10 Malam Minggu bersama keluarga

Sandra terbangun pagi ini saat mendengar Aya memanggil-manggil namanya. Anak kecil itu sudah ada disamping tempat tidurnya, memeluk boneka beruang kesayangannya, tangan kanannya sibuk menepuk pelan lengan Sandra.

"Tante Sandraaa...ayo bangun, " sahut Aya berulang kali, sesekali diselingi batuk.

Sandra membuka matanya, menatap Aya sambil tersenyum, ia teringat kejadian semalam saat Aya mengamuk, pagi ini dia terlihat seperti Aya yang biasanya, bagaimana bisa anak ini berubah hanya dalam semalam, pikirnya heran.

"Aya udah bangun?" tanya Sandra, ia duduk ditepi tempat tidur, lalu mengangkat Aya keatas pangkuannya. Sandra meraba kening Aya, panasnya sudah turun, tapi jelas Aya masih batuk. Sandra melihat jam tangannya, sudah hampir jam setengah 8 pagi, beruntung hari ini hari sabtu, dia tidak harus bekerja, kalau tidak dia pasti sudah sangat terlambat.

"Udah, ibu suruh kita untuk sarapan, "

"Yuk, Tante cuci muka dulu ya, Aya tunggu sini sebentar ya.." ujar Sandra, ia menurunkan Aya dari pangkuannya dan turun dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka terlebih dulu. Keluar dari kamar mandi, Sandra tidak menemukan Aya dikamarnya, Sandra berjalan keluar kamar, ia mendapat Clara yang sedang sibuk memasak di dapur, dan Aya sendiri ternyata sudah duduk manis di pangkuan Keenan, mereka berdua sedang menonton acara kartun anak kesayangan Aya, sekali-kali Keenan membantu mengelap ingus di hidung Aya saat Aya bersin, kalau saja orang lain yang melihat, pasti menyangka mereka berdua adalah pasangan ayah dan anak.

Sandra mendekati Clara. Sambil berdehem, ia memulai pembicaraan dengan Clara.

"Pulang jam berapa kak? mau aku bantu apa?" tanya Sandra.

"Eh, udah bangun? aku selesai pas subuh, tadi belanja ke pasar sebentar. Kamu duduk bareng Keenan aja sana, ini udah mau beres kok, " jawab Clara, Clara cukup terkejut Sandra mau memulai pembicaraan dengannya, biasanya gadis ini pasti sudah pamit pulang duluan. Sandra menggeleng.

"Aku bantu siapin meja makan ya," ujar Sandra, ia mengambil beberapa piring dan mulai mengatur meja makan.

"Aya rewel ya tadi malam?" sambung Clara.

"Lumayan, tapi untung ada Keenan sih," jawab Sandra.

Clara tertawa sedikit.

"Aya itu nurut sekali sama Keenan, Sena aja kalah lo San, " cerita Clara.

"Dulu waktu di Jerman, kalau Aya sakit, pasti Sena minta Keenan datang, kebetulan apartemen kami satu gedung San, untungnya Keenan itu baik sekali, dia dekat dengan Aya," sambung Clara lagi. Sandra melihat lelah di wajah Clara, dia pasti belum tidur semalaman.

"Kak, abis sarapan, Kakak istirahat aja ya, biar aku ajak Aya main-main ke taman depan sebentar, boleh kan? " ujar Sandra.

Pikiran Sandra kembali ke cerita Keenan tadi malam, mungkin sudah saatnya dia mengakhiri sikap buruknya pada kakak iparnya ini. Clara melihat Sandra dengan tatapan bingung,

"Gadis ini kenapa ya?" pikirnya dalam hati, tapi Clara hanya mengangguk, dia memang merasa lelah sekali, rasanya meninggalkan Aya untuk bermain satu atau dua jam tidak masalah.

Selesai menata piring di meja makan. Sandra bergabung dengan Keenan dan Aya di ruang tv, mereka menonton dengan tenang, Sandra sesekali mencuri pandang ke arah Keenan, lelaki ini berbeda sekali bila disamping Aya, dia berubah menjadi sosok yang hangat, penuh senyum dan ceria, berbeda dengan kesehariannya.

Tidak sampai 10 menit, Clara sudah menyelesaikan masakannya dan memanggil mereka bertiga untuk makan.

"Aya, nanti selesai makan, Aya mandi, terus main di taman depan sama Tante Sandra, mau?" tanya Sandra.

"Mau, sudah boleh Bu?" tanya Aya kepada Clara. Clara membalas dengan anggukan,

"Tapi cuman dua jam paling lama ya, kalau mataharinya terlalu panas, Aya langsung masuk ke rumah lagi ya" jawab Clara cepat, "setelahnya Aya harus langsung minum obat dan tidur ya, kalau ga nanti malam demam lagi," sambung Clara cepat.

"Oke ibu. " Aya tersenyum menggemaskan. Matanya bersinar ceria.

"Sama om Keenan ya Tante?" tanya Aya.

Sandra menyipitkan matanya, mengapa anak kecil ini dekat sekali ya dengan Keenan, pikirnya, masih sedikit bingung. Tapi Sandra tetap mengangguk setuju.

Selesai makan, Aya menolak untuk mandi, dia ingin langsung bermain di taman. Apartemen ini memiliki taman bermain anak yang cukup luas, didalamnya tersedia berbagai permainan anak-anak, mulai dari ayunan, jungkat-jungkit, perosotan dan permainan lain. Hari ini beruntung matahari sedikit mendung, apartemen ini tidak terlalu banyak anak kecilnya, sehingga Aya bisa dengan puas bermain. Awalnya anak itu mencoba menaiki perosotan, Keenan dengan sigap mengawal Aya kesana-kesini. Setelah bosan, Aya pindah ke ayunan berputar, Aya mengajak Sandra untuk ikut naik, Keenan membantu mendorong ayunan itu. Baru beberapa putaran Sandra sudah merasa nyeri kepala, dan kepalanya terasa ikut berputar. Akhirnya dia memutuskan untuk turun dan duduk di bangku dekat perosotan, sementara Keenan dan Aya masih semangat bermain. Baru 10 menit, Aya sudah berjalan menuju bangku tempat Sandra duduk, dan mengajak Sandra main jungkat-jungkit.

"Ayo, tantee," ajak Aya, menarik tangan Sandra dengan semangat.

Sandra bersama Aya, naik ke jungkat-jungkit, sementara Keenan menaiki ujung satunya. Dengan kaki panjangnya, tentunya Keenan terpaksa harus menekuk dan sedikit berjongkok, Sandra tertawa melihat tingkah Keenan. Aya hanya bertahan sekitar 10 menit bermain jungkat - jungkit, dia sudah merasa bosan dan pindah ke Sandra sudah menyerah mengikuti Aya bermain. Dia duduk di ayunan sambil memperhatikan Aya yang saat ini bermain di taman pasir didekatnya. Keenan ikut duduk disamping Sandra. Wajahnya tidak kalah letih bila dibandingkan dengan wajah Sandra. Sandra tertawa terbahak-bahak melihatnya. Keenan menatapnya dengan heran.

"Kenapa San?" tanya Keenan.

"enggak apa bang.. Lucu aja liat kita berdua, kecapean, " jawab Sandra masih tertawa.

"Oh, aku kita ada apa," balas Keenan, dia ikut tertawa.

"Aku pikir abang ga bisa ketawa lo, " ujar Sandra tiba-tiba, dia senang melihat sisi lain Keenan hari ini, rasanya Keenan seperti kembali ke Keenan jaman SMA dulu yang dia kenal.

"Kamu juga, aku udah lama ga liat kamu ketawa," balas Keenan.

"Masa??" tanya Sandra, bingung.

Keenan mengangguk.

"Dulu kamu ceria sekali, tapi pertama kali bertemu di rumah Sena beberapa minggu lalu, kamu pendiam sekali, berbeda dengan dulu," jelas Keenan.

Sandra terdiam. Memang jaman dulu Sandra cukup periang, tapi semenjak hidupnya hanya dipenuhi dengan kerja dan kerja, pikirannya hanya fokus untuk membayar hutang-hutang ayahnya, belum lagi kebenciannya pada Sena dan Clara selama ini, membuat hari-harinya jauh dari ceria. Sandra bersyukur Keenan menceritakan mengenai kehamilan Clara dan saat Aya lahir, membuat Sandra menyesali keputusannya untuk membenci Sena dan Clara.

Sandra tersenyum.

"Iya ya, rasanya semakin tua kita semakin sulit untuk bersenang-senang ya bang, " balas Sandra.

"Anyway bang Keenan, terimakasih ya," sambung Sandra.

"Buat?" tanya Keenan.

"Buat segalanya di hari ini dan kemarin, " jawab Sandra sambil tersenyum. Keenan masih terbingung-bingung dengan kata-kata Sandra.

Sandra melihat jam tangannya, tidak terasa sudah hampir 1 jam Aya bermain, matahari sudah mulai terik, rasanya Aya harus berhenti bermain. Sandra berjalan ke arah Aya, membujuknya untuk kembali ke rumah. Beruntung hari ini Aya manis sekali, dia menuruti Sandra dengan mudah. Sampai di apartemen, Sandra melihat Clara masih tidur dikamarnya, Sandra tidak mau membangunkan kakak iparnya itu, dia membantu Aya untuk mandi, mengganti baju Aya, lalu setelah selesai, Sandra membujuk Aya untuk minum obat dan tidur. Clara baru terbangun saat Sandra sudah berhasil membuat Aya tidur lelap dikamarnya. Sementara Keenan sendiri sudah terlelap di sofa ruang TV, tapi Sandra tidak menyadarinya.

"Sandra, aku ketiduran lama ya," ujar Clara. Dia mengintip kamar Aya, disana anak kecil itu sudah tertidur pulas sambil memeluk boneka beruangnya.

"Enggak ko, cuman sekitar 3 jam an kak," jawab Sandra sambil tersenyum.

"Makan siang dulu sebelum pulang ya, " pinta Clara.

"Mau mandi dulu? nanti pakai baju aku aja San, sebentar aku ambilkan ya," sambung Clara lagi.

Sandra mengangguk sambil tersenyum. Clara benar-benar takjub dengan tingkah laku adik iparnya yang berubah 180° tidak seperti Sandra sebelumnya.

Sandra bergegas mandi dan berganti baju dengan baju yang sudah disiapkan Clara. Selesai mandi, dia baru menyadari Keenan yang sudah tertidur pulas didepan TV. Dipandanginya wajah Keenan, tidak disangka dia bisa menghabiskan lebih dari setengah hari bersama Keenan tanpa khawatir mati kebosanan seperti biasanya. Hari ini Keenan menyenangkan sekali, tidak seperti patung berjalan, tanpa emosi dan dingin, dia justru hangat dan berhasil membuat Sandra merasa nyaman didekatnya. Tiba-tiba Sandra teringat Evan, ah..dia khawatir kalau-kalau Evan menghubungi handphonenya. Sandra kembali ke kamar tamu untuk mencari handphonenya. Tapi sayangnya, tidak ada satu pesan pun dari Evan, sudahlah, mungkin Evan terlalu lelah kemarin, pikir Sandra, sedikit kecewa. Sandra teringat malam minggu sebelumnya bersama Evan.

Dia kembali ke dapur membantu Clara menyiapkan makan siang. Sebelumnya, dengan ragu, Sandra membangunkan Keenan. Keenan pasti lelah sekali, tidak terlalu nyaman untuk tidur didepan sofa, apalagi panjang sofa ini tidak sesuai dengan tinggi badan Keenan sehingga posisinya sedikit meringkuk.

"Bang, ayo masuk ke kamar, jangan tidur disini," ujar Sandra, pelan sambil menepuk lengan Keenan. Keenan membuka matanya, dengan masih mengantuk Keenan menuruti perintah Sandra, dia berjalan masuk ke dalam kamar tamu. Sandra kembali ke dapur dan membantu Clara menyiapkan makan siang mereka, baru kali ini dia mengetahui betapa menyenangkannya menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, yang hampir 5 tahun terakhir hampir ia lupakan.

Clara melirik Sandra yang tersenyum, ini sungguh pemandangan langka, dia masih tidak mengerti mengapa Sandra bisa berubah sekali, Sena harus tahu kejadian ini, dia pasti senang, pikirnya. Walaupun masih terasa canggung, Clara merasa ini merupakan awal yang baik untuk hubungannya bersama Sandra.

avataravatar
Next chapter