4 Ini chapter empat

Kota Bandung adalah kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian barat.

Pada tahun 1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu kota paling aman di dunia.

bahkan banyak orang yang terkejut akan hal itu.

Bukan tanpa alasan tapi karena saat itu banyak sekali Gangster di kota ini, saking banyaknya bahkan pemerintahpun kewalahan dalam menghadapi mereka.

Insiden yang tidak bisa dilupakan oleh semua orang adalah kejadian yang hanya terjadi dalam satu malam. Ya benar sebuah fakta yang bahkan membuat geger kota tersebut. bukan, Bahkan hal itu juga membuat dunia internasional kaget, karena hanya dalam satu malam itu. Berakhirlah era kejayaan para Gangster. Banyak mayat yang ditemukan di seluruh penjuru kota ini.

yang setelah diketahui ternyata adalah mayat para anggota Gangster. Beberapa mayat yang ditemukan saat itu adalah mereka petinggi Gang yang menguasai wilayah atau yang disebut 'BOSS' yang bahkan aparat pun tidak berani menangkap mereka.

Bahkan hanya dalam beberapa hari banyak anggota gangster yang menyerahkan diri mereka ke kepolisian. Mereka yang tau akan kejadian itu tidak akan bisa melupakan expresi ketakutan diwajah para gangster itu, seolah-olah mereka sudah melihat hantu atau semacamnya, atau yang lebih mengerikan dari pada itu.

Pagi itu , yoga menggunakan motornya untuk pergi ke sekolah. Biasanya dia hanya berjalan kaki, tapi untuk hari ini dia ingin sekali mengendarai motor kesayangannya ini.

Diperjalanan dia hanya memikirkan bagaimana hari ini dia akan menggoda Dira.

Menggoda gadis itu telah menjadi hobi barunya semenjak pindah kesini, karena melihat gadis itu menjadi kesal seperti candu tersendiri baginya.

Karena sekolahnya tidak memperbolehkan kendaraan terparkir disekolah, maka seperti biasa, jika Yoga membawa motornya kesekolah maka Yoga akan menitipkan motornya ke Warkop yang berada tidak jauh dari sekolahnya.

Saat yoga hampir mendekati gerbang sekolahnya ,dia melihat banyak murid dari sekolah lain tepat didepan gerbang sekolahnya, sebenarnya dia tidak peduli tapi saat dia mendengar perdebatan antara murid dari sekolah lain dan sebuah suara yang sangat dia kenal, yaitu Dira. dan beberapa orang dari kelompok itu membuatnya kesal.

"Yaudah kan, itu udah digebukin kan? udah selesai kan? yaudah pergi sana!!," Usir Dira. yang membuat kelompok itu geram.

"Bisanya cuma nyelesein masalah dengan kekerasan kalau gitu kenapa nggak jadi Gangster aja sana, lalu berhenti sekolah. Karena kelakuan kalian itu cuma buat malu sekolah kalian aja." tambahnya berapi-api.

Yoga yang mendengar itu tersenyum. Ntah kenapa dia bangga kepada gadis itu.

"Heh lu cewek diem aja, ini bukan urusan lu. Mau kami jadi gangster atau ngga itu terserah kami, dasar Jalang" Bentak seseorang dari kelompok itu.

Mendengar itu amarah Yoga memuncak.

Tidak ada yang boleh menghina gadis itu.

Yoga melihat perdebatan itu hampir mereda dan pergi dari sana, bukan kearah sekolahnya tapi ke arah yang berlawanan.

**********

"Cewek sialan itu berani sekali dia membentak kita" kata Ari salah seorang petinggi dari kelompok THE VERMIN.

"Harga dirinya kek nya tinggi banget tu cewek rasanya pengen gue beli dia" Balas Freed yang juga merupakan petinggi.

"Awas aja kalo ampe gue lihat tu cewek di luar sekolah bakal gue perkosa tuh cewek" Ucap salah satu petinggi THE VERMIN bernama ando yang memiliki badan paling besar diantara mereka yang membuat mereka tertawa.

"Bener banget, cewek itu punya tubuh yang entodable" kekeh Freed.

"Bener njir, kayaknya kita semua harus mencobanya dulu" Balas Ando yang membuat tawa anggota kelompok itu jadi lebih keras.

Sedangkan pemimpin mereka. Satria, hanya tersenyum mendengar perkataan kelompoknya itu.

Saat mereka sampai ke tempat mereka memarkirkan kendaraan mereka.

Mereka semua terkejut karena melihat Kendaraan mereka terbaring ditanah, dan disana ada seorang pemuda Memakai Jaket kulit berwarna hitam yang terlihat seperti sedang menunggu mereka.

Kelompok itu melihat hal itu dan mereka semua sangat marah.

Lalu seseorang bertubuh paling besar dan berotot dari kelompok itu berjalan ke arah pemuda itu, dia ingin bertanya apa yang terjadi pada Kendaraan mereka.

Tapi, belum sempat dia bertanya pada pemuda itu, Tiba-tiba saja pemuda itu menendangnya, yang membuatnya terpental kebelakang dengan sangat keras.

Semua yang melihat hal itu terkejut. "ANJING!! LU GATAU KITA SIAPA?" Tanya seseorang dari kelompok itu murka.

Tapi pemuda itu hanya meresponya dengan terkekeh.

Satria yang melihat Ando terbaring ditanah dan tidak bergerak lagi mengernyitkan dahinya. Seseorang yang terbaring ditanah itu adalah salah satu petinggi THE VERMIN. Bahkan, jika dia bertarung dengan Ando, walaupun itu juga serangan tiba-tiba, itu tidak mungkin untuk mengalahkan Ando hanya dengan sekali serangan.

Satria sadar pemuda didepannya ini berbahaya begitu juga dengan teman temannya yang lain. Mereka tahu betapa kuatnya Ando karena di kelompok mereka Ando adalah seseorang yang memiliki Power dan daya tahan yang mengerikan.

Pemuda itu memandang dingin kearah mereka. Lalu dia pun berlari kearah mereka.

Satria dan semua anggota THE VERMIN pun dengan sigap menerima tantangan pemuda itu. Mereka semua bersiap untuk bertarung saat melihat pemuda itu berlari kearah mereka.

Pertarungan baru saja dimulai tapi 5 orang dari kelompok itu sudah terbaring ditanah.

Mereka yang masih berdiri menjadi kaget, Mereka bisa melihat betapa cepat gerakan pemuda itu.

Bagi kebanyakan orang, pertarungan itu terlihat sangat tidak seimbang, karena ya bayangin aja, 1 orang melawan hampir 40 orang dan berpikir pasti 1 orang itu akan babak belur. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Pertarungan itu terjadi begitu cepat, bahkan belum 5 menit berlalu. Pemuda itu berhasil memukul jatuh semuanya, Sampai membuat mereka tidak bisa berdiri kembali.

Yoga mencekik leher Satria.

Dia mengangkatnya ke udara, Yoga bisa melihat ketakutan dimata Satria.

Lelaki itu gemetar karena ketakutan.

"Lu tau, gue paling benci kalau apa yang jadi milik gue diganggu!" Kata Yoga lirih.

Tanpa sadar yoga mengatakan hal itu, seakan dirinya menandai Dira adalah miliknya.

Satria bingung, dia bahkan baru bertemu dengan pemuda ini. dan apa miliknya yang diganggu?.

Saat Satria ingin bertanya, tiba-tiba hawa membunuh terpancar dari pemuda didepannya, Satria yang merasakan itu makin ketakutan.

Dia tidak bisa bernapas, dadanya terasa sesak badannya gemetar hebat, telinganya berdengung, Baru kali ini dia merasakan hawa membunuh yang seperti ini.

Mereka yang ada disana ketakutan, bahkan beberapa dari mereka terlihat mengompol. Mereka semua tahu kalau pemuda didepan mereka itu benar-benar akan membunuh mereka.

Satria tidak bisa bernapas, dia merasakan bahwa kesadarannya semakin kabur.

Tapi sebelum Satria benar-benar kehilangan kesadarannya, tiba-tiba hawa membunuh itu menghilang.

Yoga melepaskan tangannya dari leher Satria. Satria yg mulai bisa bernapas dengan rakus menghirup semua oksigen yang bisa dia dapatkan.

Yoga kemudian berjongkok dan mengarahkan wajah Satria agar menatapnya.

"Ini terakhir kali gue ngeliat kalian disini, ngerti!" Ucapnya lirih.

Satria mengangguk dengan cepat. Yoga juga melihat beberapa orang dikelompok itu yang masih sadar juga ikut mengangguk.

Yoga yang puas pun berdiri dan menepuk beberapa bagian jaket dan celananya yang terlihat kotor,

lalu pergi dari sana dengan santai seolah-olah tidak terjadi apa apa.

Saat sampai didepan gerbang, dia menyadari kalau dia sudah terlambat, karena gerbang yang sudah tertutup, dan dibalik gerbang itu dia melihat temannya. Riki, sedang mengambil kertas hukuman dari Dira, dia tidak ingin dihukum oleh gadis itu, maka dia memutari sekolah ini untuk mencari celah lain untuk masuk kedalam tanpa harus dihukum karena terlambat.

*******

Hari ini, sekolahnya berjalan lancar. Seperti biasa, Melakukan hal bodoh bersama temannya. Dan yang paling penting adalah dia berhasil menggoda Dira untuk kesekian kalinya, Membuat gadis itu kesal sepanjang waktu, dan semua itu membuatnya merasa bersemangat.

Beya memeluknya saat dia membuka pintu rumah. Adik kecilnya yang manis dan super lucu itu tertawa riang saat dia mengangkat tubuh kecil itu ke udara. Dua bulan lagi, Beya akan masuk sekolah dasar. Kebersamaan mereka sekarang akan banyak berkurang, jadi Yoga tak ingin melepas momen-momen indah bersama adiknya yang imut ini.

"Abang, lapar," kata Beya.

Yoga tersenyum karena dia sudah tahu, dan itu alasan kenapa dia minta izin untuk pulang sekolah agak cepat. "Utututu cayangg, adek abang belum makan ya?"

"Nggak mau makan kalo nggak ama Abang."

Yoga yang mendengar nada manja adiknya tersenyum, Mencium pipi gadis mungil itu lalu mengangkat Beya tinggi-tinggi, membuat gadis kecil dan mungil itu tertawa-tawa gembira.

Melihat Beya bisa tertawa seperti ini membuat Yoga merasa sangat puas sebagai seorang Abang.

"Abang ganti baju dulu ya, baru kita makan," Ucap Yoga sembari menurunkan Beya dari gendongannya.

"Janji?" kata Beya tidak lupa memberikan Puppy eyesnya yang dipelajarinya dari mamanya.

"Iyah abang Janjii," Jawab Yoga sambil mengangguk.

Beya bersorak gembira dan berlari masuk ke dalam rumah, berteriak-teriak pada pembantu untuk segera menyiapkan makanan karena dia sudah sangat lapar.

Yoga tersenyum melihat tingkah lucu adiknya itu. Dia pun segera menaiki tangga, menuju kamarnya di lantai dua, tempat dia bisa menghabiskan waktunya dengan tenang.

Sewaktu Yoga hendak menutup pintu kamarnya, dia mendengar suara Dira dari seberang. Mungkin gadis itu baru pulang.

Sejujurnya Yoga juga sedikit terkejut saat pertama kali melihat Dira ada di sekolah yang didaftarkan oleh bawahan Papanya.

Apalagi penampilan gadis itu benar-benar di luar dugaan Yoga. Dia bahkan sempat tak mengenali gadis itu andai saja Dira tidak memelototinya karena kejadian pertama kali mereka bertemu.

Penampilan Dira di sekolah dan di rumah benar-benar berbeda. Jika di sekolah gadis itu mengikat rambut halusnya dengan ikatan kepang bergaya gadis desa, menggunakan kacamata besar yang melorot di hidungnya. Kaos kaki hitamnya panjang, dan roknya yang sebatas lutut. Berbeda sekali dengan dirumah yang memakai celana pendek, kaos kebesaran dan ikatan rambut yang menurut Yoga, itu terlihat sangat seksi.

Jika penampilannya dirumahnya seperti itu, bagaimana mungkin Yoga tidak tertarik dengan gadis itu?

Kasihan gadis itu, dia benar-benar tak tahu bagaimana menangani seorang cowok dengan baik. Apalagi yang seperti dirinya. hehe

Tapi, setelah dipikir-pikir lagi, wajar saja jika mereka satu sekolah karena sekolah itu adalah satu-satunya sekolah yang dekat dengan rumah mereka. Dan Papanya tahu betul bahwa Yoga terkadang lebih suka berjalan kaki ke sekolah, jadi mustahil bagi Papanya untuk memilih sekolah yang jauh.

Setelah menaruh tas sekolahnya di meja belajarnya, Yoga melepas seragam sekolahnya dan mengambil kaos dari lemari yang ada dekat dengan pintu kamar mandi.

Begitu kepalanya melewati kaos, dia mendengar pekikan kaget.

Yoga tersenyum kecil begitu mengenali suara itu.

"Mengintip kaya biasa ya, Dira?" Tanya Yoga Jahil setelah dia berhasil memakai kaosnya.

Dira berdiri di belakang jendela—tepat di seberang sana—yang terbuka lebar. Wajah gadis itu merah padam. Tapi kata-kata yang keluar sangat lancar.

"Enak saja!" katanya kesal. "Ini kamar gue! Dan gue lagi buka jendela waktu lu lewat"

Yoga tersenyum geli, menikmati kegugupan Dira, Dia tak habis pikir dalam tiga bulan ini Dira telah beberapa kali melihatnya shirtless tapi ntah kenapa tingkah gadis itu tetap sama seperti saat mereka pertama kali bertemu, dan itu kenapa setiap hari Yoga sangat ingin menggoda gadis itu.

"Dih, basi, kemaren pas gue habis mandi juga alesannya gitu kan?" Celetuk Yoga santai,

Yoga berjalan mendekati jendela dan semakin melihat dengan jelas wajah Dira yang memerah. Yoga memerhatikan kalau Dira sedikit gemetaran di tempatnya berada.

Kasihan. Gadis itu benar-benar tak berpengalaman menangani cowok.

"Jujur aja Dir, lu suka kan liat gue telanjang,"

Goda yoga.

Entah kenapa Yoga amat sangat suka menggoda gadis itu.

Sekarang wajahnya yang memerah sudah menyebar sampai ke telinganya. Gadis itu berusaha untuk tetap mempertahankan tatapannya ke arah Yoga.

Bukan suka lagi tapi suka banget! 😭

"Heh, yang bener aja!" Protes gadis itu. "Gue ga bakalan sudi liat tubuh telanjang lu walaupun lu itu spesies cowok terakhir di alam semesta ini!!." Racaunya.

Tawa Yoga nyaris meledak. Baru kali ini dia melihat pembohong jujur! Karena Yoga tau kalau Dira itu suka melihat tubuhnya.

"Lah, tapi lu kan barusan liat tubuh gue, trus gimana dong?," kata Yoga lagi. "Udah berkali-kali loh, Mungkin udah ga keitung lagi kali ya!" "Eh jangan-jangan pagi tadi lu ngintipin gue juga ya?" Tanyanya lagi.

Tangan gadis itu mengepal jengkel.

"Duh kalo kaya gini gimana dong, gue dah terzolimi kalo gini ceritanya, aduh gimana nih, lu harus tanggung jawab loh Dir" tambahnya lagi yang sukses membuat gadis itu kesal.

"Lu itu nyebelin banget tau ngga!" Teriak Dira kesal yang membuat Yoga tidak bisa menahan tawanya lagi.

Dengan ganas, tangan Dira mengambil benda terdekat dari jangkauan. Pengalaman telah mengajarkan Yoga apa yang harus dilakukan.

Begitu Dira mengambil sesuatu dan melemparnya dengan ganas padanya, Yoga menghindar dengan cepat.

"Duh, Rusak tuh," kata Yoga saat benda malang itu menghantam lantai kamarnya dan hancur berantakan, menyemburkan per, besi, skrup dan patahan jarum. "Kayaknya lu harus beli jam baru deh Dir, Tuh liat, gabisa dibagusin lagi itu." Lanjutnya.

Dira mengambil benda lain lagi.

"Kalo jadi lu gue ga bakal lemparin itu, beneran," kata Yoga serius.

Tapi Dira tidak mendengarkan dan melempar benda itu sekuat tenaga ke arahnya. Bukannya menghindar, Yoga malah menangkap benda itu.

"Njir, dapet action figure bang Levi nih" kata Yoga sembari menunjukan ke Dira benda apa yang telah dilemparnya itu.

Bukannya berhenti.

Gadis itu malah semakin ganas karena tak berhasil. Dia mengambil buku terdekat dan mengangkatnya tinggi-tinggi—

"Kalo lu lempar lagi, gue bakal kasih tau ke semua murid sekolah kita, kalo lu itu suka ngintipin gue" Ancam yoga.

—dan berhenti di udara.

Yoga tersenyum begitu Dira seketika membatu karena ancamannya.

Heh, ternyata mudah sekali mengancam cewek, yang katanya, paling ganas di sekolahan. Buktinya, si Ketua Koordinator Kedisplinan Siswa tak dapat membalasnya hanya karena ancaman darinya.

Ini menggelikan sekali!

Seseorang yang bahkan berani membentak sekelompok Gangster malah takut ancaman darinya.

Tanpa sadar Yoga tertawa melihat wajah kesal Dira.

"Ngapain lu ketawa?" gadis itu tampak tersinggung.

"Ekspresi wajah lu itu loh, Lucu! Lucu banget ,Benar-benar lucu njir, ga ada lawan dah!" Goda yoga.

Dira merasa tersinggung dan juga sangat kesal. Gadis itu tampak seperti gunung merapi yang siap meletus. Hanya saja, tidak meletus sekarang. Mungkin nanti. Eh, gak tau lah kapan.

"Awas lu besok cunguk!" gerutu Dira dan berbalik dengan langkah yang dihentakan dengan kuat.

Ancaman Dira justu membuat Yoga semakin terbahak.

"Gue tungguin ya besok!" Balas Yoga yang tidak ditanggapi oleh gadis itu.

Setelah keseruan itu Yoga pun turun, untuk memenuhi janjinya, untuk makan bersama adiknya.

"Abang lama banget, Beya udah lapar" Rajuk Beya saat melihat abangnya yang baru turun dari kamarnya. "Maaf ya adek abang yang cantik, imut, baik hati, rajin menabung dan tidak sombong" Bujuknya

"Abang dimaafin kan" tambahnya lagi kali ini dengan memasang tekhnik mamanya ,yaitu puppy eyes.

Beya yang melihat tingkah abangnya pun terkikik.

Para pembantu yang melihat itu merasa bahagia hanya dengan melihat Kebersamaan Tuan muda dan Nona muda mereka.

Karena kasih sayang yang mereka berikan satu sama lain terasa sangat hangat.

Para pekerja di rumah ini tidak pernah melihat Keluarga ini bertengkar. Keluarga ini selalu terlihat bahagia. Bahkan mereka tidak pernah memarahi para pekerja di rumah ini, dan itulah yang membuat keluarga ini memiliki bawahan yang semuanya itu sangat loyal kepada keluarga ini.

Para pekerja dirumah ini tidak memiliki keluarga, mereka semua adalah yatim piatu akibat perang atau sengaja dibuang oleh Keluarga mereka sendiri.

Setelah di terima di Keluarga Levantein,

mereka dilatih segala hal, mulai dari pekerjaan rumahan sampai pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk membunuh.

mereka adalah pembunuh paling mematikan didunia.

Keluarga Levantein tidak pernah mengekang mereka,bahkan Keluarga Levantein memberi mereka gaji. Dan mengatakan kepada mereka jika mereka ingin berhenti maka keluarga Levantein akan membuatkan Mereka identitas baru yang itu artinya adalah kebebasan.

Hal yang sangat mahal di UNDERWORLD.

Beberapa dari mereka ada yang berhenti, bukan karena tak loyal, tapi karena sudah capek dengan dunia yang kelam ini atau ingin memiliki kehidupan yang normal.

Kebanyakan dari mereka memilih tinggal. karena bagi mereka ini adalah keluarga yang menerima mereka, saat takdir menghantam mereka dengan sangat keras.

Ini adalah keluarga yang membutuhkan mereka.

keluarga yang tidak akan membuang mereka,

Bahkan beberapa dari mereka siap jika harus mengorbankan nyawa mereka untuk melindungi keluarga ini.

"Abang, Adek mau itu, ama itu, trus itu, umm itu juga" Pinta beya kepada abangnya.

Yoga tertawa mendengar permintaan adiknya itu. "Banyak banget, kalo ga habis gimana?" Tanya yoga.

"Ishh, kan Abang janji makan bareng ama Adek" Rengek beya yang membuat Yoga segera mencium pipi anak perempuan mungil itu.

"Jadi maksud adek kalo makan bareng itu, satu piring berdua ya?" Tanya yoga sambil mengelus kepala adiknya.

"Iyah nanti biar Adek nyuapin Abang!, Terus Abang juga nyuapin Adek!" Jawab Beya manja yang membuat Yoga tertawa

para pekerja yang melihat Kebersamaan keduanya juga ikut tertawa.

Yoga tersenyum melihat tingkah Adiknya. Dia ingin menjaga tawa Adiknya itu untuk selamanya, dia berjanji untuk melindungi adiknya, apapun harganya.

Dia tidak bisa melupakan tragedi yang dulu menimpa adiknya.

Dia tidak akan lagi membiarkan siapapun melukai keluarganya, dia tidak akan segan untuk menghancurkan semua yang ingin mencelakai keluarganya. Menyakiti yang dia sayangi. Itu sama artinya dengan ingin bertemu sang pencipta dengan lebih cepat. Kalaupun dia harus mengulangi hal mengerikan yang dia lakukan dulu. Yoga akan dengan senang hati melakukannya.

Karena baginya apa yang dia sayangi itu bernilai melebihi dunia ini sendiri.

____________________________

Lopyu all from Zhaa.

avataravatar
Next chapter