8 Galau

Hari minggu ini Sandra menyibukkan diri dengan membereskan lemari pakaiannya, pujian Evan kemarin masih terngiang-ngiang dibenaknya. Dia berniat untuk mengubah penampilannya. Sandra mengamati lemari pakaiannya, hampir semuanya punya warna yang suram, coklat, hitam, biru dongker, benar-benar membosankan setelah dilihat dengan jelas. Baju-baju ini membuat Sandra menjadi beberapa tahun lebih tua dari usia Sandra sebenarnya. Sandra memandangi dirinya didepan cermin, wajah Sandra memang tidak jelek, cantik sekali juga tidak, dahulu semasa kuliah, Sandra pernah menjadi salah satu gadis cantik di angkatannya, tapi usianya yang sudah 35 tahun memang tidak bisa bohong, sudah ada beberapa bintik hitam dan kerutan di wajahnya, bersyukur Sandra punya wajah yang cukup mulus walaupun dia jarang merawatnya, ditambah dengan hidungnya yang mancung dan mata bulat dilengkapi bulu mata dan alis tebal dan hitam, sudah cukup membuat Sandra masih terlihat menarik. Sandra melihat buku tabungannya, cukup banyak isi tabungannya, sepertinya dia memang harus mulai merawat diri dan sedikit bersenang-senang, dua tahun hidup berhemat rasanya sudah cukup, pikirnya. Selama 5 tahun sebelumnya Sandra lebih sering merawat ayahnya, kalaupun dia punya waktu luang, lebih dipergunakan untuk bekerja di klinik temannya untuk mencari uang, atau belajar, sedangkan setelah lulus, Sandra lebih senang menenggelamkan diri dengan bekerja, beruntung selama dua tahun ia punya penghasilan yang cukup besar, sehingga hutang-hutang ayahnya bisa terlunasi sedikit demi sedikit.

Setelah membereskan lemari, Sandra pergi ke sebuah mall di pusat kota. Sandra membeli beberapa baju dengan warna yang cerah dan beberapa sepatu dengan model cantik, dia pun mengunjungi bagian kosmetik untuk membeli beberapa krim perawatan wajah dan terakhir Sandra pergi ke salon untuk merapihkan rambutnya. Senin ini dia harus terlihat lebih menarik, pikirnya.

Keesokkan harinya Sandra memakai terusan berwarna biru muda yang baru dia temukan setelah membongkar lemari pakaiannya, dia menggerai rambutnya, memakai sedikit make up. Evan menjeputnya jam 6.30 pagi karena ada operasi pagi ini. Sebenarnya Sandra tidak ada kegiatan pagi ini, tapi dijeput Evan dipagi hari jelas menyenangkan dan menunggu di rumah sakit beberapa jam sebelum memulai pelayanan medis sepertinya tidak masalah.

"Selamat pagi, " sapa Evan sambil tersenyum lebar, seperti biasa.

"Pagi, " balas Sandra, membalas dengan senyuman tak kalah lebar.

"Cantik banget hari ini, " goda Evan.

"Jadi kemarin-kemarin jelek ya?" tanya Sandra pura-pura kesal. Evan tertawa.

"Kan aku bilang cantik banget, jadi yang kemarin-kemarin ya jelas cantik, " jawabnya.

"Gombal aja kamu," balas Sandra, tersipu.

"Loh, ko gombal, gombal itu kan bohong ya..aku mah jujur, mau aku tanyain pak satpam depan kompleks kamu ga, biar percaya?" goda Evan lagi.

"Dasar, udah ah becanda mulu, nanti telat kamu Van, ada operasi kan??"

"Oh ya, yuk,", Evan mulai melaju meninggalkan kompleks rumah Sandra.

Sesampainya di rumah sakit, Sandra pergi ke OK untuk menunggu polikliniknya buka. Dia menemui Lila di kamar ganti perempuan.

"Hai, La," sapa Sandra.

"San, cantik banget hari ini, pangling deh," Lila terlihat sedikit terkejut dengan penampilan Sandra.

"Ga ada apa-apa, lagi pengen aja," jawab Sandra, sambil duduk disebelah Lila.

"Penasaran gue,", Lila mengamati Sandra dengan seksama.

"Apaan sih, " Sandra mengelak. Dipukulnya pelan lengan Lila.

"San, sama Evan pacaran?" selidik Lila.

Sandra sedikit terkejut dengan pertanyaan Lila. Pacaran, dia juga bingung dengan hubungannya dengan Evan saat ini, lagipula dua minggu ini mereka sering bersama karena rasa bersalah Evan setelah menabrak Sandra. Sandra sendiri tidak mengerti mengapa Evan akhir-akhir ini berlaku manis kepadanya. Tapi yang pasti memang belum ada sama sekali Evan mengatakan mereka pacaran.

Sandra hanya menggeleng menjawab pertanyaan Lila.

"Memang kenapa La?" tanya Sandra bingung.

"Hati-hati aja, gue tahu bener Evan tuh jaman dulunya,"

"Maksudnya?" tanya Sandra lagi, semakin bingung.

"Iya Sandra, dia itu dulu sering tebar pesona ke semua perempuan..tapi terakhir malah aku denger mau tunangan, tapi ga tahu deh jadi apa enggak, makanya kaget liat kalian kemarin jalan berdua" jelas Lila.

Sandra terdiam mendengar penjelasan Sandra.

"Selama ini sih Evan ga ada bilang La, lagian kami juga cuman rekan biasa aja, kemarin dia nawarin buat anter jeput sama ajak makan karena kemarin dia nabrak aku, La. Tenang aja, Evan sendiri ga ada cerita dia punya pacar ataupun tunangan sih sejauh ini" jelas Sandra masih mengelak.

"Baguslah, takut aja, nanti kecewa, dia selalu baik sama semua perempuan, apalagi kamu cantik, masih single, baik bangetlah dia..Jangan mudah terbuai ya dengan kata-kata manis. Laki kaya Evan tuh San, cakep..dokter bedah, masih muda, keluarganya punya rumah sakit sebesar ini, ya masa iya dia ga punya pacar, laki mah La, jangankan punya pacar atau tunangan, yang jelas punya anak istri aja kalau bisa punya kesempatan pacaran lagi, pasti ga ada yang nolak lah.." jelas Lila.

Sandra mengangguk saja, pikirannya mulai terganggu dengan penjelasan Lila tadi. Semua yang dikatakan Lila memang benar. Lila memperhatikan sahabatnya ini yang terlihat melamun.

"Kenapa ga sama Keenan aja sih?" tanya Lila tiba-tiba.

"Keenan?" balas Sandra bingung.

"Iya, dia jelas masih single, temen abang Sena kan?"

"La, pernah ngobrol ga sama dia?" tanya Sandra.

Lila menggeleng, bingung.

"Kenapa emangnya?"

"Kaya ngobrol sama patung hidup La, dieeeem mulu, asli deh, " jelas Sandra sambil mengingat kejadian sabtu kemarin bersama Keenan.

"Masa sih? kayanya seru-seru aja, kalau ngobrol di OK,"

"Serius La, ", jelas Sandra sambil mengangguk, berusaha meyakinkan Lila.

Lila hanya mengangkat bahunya.

"Udah ah, gue operasi dulu ya," balas Lila sambil melambaikan tangannya sebelum keluar dari kamar ganti.

Sepanjang hari pikiran Sandra terus menerus memikirkan perkataan Lila. Sepertinya Sandra harus bertanya kepada Evan saat mereka makan siang bersama. Kalau ternyata Evan benar sudah punya tunangan atau pacar, Sandra rasanya harus menghentikan pertemuan mereka setiap hari, bisa jadi masalah nantinya. Lamunan Sandra berhenti saat mendengar seseorang mengetuk pintu, ternyata perawat OK mencari Sandra.

"Dok Sandra, ada konsulan intra operasi (¹) dari dokter Keenan, ada trauma di daerah mata kata dok Keenan, dok," jelasnya

"Oke, saya ganti baju dulu ya," jawab Sandra.

Sandra masuk ke kamar operasi setelah berganti baju. Keenan sedang sibuk disana, Sandra mengangguk kepada Keenan sebelum memeriksa pasien. Setelah memeriksa, Sandra memutuskan pasien tidak perlu tindakan operasi. Hanya perlu beberapa terapi saja. Sandra menjelaskan kepada Keenan mengenai pasiennya, sesuai dugaan, Keenan hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Sandra keluar dari kamar operasi untuk menuliskan jawaban konsulnya di status rekam medis pasien dan menemukan Evan sedang menulis laporan operasi di nurse station (²)

"Van, " sapa Sandra.

"Hei, ada operasi?" tanyanya heran.

Sandra menggeleng, "ada yang konsul intra operasi, " jawab Sandra. Sandra sebenarnya ingin bertanya apakah nanti mereka bisa makan siang bersama, tapi tiba-tiba Pak Andre, perawat kepala di OK, datang dengan berita yang cukup mengejutkan. Pak Andre baru mendapat berita kalau dr. Bram, salah satu dokter bedah di rumah sakit, terkena serangan jantung saat sedang menyetir, dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit jantung dekat RS Persada.

"Maaf dok, operasi pasien dr.Bram digantikan ke dokter bagaimana?" tanya Pak Andre kepada Evan.

"Ada berapa pak?" tanya Evan.

"Yang operasi elektif (³) ada dua dok, pasien sudah puasa semua dok, tadi dokter Bram sudah menitipkan ke dokter, karena hari ini jadwal dokter Lila sudah ada 4 dok, " jelas Pak Andre.

"Okelah," jawab Evan cepat.

Setelah Pak Andre pergi, Evan menatap Sandra.

"Sori ya, kayanya kita ga bisa makan siang bareng ya, " ujar Evan dengan lembut kepada Sandra.

"Ga apa," jawab Sandra cepat. Sepertinya pertanyaan Sandra harus disimpan saat dia bertemu nanti malam dengan Evan.

"Aku lanjut ya," pamit Evan. Sandra mengangguk.

Sandra pergi ke poliklinik setelah Evan pergi, dia sempat bertemu Keenan, mereka berdua hanya saling bertukar pandang saja.

Hari ini pasien tidak terlalu banyak, jam 11 pagi Sandra sudah membereskan semua pekerjaannya. Sebuah pesan masuk di handphonenya, pesan dari Lila.

"Sandra, mau ikutan jenguk dr.Bram? kalau mau kita tunggu di parkiran dekat poli ya, "

"Ok, " balas Sandra cepat dan bergegas menuju parkiran.

Sandra, Lila dan beberapa perawat yang bertugas di kamar operasi pergi ke rumah sakit jantung tempat dr. Bram dirawat, sebelumnya mereka membeli berbagai buah-buahan dan dikemas dalam sebuah keranjang, sayangnya dr. Bram baru saja selesai kateterisasi jantung (⁴) sehingga belum dapat dijenguk. Sandra dan Lila hanya meninggalkan Saat pulang Sandra mengirim pesan kepada Evan.

"Sudah makan?" tulis Sandra.

Evan baru membalas sekitar 15 menit kemudian. Evan menjawab singkat.

"Belum".

Sepertinya Evan benar-benar sibuk. Sandra akhirnya meminta Lila untuk menurunkan dia di mal dekat rumah sakit. Sandra membeli paket makan siang untuk Evan dan dirinya. Sandra membeli satu paket makan siang tambahan untuk satpam di kompleks rumahnya. Sandra juga membeli dua kotak donut untuk perawat-perawat di ruang operasi. Rasanya selama dua tahun bekerja dia belum pernah membelikan makanan apapun ke perawat ruang operasi.

Sandra masuk dengan riang ke ruangan operasi, setelah menaruh dua kotak donat ke nurse station, Sandra menuju kamar ganti pria, hanya ada Evan disana yang sedang berbaring di sofa menunggu operasi selanjutnya. Sandra mengetuk pintu pelan. Evan berjalan dengan rasa malas, wajahnya terlihat lelah, tapi senyumannya tetap mengembang saat menemukan Sandra dibalik pintu.

"Loh, aku pikir udah pulang kamu" ujar Evan.

Sandra menggeleng.

"Bawa ini, kan katanya belum makan," balas Sandra sambil mengangkat bungkusan plastik berisi makanan. Ucapan Sandra dibalas dengan senyuman oleh Evan.

"Tau aja aku laper banget, yuk masuk, ini udah sisa operasi aku doang, jadi ga ada siapa-siapa lagi, operasi selanjutnya masih 1 jam lagi," jelas Evan, mempersilakan Sandra untuk masuk kedalam.

Sandra mengeluarkan kotak makan siang untuk Evan dan untuk dirinya. Sandra terlalu senang bisa makan siang bersama Evan sehingga dia melupakan pertanyaan yang sebenarnya ingin ia tanyakan. Saat mulai makan, tiba-tiba pintu itu terbuka. Keenan tampak terkejut ketika mendapati Sandra ada disana. Sandra juga jadi salah tingkah, karena seharusnya dia tidak berada disini. Lain halnya dengan Evan, dengan santai Evan menyapa Keenan dan mengajak Keenan makan bersama. Ternyata Keenan baru selesai melakukan tindakan nefrostomi (5), Evan sepertinya tidak ingat kalau masih ada Keenan diruang tindakan.

"Hai bang, udah makan belum, yuk sini, makan bareng kita" sapa Evan.

"Belum makan sih, tapi ga apa," Keenan membalas tanpa ekspresi, seperti biasa.

"Bareng aja dok, ini ada satu lagi," lanjut Sandra, ia terpaksa menawarkan kotak makan yang awalnya ingin dia berikan kepada satpam kompleks, karena Keenan dengan jelas melihat satu kotak makanan yang masih terbungkus rapih didepan Sandra.

"Ah paling juga ditolak," pikir Sandra.

Entah ada angin apa tiba-tiba Keenan mau saja menerima tawaran mereka berdua, Sandra merasa sedikit menyesal dan juga kesal karena Keenan datang. Mereka bertiga akhirnya makan siang bersama, sambil mengobrol ringan, kebanyakan mereka bercerita mengenai dr. Bram yang sedang sakit, akhirnya Sandra ikut bercerita mengenai kondisi dr. Bram yang terakhir saat dia mengunjungi di rumah sakit, walaupun tidak diperbolehkan bertemu, tapi setidaknya keluarga dr. Bram mengatakan kalau kateterisasi jantungnya berhasil.

Selesai makan, Keenan pamit duluan, dan mengucapkan terimakasih kepada Sandra. Sandra hanya mengangguk, akhirnya Keenan pamit meninggalkan mereka berdua.

"Aku nanti bakalan cepat biar kita bisa makan malam," ujar Evan saat Keenan sudah keluar.

Sandra menjawab dengan gelengan, wajah Evan jelas terlihat lelah, apalagi semua pekerjaan dr. Bram harus dia kerjakan.

"Jangan, kamu terlalu capek nanti, mendingan nanti pulang langsung aja ya, lagi pula aku udah ga ada kerjaan lagi, tinggal pulang aja, masih bisa besok kan.." tolak Sandra.

"Beneran ga apa?" tanya Evan, ada nada kecewa disana.

Sandra mengangguk sambil tersenyum.

Sandra pamit pulang setelah membereskan sisa makan siang mereka. Dia menunggu taksi didepan lobi rumah sakit. Sudah 10 menit, sama sekali tidak ada taksi yang lewat, akhirnya Sandra membuka handphonenya untuk memesan taksi online. Tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam menghampiri Sandra. Kaca mobil terbuka, ternyata itu Keenan.

"Pulang?" tanyanya singkat. Sandra menjawab dengan anggukan.

"Yuk bareng," ajaknya.

Sandra mengiyakan, daripada terlalu lama menunggu taksi, lebih baik ikut Keenan, lagi pula rumah mereka masih satu kompleks, pikir Sandra. Sepanjang jalan, seperti biasa, Keenan tidak terlalu banyak berbicara, sementara Sandra harus memeras otak untuk mencari topik pembicaraan supaya Keenan tidak diam saja, Sandra hanya berharap hari ini jalanan tidak macet, karena bila macet dia akan lebih tersiksa. Beruntung mereka sampai hanya dalam waktu 30 menit saja, rumah Keenan lebih dulu mereka dapati.

"Aku turun sini aja dok, nanti tinggal jalan sedikit ke rumah, " pinta Sandra saat melihat rumah Keenan sudah dekat.

Keenan menggeleng.

"Rumah kamu tinggal dikit lagi, ga masalah, " tolaknya sambil tetap melajukan mobilnya. Sandra tidak ingin berdebat, jadi ia diam saja. Rumah mereka hanya berjarak sekitar 5 rumah, Sandra segera pamit saat sampai di depan rumahnya.

"Terimakasih dok," ucapnya sebelum turun.

"Sandra, " panggil Keenan, mencegah Sandra untuk langsung turun. Sandra berbalik menatap Keenan.

"Ya?"

"Kenapa panggil dok?" tanyanya.

"Oh iya, maaf kebiasaan..aku panggil "bang" aja?" tanya Sandra.

"Dulu kan kamu panggil bang juga," jelasnya datar, seolah menunjukkan sikap tidak senang karena Sandra selalu memanggilnya dengan dokter atau dok.

"Oke..bbaang Keenan, terimakasih tumpangannya" balas Sandra, ia pun langsung melompat turun dari mobil. Tumben laki-laki ini protes, pikir Sandra. Keenan melambaikan tangannya sebelum pergi. Sandra membalasnya sambil tersenyum kecil, merasa senang akhirnya dia tidak perlu berlama-lama dengan Keenan.

Malamnya, Evan menelpon, mengatakan bahwa ia sudah dijalan menuju rumah Sandra, dan sudah membawa pizza dan minuman soda. Mendengar itu Sandra langsung berganti baju, bersiap menyambut Evan.

"Kenapa ga langsung pulang?" tanya Sandra saat membukakan pintu.

"Males, aku ga suka makan sendirian,"

"Lagian aku belum puas ketemu kamu hari ini" sambungnya sambil berkedip.

Hati Sandra jelas bahagia mendengar kata-kata Evan..tapi otak Sandra seakan-akan memberi teguran untuk mengingat kata-kata Lila tadi pagi.

"Ayo masuk, nanti pizza nya dingin".

Sandra sudah menyiapkan alat makan di meja makan. Sandra sengaja membuka semua gorden jendela rumahnya, biar bagaimanapun dia hidup sendirian di rumah ini, dari pada membuat gosip tetangga sekitar dengan mengundang lelaki masuk ke dalam rumah, lebih baik Sandra menunjukkan langsung kalau mereka hanya makan malam.

Ditengah-tengah makan, akhirnya Sandra memberanikan diri untuk bertanya.

"Eehhmm..Van, kamu disini tinggal sendirian?" tanyanya mencoba memulai.

"Iya, kelurga aku di luar kota semua" jelasnya, Evan masih sibuk dengan pizzanya.

"Ooohh..keluarga kamu ga masalah kamu pergi-pergi selalu sama aku..atau.. paa..caar kamu barangkali?" tanya Sandra sedikit tergagap.

Evan berhenti makan. Dia menatap Sandra.

"Aku udah putus sama pacar aku, keluarga ku malah senang kalau aku ada teman ditempat baru," jelasnya, lalu kembali sibuk dengan pizzanya. Jawaban Evan jelas membuat Sandra merasa lega.

"Kok tumben kamu tanya kaya gitu? " lanjut Evan lagi.

"Enggak apa, hanya penasaran," jawab Sandra cepat, ia pun langsung sibuk menuangkan soda untuk mereka berdua.

Jawaban Evan membuat Sandra tidak lagi galau memikirkan perkataan Lila tadi pagi.

keterangan:

(¹)intra operasi: saat tindakan operasi sedang berlangsung

(2) nurse station : tempat dimana petugas medis melakukan penulisan rekam medis pasien.

(³)operasi elektif : sebuah tindakan operasi/bedah yang terjadwal dengan persiapan, dilakukan pada pasien dengan kondisi baik, bukan gawat darurat.

(⁴) kateterisasi jantung: tindakan medis untuk mendeteksi kondisi jantung, menggunakan selang yang dimasukkan kedalam pembuluh darah jantung, diarahkan menuju jantung

(5)nefrostomi : suatu tindakan medis pada saluran air kencing.

avataravatar
Next chapter