6 Penyesalan Selalu Terlambat

Satu minggu kemudian.

"Kembali lagi di StarNews, kali ini ada berita yang cukup menggemparkan Indonesia dari salah satu couple goals ya."

"Dulu... Dulu couple goals, tapi kalo sekarang, yaaa."

"Ya sangat disayangkan ya sebenernya, meskipun masih belum ada klarifikasi tapi sudah banyak foto yang beredar yang menunjukkan kedekatan Chelsea dengan pria lain. Nah foto-foto ini yang menjadi pemicu kegemparan publik apalagi seperti kita tahu fans nya Chelsea ini banyak ya seluruh Indonesia."

"Belum selesai masalah foto, ada kabar bahwa suami dari Chelsea ini sudah mengajukan gugatan cerai."

"Untuk selengkapnya, kita simak yang berikut ini."

Kayla mendengarkan kedua presenter acara gosip tersebut membawakan berita tentang Chelsea dan Adyatma dari televisi di rumahnya. Meskipun memakan waktu dua minggu, akhirnya Adyatma mulai bergerak sesuai dengan harapannya.

Sudah empat hari sejak foto-foto kemesraan Chelsea dan Bryan beredar di publik. Awalnya foto-foto itu muncul di salah satu akun gosip terbesar di Instagram hingga akhirnya beritanya diangkat di televisi nasional. Sampai saat ini, Chelsea belum ada kabar beritanya tetapi Kayla bisa memastikan bahwa kabar Adyatma mengajukan gugatan cerai adalah benar.

Kayla beranjak dari sofa tempat ia menonton televisi dan menuju ke kamarnya. Ia membuka lemari dan mengambil sebuah buku dari dalam laci lemari. Buku itu terlihat seperti sebuah jurnal biasa. Ia membuka buku tersebut dan di halaman depan terdapat tulisan sahabatnya.

"BUKU INI PUNYA RAIN,

Yang nemuin hubungi nomor ini ya 0813-63xx-xxx

Terima kasih."

Rain selalu menulis kalimat itu di setiap jurnal yang ia punya. Kayla selalu bilang kalaupun jurnalnya hilang, enggak akan ada orang yang mau repot-repot balikin, tapi perkataannya itu tidak membuat Rain mengubah apa yang ia tulis. Kayla tersenyum mengingat memori masa lalu bersama dengan Rain.

Jurnal yang saat ini Kayla pegang adalah jurnal terakhir yang Rain tulis. Ia masih menyimpan semua jurnal milik Rain di sebuah kardus di ruang penyimpanan rumahnya, tetapi jurnal yang satu ini, entah mengapa ia simpan di dalam kamarnya. Mungkin karena ini adalah jurnal terakhir milik sahabatnya itu atau mungkin karena ia merasa orang lain harus tau apa yang Rain tulis di sana.

Mungkin Rain akan marah kalau tau Kayla membaca jurnal-jurnal miliknya, atau dia baru akan benar-benar kesal setelah Kayla melakukan apa yang ada di pikirannya yaitu memberikan jurnal-jurnal ini pada orang itu. Tapi Kayla tetap akan melakukannya karena ia mau orang itu tau apa saja pengorbanan Rain selama ini untuk dia.

Kayla mengambil handphonenya dari meja kecil di samping kasur dan memencet nama pria yang sudah lama tidak ia hubungi.

"Halo."

Pria di ujung telpon menjawab panggilannya, tapi Kayla hanya diam. Meskipun begitu, pria itu tidak menutup telponnya.

"Bagus?"

"Iya, Kay."

"Adyatma di mana?"

Kayla memutuskan untuk tidak basa-basi dan langsung mengutarakan tujuannya menelpon pria itu. Setelah mendapatkan jawaban dari Bagus, ia pun beranjak pergi.

***

Saat tiba, Kayla bisa langsung melihat Adyatma duduk di samping pusara sahabatnya. Setelah mendekat, ia bisa lihat kalau makam Rain dipenuhi dengan buket bunga. Entah ada banyak orang yang datang berkunjung atau pria ini datang setiap hari sambil membawa buket bunga-bunga itu karena tidak mungkin dia membawa semua buket bunga itu dalam satu kunjungan kan?

Setelah lebih dekat, ia bisa melihat setidaknya ada 12 buket dan beberapa terlihat sudah lama, itu artinya buket-buket itu tidak dibawa bersamaan.

"Rain sukanya bunga matahari."

Entah kenapa Kayla mengatakan hal itu, tapi ucapannya berhasil membuat Adyatma menoleh ke arahnya. Adyatma tersenyum kecil karena akhirnya ia tahu bunga favorit Rain.

"Bunga matahari ya, gue enggak tau."

"Ya iyalah lo gak tau. Lo kan gak tau apa-apa tentang Rain."

Adyatma hanya menundukkan wajahnya tanpa membalas ucapan Kayla. Kayla menyodorkan sebuah buku ke arah Adyatma. Adyatma mengambil buku itu sambil terlihat bingung.

"Yang lain udah gue kasih ke Bagus."

Setelah mengatakan hal itu, Kayla langsung pergi meninggalkan Adyatma yang kebingungan. Adyatma membuka buku tersebut dan ia pun tahu bahwa buku itu adalah milik Rain.

***

{20 Januari 20xx

Hari ini aku buatin kue ulang tahun buat Kak Ady. Aku tau kalau dia enggak suka manis tapi aku sengaja buat kuenya semanis mungkin buat ngerjain dia. Bohong ding! Aku buat kuenya semanis mungkin karena aku tau Kak Ady enggak akan pulang buat makan kuenya, jadi kuenya buat aku sendiri deh hehehe.

Selamat ulang tahun yang ke 28 ya Kak Ady. Mungkin aku enggak akan bisa ngucapin langsung sama kayak tahun-tahun sebelumnya dan mungkin ini akan jadi ulang tahun terakhir kakak saat masih jadi suami aku karena sebentar lagi kita bakal cerai kan ya, hehe.

Jangan nangis Rain! Kata ayah cinta enggak harus memiliki, sekarang udah waktunya kamu buat ngikhlasin Kak Ady. Kamu pasti bisa. Semangat!}

Adyatma terlemas membaca jurnal-jurnal milik Rain. Dari setiap tulisannya, ia bisa merasakan betapa wanita itu mencintainya. Dan dengan bodohnya ia sama sekali tidak menyadari semua itu. Seandainya dia menoleh sekali saja, dia seharusnya bisa melihat gadis itu menunggunya. Seandainya ia tidak mencintai wanita yang salah, dia mungkin akan hidup bahagia dengan Rain. Seandainya saja ia memiliki kesempatan untuk bisa mencintai Rain, ia ingin sekali melakukannya dengan setulus hatinya.

Tapi semua itu percuma, Rain sudah pergi meninggalkannya dan ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi untuknya. Penyesalan yang ia rasakan saat ini sudah terlalu terlambat dan tidak ada artinya.

"Maaf…. Maafin aku, Rain."

Di tengah malam itu, suara isak tangis Adyatma terdengar dari ruang kerja di rumahnya. Tangisannya sangat memilukan, namun sayang, dia yang dulu akan dengan senang hati meminjamkan bahunya sebagai sandaran pria itu sudah tidak lagi bersamanya.

***

"Pokoknya sekarang kamu diam aja dulu, nanti kalau suasananya udah tenang baru kita klarifikasi."

"Tenang? Adyatma gugat cerai gue dan lo suruh gue tenang!"

Chelsea berteriak ke manajernya, meluapkan kekesalan karena dirinya tidak bisa ke mana-mana sejak foto-foto sialan itu beredar.

"Foto-foto itu, lo udah tau siapa yang ambil?"

Melihat manajernya menggelengkan kepala hanya menambahkan kekesalan Chelsea. Chelsea yang sedari tadi menggenggam handphone nya akhirnya memutuskan untuk menelpon seseorang. Tidak menunggu lama, telponnya diangkat.

"Halo?"

"Lo lagi tidur Bry?! Bisa-bisanya lo tidur sekarang!"

"Terus lo mau gue ngapain?"

"Selesaian masalah ini lah."

Permintaan Chelsea hanya membuat Bryan kesal, sejak foto-foto mereka beredar, yang dilakukan Chelsea hanya marah-marah saja dan Bryan sudah mencapai batas kesabarannya.

"Oke."

"Oke?"

"Iya Chels, lagi gue usahain ya."

"Usaha? Gue mau hasil Bryan!"

Mendengar tidak ada jawaban, Chelsea akhirnya sadar bahwa telponnya sudah dimatikan. Ia lalu berteriak kesal sambil melempar handphone nya ke dinding dan beranjak pergi entah ke mana. Manajernya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Chelsea lah yang memulai semua masalah ini tapi dia malah meminta orang lain untuk menyelesaikan masalahnya. Meskipun ia adalah manajernya, ia tahu kalau yang Chelsea alami saat ini adalah hasil dari perbuatannya sendiri. Ia hanya berharap semua masalah ini akan segera selesai dan ia tidak perlu mendapat cacian dari Chelsea lagi.

avataravatar
Next chapter