulit untuk melihat mereka ber-lima. Karena mereka ber-lima selalu duduk di atap sekolah yang akan sangat sulit bagi beberapa anak kelas satu dan dua karena jika mereka ingin ke atap, itu artinya mereka harus melewati beberapa ruangan kelas tiga yang walaupun sudah dihancurkan oleh kelompok Yoga, mereka murid kelas tiga itu masih punya harga diri yang tinggi untuk membiarkan junior mereka untuk melewati kelas mereka begitu saja.

Masalah yang ditimbulkan karena mereka antara lain: menyangkut kerumunan yang ingin bergabung dengan mereka yang dengan setia menunggu Yoga Dkk di depan gerbang. dan beberapa murid GARUDA dan BRAHMAN yang ingin mencari tau tentang mereka yang mengakibatkan selalu ada perkelahian setiap harinya disekolah ini.

*****

Sudah beberapa minggu ini Prabu selalu mengawasi Yoga dari belakang. Pemuda itu menopang dagunya dengan salah satu tangannya, sementara pandangan matanya menatap ke arah soal ulangannya. Yoga sedang sibuk mengisi jawaban dari kertas didepannya itu.

Gosip mengenai Yoga akan mendepak semuanya dari perebutan kekuasaan disekolah ini sudah sampai ke telinganya.

Dan Guru itu khawatir bahwa Yoga akan melakukannya.

Tidak. Dia memang akan melakukannya. Prabu tahu bahwa Yoga akan mengambil alih SMA RADIANT karena Guru itu sudah bisa melihat hasilnya.

Sambil melirik sedikit, Prabu melewati bangku Yoga. Dan dia kaget karena melihat kertas jawaban Yoga sudah terisi penuh padahal masih ada satu jam lebih sebelum bel berakhir.

******

Udin menaikan alisnya melihat Prabu memberikan selembar buku padanya. Ah, tidak. Itu bukan buku. Tapi rapor.

"Apa ini?" dia bertanya keheranan.

"Rapor."

Udi belum menurunkan alisnya.

"Rapor Yoga," kata Prabu lagi.

Kali ini Udin mendesah. "Aku tak tahu apakah harus kagum atau ngeri padamu, Prabu. Kau benar-benar keras kepala. Aku sudah bilang padamu jangan ikut campur dengan urusan orang. Jangan salahkan aku kalau suatu hari nanti kau akan kena batunya."

"Dia jenius," Prabu tidak mendengarkan perkataan Udi dan malah menarik bangku terdekat dan duduk di dekat Alfon.

"Tapi dia juga mengerikan, bahkan aku mendengar dia sudah menghancurkan beberapa Organisasi diwilayah ini" Lanjutnya

"Aku tahu," gumam Udin.

Tentu saja mereka tau tentang apa sebenarnya SMA RADIANT ini, bahkan waktu pertama kali dia mengetahuinya dia sangat ketakutan, karena dia dulu mengenal seorang guru yang sangat menentang tentang apa yang terjadi disekolah, bahkan kepala sekolah sendiri melarang guru itu untuk ikut campur atau hal mengerikan akan menimpa guru itu.

Dan seperti yang dikatakan kepala sekolah, tidak lama setelah itu guru itu dikabarkan telah memperkosa seseorang yang membuatnya harus mendekam di balik jeruji besi. Udin sangat mengenal guru itu, guru itu mengalami Impoten yang sangat tidak mungkin jika dia bisa memperkosa. Logika saja, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?

Tidak ada sidang untuk guru itu, bahkan keluarganya sendiri tidak mengatakan sepatah katapun akan hal itu.

Waktu itu Udin masih ingat, dia melihat dengan jelas ketakutan yang mendalam dari mata guru itu saat aparat menangkapnya. Dan semua disekolah ini tahu apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka ikut campur akan masalah ini.

Prabu membasahi bibirnya. "Yang membuatku bertanya-tanya adalah kenapa Yoga yang jenius seperti ini pindah ke SMA RADIANT?, apa dia juga menginginkan wilayah ini?"

Udin mengangkat bahu tak peduli. "Kudengar Ayahnya orang kaya. Ayahnya dipindah tugaskan mungkin, dan masalah tentang wilayah, aku tidak tau karena hanya dia sendiri yang tau."

"Itu semakin mencurigakan."

"Terserah."

Udi mengambil rapor Yoga dan membolak-bolak catatan akademis Yoga. Tidak ada satupun nilai dibawah sembilan puluh pada rapor itu. Seluruh nilainya A+

Mother's Name : Yona Agnesia Rotsc-Feiler.

Punggung Udin menegak melihat nama itu.

Bulu kuduknya merinding.

"Prabu, apa kau tahu siapa nama Ibunya Yoga?" tanya Udin tidak melihat Prabu.

"Jika tak salah Yona." Prabu menggaruk dagunya mengingat-ingat. "Ya, aku yakin. Aku sempat melihat namanya saat pendaftaran siswa baru. Wanita yang cantik Ibunya itu."

"Apa kau tau nama keluarga ibunya?," gumam Udin sambil menatap sekeliling dengan penuh ketakutan. Prabu yang melihat gelagat temannya itu menjadi heran.

Lalu Udin menyodorkan rapor itu ke depan hidung Prabu. "Sebaiknya kau melihatnya sendiri"

Mata Prabu membulat, keringat dingin membasahi tubuhnya. "Rotsc-Feiler" Gumamnya, badannya tiba-tiba saja gemetar setelah mengatakan nama itu.

Udin yang juga ketakutan meletakkan rapor itu diatas meja. "Aku harap hal ini hanya kita berdua yang tau, kau harus meletakkan ini ketempatnya semula, kau tau apa yang akan terjadi pada kita jika mereka tau kita mengetahui jika kita mencari tahu tentang seseorang dari Keluarga Rotsc-Feiler?

Tidak, kalau bisa sebaiknya kau memberitahukan ini ke kepala sekolah." Kata Udin lirih bangkit dan pergi dari ruangan itu.

Prabu yang mendengar itu menganggukkan kepalanya dengan cepat, pakaiannya sudah basah akibat keringat, dia juga melihat Udin sangat ketakutan tubuh pria itu gemetar saat dia pergi meninggalkan ruangan ini.

avataravatar
Next chapter