11 Keenan

Setelah makan siang, Sandra izin pamit pulang, sebenarnya dia ingin lebih lama tinggal, tapi dia khawatir Evan akan datang tiba-tiba ke rumah seperti minggu lalu. Clara ingin Sandra menginap di rumahnya semalam lagi, apalagi Evan besok pagi sudah akan pulang dari luar kota, tapi dia tidak ingin memaksa Sandra, dia merasa hubungannya dengan Sandra saat ini sudah sedikit lebih baik, takut sikap Sandra kembali lagi semula bila dia memaksa. Keenan juga minta izin ikut pulang, dia menawarkan untuk mengantarkan Sandra pulang, Sandra mengiyakan saja.

Keenan kembali menjadi patung hidup sepanjang perjalanan pulang. Dia tetap diam, kalau saja Sandra tidak memulai percakapan mungkin didalam mobil ini sepi sekali.

Sandra berdehem sebelum memulai percakapan.

"ehem.. aku baru tahu abang bisa ngasuh anak kecil," ujar Sandra.

"Oh..iya.. aku kan punya adik yang jauh usianya," balas Keenan.

"Oh ya??" Sandra sedikit kaget, sebab setahu dia Keenan adalah anak tunggal, tidak menyangka kalau Keenan ternyata punya seorang adik.

"Iya, ibu aku menikah lagi, setahun kami pindah ke Jerman adikku lahir, jarak usia kami sekitar 19 tahun, saat kuliah aku sudah terbiasa mengurus bayi, makanya lumayan terbiasa," jelas Keenan.

"Berarti usia nya sekarang.." Sandra menghitung didalam pikirannya, seingat dia Keenan berbeda 2 tahun darinya, seusia dengan Sena.

"18 tahun, dia baru lulus SMA," jawab Keenan.

"Hhhmmm.." Sandra mengangguk.

"Dia ada di Singapura sekarang, aku ingin dia kuliah disini sebenarnya, tapi kayanya ibu ga setuju, dia bahkan ga terlalu fasih bahasa Indonesia, " cerita Keenan lagi.

"Adik abang laki-laki apa perempuan?" tanya Sandra lagi, berusaha memperpanjang pembicaraan, dia melihat wajah Keenan selalu berubah ceria bila berbicara mengenai keluarganya.

"Perempuan, namanya Kiandra, " jelas Keenan.

"Hmmm..namanya cantik ya," sambung Sandra. Keenan membalas dengan senyuman, laki-laki ini benar-benar terlihat tampan bila tersenyum, mungkin karena dia jarang tersenyum, pikir Sandra, sedikit terbuai dengan senyuman manis Keenan. Dia langsung menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan diri, langsung mengingat Evan,

"Aah..dimana laki-laki itu ya, sepanjang hari tidak ada kabar darinya" ujar Sandra dalam hati sambil memandangi handphonenya, tidak ada pesan yang masuk.

"Lagi menunggu telepon seseorang, San?" tanya Keenan, dia tidak sengaja melihat Sandra mengamati handphonenya beberapa kali.

"Oh, enggak," balas Sandra cepat.

Tidak terasa mereka sudah masuk ke perumahan tempat mereka berdua tinggal. Keenan langsung meluncur menuju rumah Sandra.

"Makasih ya bang, " pamit Sandra sebelum membuka pintu.

"Emm..San," panggil Keenan, menghentikan Sandra membuka pintu.

"Kenapa bang?" tanya Sandra, menatap wajah Keenan.

"Emmm.. kalau besok ada waktu?" tanya Keenan, sedikit ragu

"Besok?" tanya Sandra, sebenarnya dia agak geli menjawab pertanyaan seperti ini, karena setiap akhir pekan Sandra selalu punya waktu.

"Iya, besok malam" jelas Keenan lagi.

"Emmm, ada apa memangnya?" tanya Sandra.

"Aku punya dua tiket VIP acara teater musikal, kebetulan aku kenal dengan sutradaranya, kamu bisa temani? kalau tidak sibuk," tanya Keenan.

"Teater musikal?" tanya Sandra, dia senang sekali, karena belum pernah sama sekali menonton teater sebelumnya.

"Iya, kamu..sukaa?" tanya Keenan lagi.

Sandra mengangguk. "Suka sekali, tapi aku belum pernah menonton pertunjukan seperti itu," jelasnya.

"Ini musikalnya cerita "Sound of Music", gimana San?" tanya Keenan lagi. Dia berpikir, siapa yang akan menolak "Sound of Music" yang terkenal itu.

"Wow, aku suka banget itu bang! " sahut Sandra sedikit keras karena gembira.

"Oh ya?" Keenan jelas merasa senang dengan reaksi Sandra.

Sandra mengangguk beberapa kali dengan cepat.

"Acaranya jam 7, aku jeput jam 6, gimana?" tanya Keenan.

"Oke, " sahut Sandra dengan cepat, ia mengangkat jempol kanannya sambil mengedipkan mata. Sandra masuk ke rumahnya. Ia menatap handphonenya, masih tidak ada satu pesan pun dari Evan. Ya sudahlah, pikirnya. Hari ini Sandra lelah sekali, sehingga dalam sekejap dia sudah tertidur pulas dikamarnya.

------------------------------------

Minggu pagi, Sandra terbangun pagi sekali, dia langsung memakai pakaian olah raga dan sepatu larinya, bersiap untuk berjogging. Sambil berjalan menuju jogging track, Sandra melewati rumah Keenan, melirik sedikit kesana, sepertinya Keenan belum bangun, pikirnya. Sandra berjalan dengan cepat saat melewati rumah Sandra, khawatir bertemu dengan Keenan.

"Yah, Keenan memang cukup menyenangkan kemarin, tapi jogging bersama Keenan jatuhnya bukan jogging, malah jadi lari sprint, " ujarnya dalam hati.

Sandra berjalan dengan santai setelah lewati kompleks perumahannya dan sampai di tempat olah raga. Disana masih sedikit orang yang mulai berlari dan berolah raga. Tidak ada Keenan disana, Sandra cukup tenang, jogingnya pagi ini akan aman, pikirnya. Sandra mulai pemanasan. Setelah selesai, ia mulai berlari kecil. Baru satu putaran, ada yang menepuk punggung Sandra dari belakang. Sandra menoleh, menemukan pria tinggi memakai kaus olahraga tanpa lengan, yang dengan jelas memamerkan otot lengannya, dan celana pendek. Beberapa anak gadis didekat sana tampak berbisik, Sandra yakin mereka pasti sedang mengagumi fisik Keenan saat ini. Yah, siapa yang tidak, bahkan Sandra pun cukup terpukau melihat tampilan Keenan pagi ini. Tapi dia sedikit menyesal bertemu Keenan, lari paginya pasti akan berat hari ini.

"Hai bang," sapa Sandra.

"Hai, aku pikir kamu enggak lari hari ini," tanyanya

"Iya, aku semalem bablas ketiduran sampe pagi, daripada pagi ga jelas, mending olah raga," ujar Sandra.

"Sama, " jawab Keenan. Sandra tersenyum.

"Ngurus anak kayanya belum cocok ya bang buat kita, " candanya sambil tertawa, mencoba mencairkan suasana. Keenan ikut tertawa. Sandra merasa mereka berdua senasib, sama-sama tidak punya pekerjaan di setiap akhir minggu.

"Udah berapa putaran?" tanya Keenan.

"Baru sekali bang," jawab Sandra.

"Oh..ayuk lari," ajak Keenan.

Ajaib sekali, kali ini Keenan berlari dengan tenang, sambil sesekali mengobrol dengan Sandra. Dia mengikuti kecepatan lari Sandra. Tidak terasa hampir satu jam mereka berlari, Sandra duduk di bangku untuk beristirahat, sementara Keenan pergi untuk membeli air minum.

"Ini San," Keenan menyerahkan sebotol air minum dingin kepada Sandra.

"Makasih bang," jawab Sandra, mengambil botol minuman dari tangan Keenan.

"Nanti malam jadi?" tanya Keenan, mencoba memastikan.

Sandra mengangguk, "iya, jam 6, kan?" ujarnya.

Keenan mengangguk.

"Kamu mau sarapan?" tanya Keenan tiba-tiba.

Sandra langsung mengiyakan, perutnya sudah berbunyi-bunyi sejak tadi.

"Hmmm..abang mau masakin lagi?" tanya Sandra. Dia ingat sarapan terakhir yang dibuat Keenan lumayan enak.

"Boleh, " jawab Keenan.

"Oke, yuk bang," sahut Sandra cepat. Keenan sedikit terkejut melihat Sandra bersemangat, biasanya gadis ini sedikit menghindarinya. Sementara dilain pihak Sandra sebenarnya sudah kelaparan, makanya dia terburu-buru ingin segera pergi.

Keenan dengan segera mulai memasak sarapan pagi untuk mereka berdua setelah sampai ke rumah, sedangkan Sandra menyibukkan diri mencuci piring, karena tumpukan piring kotor di rumah Keenan terlihat cukup banyak, dan menyiapkan meja makan, setelah selesai Sandra duduk manis di meja makan yang terletak didekat dapur, memperhatikan Keenan yang sedang asyik di dapur, sesekali dia melihat ke handphonenya, Evan seakan lenyap tanpa kabar dua hari ini, sedih sekali rasanya. Keenan diam-diam memperhatikan Sandra, dia tahu sepertinya Sandra sedang menunggu pesan dari seseorang, matanya mendadak menjadi suram, dia tidak suka rasa itu, entah mengapa. Keenan segera menyelesaikan masakannya, dan menghidangkan ke meja makan. Melihat Keenan sudah selesai, Sandra langsung membantunya. Mereka pun sarapan sambil mengobrol sesekali, kebanyakkan membahas tentang teater musikal yang nanti malam akan mereka tonton.

Pulang dari rumah Keenan, Sandra hanya duduk-duduk santai di ruang tv, dia mulai bersiap-siap ketika menyadari hari sudah sore. Karena ini teater musikal, Sandra memutuskan untuk berdandan sedikit, apalagi Keenan sempat menyebutkan beberapa pejabat di kota ini akan datang. Dia memilih sebuah terusan berwarna biru dongker dengan aksen bordir berwarna hitam dibagian bawah, terusan cantik itu ia padukan dengan sebuah sendal sepatu open toe bertumit sedang, berwarna hitam, senada dengan warna terusannya. Pukul 6 tepat, Keenan sudah hadir di depan rumah Sandra. Sandra keluar dari rumah, dia terlihat cantik sekali hari ini. Keenan jelas terpesona melihat penampilan Sandra, tapi dia pandai sekali menyembunyikan ekspresinya. Lelaki itu hanya tersenyum sekilas sambil menyapa Sandra. Keenan sendiri tidak kalah memukau malam hari ini, dia memakai jas berwarna biru dongker dipadukan dengan kemeja berwarna putih, dan celana yang senada dengan jasnya, rambutnya disisir rapih, tampan sekali. Warna jas Keenan serasi sekali dengan terusan yang Sandra pakai, seakan-akan mereka sepasang kekasih yang sudah janjian memakai warna yang sama sebelumnya. Sandra jelas-jelas menatap wajah Keenan lebih lama, mengagumi penampilannya.

"Abang ganteng banget hari ini, " puji Sandra sambil tetap mengamati Keenan. Yang dipuji hanya tersenyum kaku, tidak menyangka Sandra akan mengatakan hal seperti ini.

"Kamu juga," balas Keenan.

"Aku ganteng?" Sandra mengernyitkan dahinya, pura-pura bingung, dibalas dengan tawa dari Keenan.

"Kamu cantik, masa ganteng sih" jawab Keenan, masih tertawa.

Sandra tertawa geli melihat balasan Keenan, ternyata patung hidup ini bisa diajak bercanda, gumamnya dalam hati.

Mereka sampai disebuah gedung, yang terletak di pusat kota, yang memang biasa untuk dijadikan gedung pertunjukan, beberapa konser atau acara musik indoor sering dilakukan di gedung ini. Sandra sedikit gugup saat melihat beberapa tamu yang hadir, ada beberapa pejabat yang sering dia lihat di televisi, beberapa artis ibu kota ternama juga ikut hadir disana. Sandra mengenali beberapa guru besar di universitas saat dia sekolah dulu, beberapa kali Sandra menyapa serta menyalami para guru besar yang dia kenali.

"Untung saja hari ini aku tampil rapi, ternyata tamu yang hadir banyak orang penting" pikir Sandra dalam hati. Dia melirik Keenan, seingatnya Keenan bilang kalau ia mendapat tiket VIP karena mengenali sutradaranya, Sandra jadi penasaran, jangan-jangan sutradaranya terkenal, pikirnya lagi.

"Yuk, " ajak Keenan, mereka masuk kedalam gedung pertunjukan, ada beberapa anak tangga yang harus dilalui, Keenan menyadari kalau Sandra menggunakan sepatu bertumit cukup tinggi, dengan sedikit ragu Keenan mengulurkan tangan kanannya kearah Sandra, "Boleh aku bantu?" tanya Keenan, meminta izin kepada Sandra untuk memegang tangan Sandra. Sandra tersenyum, ia menyambut tangan Keenan, sepatu tumit ini cukup sulit digunakkan untuk menaiki anak tangga. Keenan sungguh berbeda dengan Evan, pikir Sandra. Dalam keadaan seperti ini Sandra yakin Evan sudah menggenggam tangannya sedari tadi tanpa perlu meminta izin kepada Sandra.

Teater musikal itu dimulai tepat waktu pukul 7, Sandra dan Keenan duduk di kursi VIP, mereka berdekatan dengan beberapa orang penting. Drama musikal itu berjalan dengan menarik, Sandra benar-benar menikmatinya. Sound of music adalah salah satu film favoritnya. Ceritanya sendiri sudah sering dibuat menjadi drama musikal. Dulu saat SMA, Sandra pernah mempunyai keinginan untuk mengunjungi benua Eropa, dan salah satu daftar tempat yang ingin ia kunjungi adalah tempat syuting film Sound of Music ini di Salzburg, Austria. Beberapa kali Sandra menonton acara jalan-jalan di televisi saat mengunjungi tempat itu, indah sekali menurutnya. Tapi, sepertinya mimpinya itu masih lama terwujud. Setidaknya mungkin setelah dia melunasi hutang-hutangnya nanti. Sandra menikmati pertunjukkan itu, dia terpukau dengan nyanyian pemain cilik yang berperan sebagai anak-anak Von Trapp, mungkin usia mereka hanya beberapa tahun lebih tua dari Aya, pikirnya. Pemain utamanya yang berperan sebagai Maria juga begitu memukau, parasnya cantik dan suaranya bagus sekali, Sandra tidak mengenalinya, mungkin dia artis musikal yang cukup terkenal, entahlah, pikir Sandra. Musikal itu berlangsung selama 2 jam. Seusai pertunjukkan selesai, para pemain diperkenalkan satu per satu, lalu seseorang naik ke panggung, dia adalah Aira Yusuf, sutradara yang namanya cukup sering dibicarakan di dunia perfilman akhir-akhir ini. Aira saat ini memang lebih berkonsentrasi di dunia teater. Sandra beberapa kali melihatnya di acara penghargaan televisi, seingat Sandra, sutradara ini memang mengambil kuliah mengenai perfilman di luar negeri, ternyata ini temannya Keenan, mungkin dia kuliah di tempat yang sama dengan Keenan, pikir Sandra. Dia tidak menyangka teman Keenan adalah seorang wanita cantik.

Setelah acara selesai, Keenan mengajak Sandra menuju tempat pemain berkumpul, penonton VIP memiliki akses untuk menemui para pemain di belakang panggung seusai pertunjukkan. Keenan berjalan menuju Aira. Aira sendiri langsung membuka matanya lebar dan tersenyum gembira saat melihat kehadiran Keenan. Keenan menatap Aira dengan tatapan penuh kerinduan.

"Bang Keenan!!" serunya, berjalan cepat kearah Keenan, tanpa ragu-ragu memeluk Keenan dengan erat. Sandra agak terkejut melihat kejadian didepan matanya. Dia mundur perlahan, seolah memberi mereka ruang. Keenan sendiri menyambut pelukan Aira, dengan hangat, seakan mereka berdua sudah lama berpisah dan saling merindukan. Adegan itu jelas membuat Sandra menebak-nebak hubungan sebenarnya antara mereka berdua. Setelah mereka berdua selesai berpelukan, Keenan mengeluarkan sekuntum mawar berwarna pink dari balik jasnya, menyerahkannya kepada Aira. Sandra tidak menyangka Keenan membawa bunga sedari tadi. Laki-laki ini bisa bertingkah romantis ternyata.

"Wow, terimakasih.. cantik sekali..aku ga menyangka abang bakal datang, " ujarnya sambil mengambil mawar tersebut dari tangan Keenan.

"Enggak mungkin aku ga datang, " balas Keenan sambil tersenyum lebar.

Sandra tertegun melihat ekspresi Keenan, sudah jelas ada hubungan spesial antara kedua orang ini, pikir Sandra. Dia jadi merasa salah tingkah. Sandra berniat untuk berjalan sedikit menjauhkan diri lagi dari Keenan dan Aira, belum mulai Sandra melangkah, Aira sudah melihat dirinya, dan tersenyum ke arah Sandra.

"Abang datang sama siapa?" tanya Aira, menatap Sandra.

"Oh, ini, teman kerja aku, Sandra, kenalkan..ini Aira. Sandra ini adiknya Sena, Ra, suami kak Clara, " jelas Keenan, mengenalkan mereka berdua.

"Ohya, ya ampun..dunia ternyata sempit ya, " ujar Aira, dia mengulurkan tangannya untuk menyalam Sandra, Sandra terpaksa maju beberapa langkah menyambut tangan Aira, tapi sepertinya Aira tidak hanya ingin menyalam Sandra, tapi Aira langsung menarik tangan Sandra untuk memeluk Sandra dengan erat.

"Oke, sepertinya wanita ini memang senang memeluk orang," pikir Sandra, sedikit linglung dengan Aira.

"Saya Aira..Terimakasih sudah datang ya, " ucapnya setelah memeluk Sandra.

"Emm..Sandra..iya..sama-sama, selamat ya, bagus sekali tadi .." balas Sandra, masih linglung.

"Kak Clara selalu cerita, bang Sena punya saudara perempuan seorang dokter mata yang cantik sekali, enggak nyangka ya, kita ketemu disini, " ujar Aira, menatap Sandra sambil tetap tersenyum.

"Anyway, kalian sudah makan malam?" tanya Aira. Sandra sebenarnya ingin mengatakan sudah, tapi Keenan terlanjur menggelengkan kepalanya, setuju menerima ajakan Aira.

"Bagus kalau gitu, aku traktir makan malam ya, sebenarnya hari ini ada makan malam dengan para pemain, tapi para pemain anak-anak sudah lelah dan mengantuk, lagipula mereka harus sekolah besok, jadi terpaksa kita batalkan, " ajak Aira.

"Oke, kamu mau makan apa?" tanya Keenan.

"Akuu..kangen sekali makanan Indonesia, apa aja," jawab Aira.

Mereka bertiga akhirnya pergi menuju sebuah restoran yang menyediakan berbagai makanan Indonesia. Aira baru kembali syuting dari luar negeri seminggu yang lalu, dia bercerita kalau para pemain terpaksa latihan tanpa kehadirannya karena dia punya dua pekerjaan disatu waktu. Aira sibuk bercerita mengenai kegiatannya akhir-akhir ini, ceritanya selalu disambut dengan tawa atau senyuman cerah dari Keenan. Mereka asyik bercerita dan seperti lupa ada Sandra disana. Sandra sendiri lebih memilih sibuk dengan makanannya, sedikit kesal, dia merasa tidak seharusnya dia berada disini. Sandra seperti menjadi orang ketiga diantara sejoli ini. Karena terlalu bosan, Sandra mengambil handphone di tasnya, ah ada satu pesan dari Evan. Wajah muramnya langsung berseri-seri. Dibukanya pesan itu.

"Sandra, maafkan ya.. Aku pulang ke rumah orang tuaku, ada beberapa barang yang harus diambil, besok aku jeput ya, miss u" tulis Evan.

Ah ..akhirnya besok dia bertemu dengan Evan!

Sandra membalas cepat pesan itu dengan singkat, "Ok Van" , tulis Sandra. Sebenarnya dia ingin menambahkan tulisan, "miss u too", tapi sepertinya terlalu norak, pikirnya. Sandra hanya menambahkan "aku tunggu ya," dan cepat-cepat mengirim pesan singkat itu.

"San, " panggil Keenan, seolah menyadari Sandra sedang sibuk sendiri dengan handphonenya.

"Ya?" tanya Sandra.

"Aduh..keasyikan ngobrol, kita bang..Maaf ya Sandra, kita terlalu senang bisa ketemu, sudah lama aku ga dengar kabar dari bang Keenan," ujar Aira, seakan baru tersadar ada Sandra disana.

Sandra tersenyum mendengar penjelasan Aira.

"Ga apa, " jawabnya singkat. Satu pesan dari Evan seakan sudah menghapus kekesalan

"Ayo kita pulang, " ajak Keenan.

Akhirnya mereka berpamitan dengan Aira. Sandra tidak terlalu banyak bicara sepanjang perjalanan, pikirannya sibuk dengan Evan.

"San, " panggil Keenan, dia merasa tidak enak hati karena mengacuhkan Sandra selama makan malam tadi.

"Ya?" balas Sandra.

"Maaf ya, aku sama Aira lama ga ketemu, jadi begitu, keasyikan ngobrol" ujar Keenan, mencoba meminta maaf.

"Oh..ga apa, " balas Sandra pendek.

Sandra mendengus pelan, Keenan mudah sekali berbicara saat bersama Aira, sedangkan bila mereka hanya berdua, rasanya selalu Sandra yang memulai pembicaraan, pikir Sandra sedikit kesal. Keenan melirik Sandra, jelas Sandra terlihat kesal, gumamnya dalam hati. Dia sedikit menyesal karena mengabaikan Sandra tadi.

Sesampainya di rumah Sandra langsung pamit kepada Keenan dan turun dari mobil lalu segera masuk ke dalam rumah. Sebenarnya Keenan ingin menawarkan untuk pergi bersama esok pagi, terlebih lagi dia menyadari kalau mobil Sandra sedang tidak ada. Tapi Keenan tidak punya kesempatan untuk mengutarakan niatnya itu, Sandra sudah melesat turun dan masuk ke dalam rumahnya dengan cepat.

"Hmm..sepertinya dia sedikit marah," pikir Keenan. Dia pun berniat untuk menjemput Sandra besok pagi, hitung-hitung sebagai permintaan maaf untuk kejadian hari ini, pikir Keenan.

Keesokkan paginya, Evan sudah menunggu didepan rumah Sandra pagi-pagi sekali. Sebelumnya dia sudah mengirim pesan kepada Sandra, sehingga tidak sampai satu menit Evan menunggu, Sandra sudah keluar dari rumah, menyapa Evan dengan riang. Dua hari tidak bertemu Evan jelas membuat Sandra rindu akan tingkah konyol Evan.

"Hai," sapa Sandra.

"Hmmm..dua hari enggak ketemu, kamu tambah cantik ya, gimana kalau sebulan ga ketemu ya," balas Evan, memulai kata-kata gombalnya, lengkap dengan senyuman menggoda khas Evan.

Sandra tertawa. Dia tidak membalas, hanya memukul pelan lengan Evan. Evan langsung membukakan pintu mobil sambil berkata dengan sopan.

"Silakan masuk, "

"Terimakasih," balas Sandra.

Mobil Evan melaju menuju rumah sakit, saat melewati rumah Keenan, Evan melihat Keenan sedang berdiri disamping mobilnya, setelah memanaskan mobilnya dan memasukkan beberapa barang kedalam mobil, rupanya Keenan sedang bersiap-siap menuju rumah Sandra. Evan menepi dan menyapa Keenan, sambil melambaikan tangannya.

"Pagi bang!" sapa Evan setengah berteriak.

Keenan berbalik, sedikit tersenyum, lalu dia menemukan Sandra didalam mobil Evan, wajahnya berubah dingin.

"Pagi, " sapanya.

Sandra mengangguk ramah ke arah Keenan.

"Kami duluan ya Bang, " pamit Evan.

Keenan hanya mengangguk. Wajahnya jelas terlihat kesal. Sandra juga menangkap sedikit kekesalan di wajah Keenan, tapi dia tidak terlalu memperdulikannya.

avataravatar
Next chapter