20 Hilang

Acara penyambutan itu berjalan lancar tanpa halangan apapun. Banyak sekali bangsawan dan menteri-menteri kerajaan yang hadir. Namun, sesaat setelah Leona turun dari mimbar ia tak melihat sosok Lea lagi.

Padahal Leona ingat dengan jelas, sebelum dirinya meninggalkan Lea dan naik ke atas mimbar. Ia melihat gadis itu tengah menikmati beberapa potong kue yang disediakan. Mereka bahkan sempat memakan kue donat bersama tadi. Tapi kemana Lea sekarang?

Leona sedikit gusar, tapi dia tak menunjukkan kegelisahannya itu di depan umum. Ya, dia tidak mau pangeran Felix, Lucas dan Duke Azril sampai terganggu. Setidaknya dia bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Bisa saja kan, badan Lea tidak enak jadi dia memilih meninggalkan acara lebih dulu.

"Mungkin, tuan Putri sudah lebih dulu kembali ke kediaman,"  pikir Leona.

Ia buru-buru meninggalkan ruang penyambutan dan hendak mengecek kediaman Lea. Namun, di depan pintu keluar Anastasia terlebih dulu menahan dirinya.

Gadis itu terduduk di sudut ruangan yang cukup sulit untuk dilihat karena terhalang tirai. Rambutnya tampak acak-acakan dan gaunnya terlihat kotor. Bahkan ada luka gores di kaki kanannya.

"Putri?!" panggil Leona.

Dia jadi menghampiri Anastasia yang masih terduduk sembari menangis sesenggukan di bawah lantai.

"Ada apa?" tanyanya sembari berjongkok.

Bukannya menjawab, Anastasia malah memeluknya erat dan menangis semakin jadi.

"A-ada beberapa pria yang menggangguku di luar tadi, l-lalu Lea, Lea ..." ucap

Anastasia terbata-bata seraya terisak.

Melihat kondisinya saja Leona sudah paham apa yang terjadi. Ia memeluk Anastasia sesaat, kemudian segera berlari keluar ruangan.

Anastasia hanya bisa menatap nanar kepergian Leona sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak. Gadis itu menghapus sisa air matanya tadi dengan punggung tangan, dan membenarkan tatanan rambutnya yang sengaja ia buat acak-acakan tadi.

"Ya, setidaknya luka gores ini tidak akan sia-sia." Anastasia tersenyum jahat.

Lantas secepat mungkin gadis itu menghilang dari tempat pertemuan.

Di lain sisi Leona bergegas menuju taman belakang dan mencari-cari Lea. Dia berteriak kencang, berharap Lea bisa mendengar suaranya. Kebetulan semua pengawal berjaga di area depan jadi di area belakang istana hanya ada beberapa pelayan wanita yang kebetulan lewat.

"Tuan Putri!" teriak Leona.

"Tuan Putri, anda di mana?" lanjutnya lagi.

Dirinya mencari Lea sesuai arahan Anastasia tadi. Walaupun hanya lewat tangan yang menunjuk ke arah taman belakang. Tapi Leona berharap jika Lea tidak bertemu dengan pria yang menggangu Anastasia.

Namun sesampainya di taman belakang, Leona tak juga menjumpai Lea.

"Sebenarnya anda di mana Putri?" ucap Leona kalut.

©©©

Di bawah pencahayaan yang minim Lea hanya bisa menangis sesenggukan. Kepalanya terasa pening dan berdenyut-denyut nyeri. Badannya juga terasa remuk dan sulit digerakkan.

Matanya terpejam erat, begitu susah untuk dibuka. Dia juga merasa jika tubuhnya terbaring di atas tumpukan jerami dalam posisi terikat.

Bau basah tanah bercampur aroma anyir darah meruak masuk ke dalam penciumannya. Membuat Lea yakin jika dirinya kini sedang di sekap di ruang bawah tanah.

Samar-samar Lea bisa mendengar suara orang sedang tertawa. Tawanya tak begitu keras, namun terdengar menggema karena ruangan ini begitu hening.

Entah mengapa, Lea langsung  berspekulasi jika suara itu milik Anastasia. Pasalnya tadi sebelum dirinya pingsan, ia sempat bertemu dengan Anastasia di balkon istana.

Lea melihat Anastasia hanya diam mematung sembari menatap hamparan tulip kuning. Wajahnya bertumpu pada kedua tangan dan senyumnya terukir misterius. Lalu saat Anastasia menoleh dan mendapati Lea ada di sana. Raut wajahnya berubah menggelap. Kemudian tanpa aba-aba,  Anastasia menjadi anarkis.

Dia menyerangnya, mendorong Lea sampai jatuh tersungkur di lantai. Kemudian menampar pipinya sampai bibirnya pecah. Terakhir yang Lea ingat, Anastasia memukul kepalanya keras hingga dia kehilangan kesadarannya.

"Kau sudah bangun?" tanya Anastasia.

Suaranya terdengar lebih berat dan sarat akan emosi. Dia bahkan repot-repot berjongkok di depan Lea untuk menjambak rambut gadis itu supaya kepala Lea terdongak menatap dirinya.

"K-kenapa?" tanya Lea susah. Bibirnya sungguh sakit untuk berbicara.

"Apanya yang kenapa, huh?" tanya Anastasia balik.

Dia menatap Lea sinis sekali. Bahkan tak mempedulikan suara rintihan Lea yang menahan kesakitan.

"K-enapa k-kau, lakukan i-ini p-adaku? Me-memang s-salahku a-apa?"

Anastasia mendecih. Kemudian semakin kencang menjambak rambut Lea. "Salahmu hanya satu, yaitu menjadi benalu dalam kehidupanku."

"Kau tahu, Felix terlalu sayang padamu sebagai kakak sampai tidak memperhatikan aku yang ada disekitarnya. Lalu sekarang, kau juga mau merebut Leon?!" Mata Anastasia melotot.

"Jangan mimpi! Karena Leon hanya untuk Anastasia," ucap Anastasia sembari berteriak.

Rasanya dia sudah kehilangan kendali dan ingin membinasakan Lea secepat mungkin. Namun, semua rencananya harus gagal saat telinganya mendengar suara derap langkah kaki yang mulai mendekat ke tempat ini.

Itu Leon. Anastasia bisa mendengar suara teriakan pria cantik itu memanggil-manggil nama Lea dari luar kurungan besi. Tapi, dikarenakan pencahayaan ruangan yang minim pasti Leon tak akan bisa menemukan dirinya dan Lea di sini.

"Ssttt, diam!" perintah Anastasia pada Lea.

Dia tidak ingin jika Leon melihat dirinya dalam keadaan seperti ini. Ya, setidaknya Anastasia harus punya citra baik dimata Leon.

Nyatanya dugaan Anastasia salah. Tepat di depan kurungan besi tempat mereka bersembunyi, terlihat siluet Azril berdiri. Ia langsung menatap nyalang ke arah Anastasia sembari menyebut namanya.

"Apa yang sedang kau lakukan adik?" ucap Azril marah.

©©©

"Anastasia, ini pelanggaran berat. Kenapa kau begitu ceroboh sih? Bagaimana jika pangeran Felix mencabut gelar bangsawan kita lalu menjatuhi hukuman mati? Apa kau mau kehidupanmu berakhir begitu saja, huh?" terang Azril panjang lebar.

Pria itu tidak habis pikir dengan sikap adiknya yang sudah kelewat batas. Pasalnya dia berurusan langsung dengan Putri Lea, adik dari Putra Mahkota negeri ini.

Bukankah itu sama saja dengan mencari mati?

Atau memang cinta sebuta itu hingga bisa membuat orang sampai kehilangan akal sehat.

"Maaf, kakak. T-tapi, aku sungguh menyukai Leon. Mungkin jika si benalu itu tidak ikut campur, aku akan mengabaikannya. Hanya saja, semalam dia me-"

"Cukup!" potong Azril.

"Aku rasa ini sudah tidak bisa dibenarkan, dan kau harus segera meminta maaf pada tuan putri Lea. Ingat tak ada penolakan," sambungnya.

Setelah mengatakan hal itu, Duke Azril segera pergi meninggalkan adiknya untuk bertemu dengan Felix. Ya, dia benar-benar malu dengan kelakuan Anastasia sekaligus ingin meminta maaf padanya.

Mungkin jika tadi Leon tak datang dan memberi tahu dirinya. Semua sudah terlambat. Untungnya Leon memberi tahu kelakuan Anastasia padanya dan merahasiakan hal ini dari Felix.

"Sepertinya aku juga harus berterima kasih pada Leon."

©©©

"Kau baik-baik saja, atau ada tulangmu yang patah?" tanya Leona pada Lea.

Gadis itu hampir terlambat datang, jika saja ia tak melihat Anastasia yang mengendap-endap mencurigakan ke arah ruang bawah tanah saat di kebun belakang istana.

Lea hanya tersenyum lemah sembari mengangguk. "Ya, aku baik. Hanya ada beberapa rasa sakit dan nyeri di bagian tubuh tertentu."

"Syukurlah kalau begitu. Maaf juga karena caraku ini membuatmu celaka tuan putri," ucap Leona.

Dia sungguh menyesal karena melibatkan Lea dalam hal ini. Mungkin jika dia tidak pernah menyamar sebagai lelaki, Anastasia tidak akan pernah jatuh hati lalu mencelakai Lea.

"Kau tak salah Ona, memang Anastasia orangnya begitu. Bisa dibilang dia tipe yang menghalalkan segala macam cara untuk memperoleh apa yang dia mau."

avataravatar
Next chapter