13 Darah Naga dan Keabadian

Perompak itu melanjutkan perjalanan sebelum matahari terbit. Menyusuri arah barat Cryos Forest sampai pada akhirnya sampai di padang Abys.

Abys sendiri adalah sebuah padang pasir yang begitu tandus. Tak ada makhluk yang bisa hidup di sana kecuali reptil berdarah dingin yang hampir punah, yaitu Naga Hitam.

"Ah, panas!" teriak si cungkring.

Berkali-kali terlihat ia menengguk sebotol air selama perjalanan tanpa mau berbagi satu tetespun pada Leona dan lelaki elf yang di seret di belakangnya.

Jujur, ingin sekali Leona menjitak atau meninju kepala si cungkring itu. Jelas-jelas ia tadi mendengar si botak menyuruhnya membagi sedikit air pada mereka berdua. Tapi, dia malah membuang-buang air untuk dirinya sendiri.

"Kau lihat si cungkring itu?" tunjuk Leona pada lelaki elf dengan dagunya.

Lelaki itu hanya mengangguk lemah.

"Lihat saja nanti, akan kugantung dia terbalik di atas pohon. Eum, atau melemparkan tubuhnya ke arah pasir hisap, menurutmu bagaimana?" tanya Leona dengan aura membunuhnya.

Lelaki elf itu hanya bisa tersenyum canggung. Dia masih belum berani menjawab semua ucapan Leona.

"Hey, kalian berdua." Leona dan lelaki elf itu melihat ke depan.

"Awas saja jika kalian berencana untuk kabur, akan ku habisi kalian saat itu juga!" ancam si cungkring.

Leona tersenyum remeh, belum tahu saja dia jika diam-diam Leona menyembunyikan belati kecil di bawah sepatu pantofelnya. Leona hanya menunggu situasi yang tepat untuk bisa kabur.

"Lihat, kita sudah sampai!" teriak si kepala botak dari depan.

Senyumnya merekah. Dengan penuh kegembiraan yang tumpah-ruah ia bergegas memasuki mulut gua yang hanya berjarak kurang dari 2 meter dari tempatnya berdiri.

Namun, si badan kekar langsung mencegahnya. Pria itu langsung memposisikan tubuhnya untuk menutupi mulut gua.

"Sabar bos, jangan gegabah!" cegahnya.

Pria botak itu memutar bola mata malas. "Kau mau mengoceh apa lagi, huh?"

"Kita tidak bisa masuk gua ini sembarangan dan membangunkan naga hitam. Memang sih, banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh dari darah, keringat, begitu juga sisiknya. Tapi, bos apa anda tahu jika sampai kita tersembur napasnya. Kita bisa hancur menjadi debu saat itu juga."

Pria botak itu hanya ber-oh ria tanpa menggubris ucapan bawahannya itu.

Leona yang mendengar penjelasan si kekar hanya tersenyum. Sebenarnya dia sudah mengamati si kekar dari awal pertemuan sampai sekarang. Ya, Leona merasa jika si kekar itu golongan orang pintar dan bisa di ajak berubah jika mendapat dorongan.

Lihat saja, sedari tadi si kekar sudah menjelaskan berbagai teori dan informasi yang ia punya. Tapi, si bodoh itu tidak mau mendengarkannya sama sekali.

"Aku tidak percaya ucapanmu!" ucap kepala botak.

Ia tetap saja melangkah masuk ke mulut gua dengan beberapa anak buahnya yang lain meninggalkan si kekar beserta Leona dan lelaki elf di luar.

Leona segera melangkah mendekati si kekar. Ia berusaha menepuk bahunya dengan tangan yang masih terikat.

"Kau berasal dari Frozen Sea?" tanya Leona, mata si kekar langsung membulat.

"Dari mana kau tahu hal itu?" tanyanya balik.

Bukannya menjawab Leona malah mengangkat kakinya lalu dengan sekali lempar belati itu sudah bisa membuka ikatan yang mengikat pergelangan tangannya. Pria kekar dan lelaki elf yang kebetulan menyaksikan hal itu hanya bisa terperangah tak percaya.

"K-kau? Jangan-jangan ...."

"Ssttt ..." Leona meletakkan jari telunjuknya tepat di depan mulut pria kekar itu.

"Bekerjasama denganku atau kau mati?"

Pria kekar itu hanya diam kebingungan dengan keringat yang mengucur deras membasahi pelipis. Tubuhnya saja yang besar, tapi kemampuannya minim.

"Aku sudah mengamati kalian diam-diam dan aku tahu kalian itu siapa. Bukankah kalian semua adalah orang-orang licik yang melakukan jual beli secara ilegal? Entah itu tumbuhan, mahkluk hidup ataupun benda-benda pusaka?!" jelas Leona telak, pria kekar itu semakin kalang-kabut.

"Ba-baik aku sebagai perwakilan bos besar mengaku. Jika kami semua telah melakukan kejahatan besar," katanya.

Leona tersenyum miring. Tebakannya benar, jika dia bisa diajak kompromi.

"Bagus, kalau begitu apa tujuan kalian ke sini sebenarnya? Tidak mungkinkan kalian tidak punya rencana besar dengan menangkap naga itu?" tanya Leona lagi.

"Sebenarnya kami ingin menangkap naga itu untuk mengambil darah dan keringatnya. Konon, jika kita mandi dengan darah naga kita bisa hidup abadi. Sedangkan jika kita mandi dengan keringatnya, kita bisa hidup sekali lagi jika sudah mati. Ah, aku lupa jika kita menjual sisik di bagian dekat ekornya kita bisa mendapatkan uang yang berlimpah," jawabnya panjang lebar.

Leona mengerti sekarang tujuan mereka. Selain ingin memusnahkan hewan langka itu rupanya mereka berniat buruk. Leona tidak bisa membiarkannya. Buru-buru ia masuk ke dalam gua sebelum mengikat si pria kekar itu di luar dan menyuruh si pria elf untuk menjaganya.

"Kau tetap di sini dan jaga dia, oke!" Pria elf itu mengangguk paham.

Di dalam gua, si botak dan anak buahnya mencari-cari sarang naga itu dengan menyusuri isi gua. Mereka semakin masuk ke dalam hingga menemukan setitik cahaya di depan.

Rupanya gua ini tembus ke sebuah air terjun yang letaknya di ujung dan berbatasan dengan sebuah dataran kecil. Dataran kecil itulah sarang naga. Tapi, saat kaki mereka hendak melangkah menuju ke tempat itu.

Tiba-tiba saja salah satu anak buah si botak terhempas ke arah dinding gua hingga muntah darah. Rupanya dia baru saja tersabet ekor naga hitam. Hewan itu tahu jika sarangnya tengah diusik oleh manusia-manusia berhati busuk.

"Bo-bos, naga! Naga bos!" teriak salah satu anggotanya yang lain.

Mereka berlari tak menentu arah hingga keadaan semakin kacau balau. Banyak sekali anak buahnya yang mati sampai lenyap jadi debu akibat terkena napas api sang naga.

Beruntungnya dia yang masih bisa menyelamatkan diri hingga bertemu dengan Leona. Untuk sesaat si botak terkejut melihat tangkapannya itu lepas, tapi ia langsung menyuruh Leona untuk membunuh naga itu dengan mengancamnya.

"Kau? Bagaimana bisa lolos! Tapi aku bisa memanfaatkanmu juga. Sekarang bunuh naga itu untukku!" perintahnya sembari berteriak seperti orang gila.

Tentu saja Leona tidak menggubris ucapannya. Dia justru menendang si botak sampai jatuh tersungkur.

"Itu untuk si elf yang tak berdosa!" kata Leona.

Bugh ...

"Itu karena kau telah menyeretku seperti budak tadi siang!" lanjutnya lagi.

Bugh ...

"Dan ini untuk semua dosa-dosamu!" sekali lagi Leona meninjunya hingga babak belur.

Belum sampai di situ, ketika si botak sudah lemah tak berdaya. Leona masih tersenyum miring melihat si botak.

"Kukira aku lupa sesuatu, bonus untukmu hari ini!" kata Leona tersenyum horor.

Bugh ...

Setelahnya si botak benar-benar kehilangan kesadarannya.

Leona berbalik hendak pergi keluar dari gua, tapi terdengar sayup-sayup suara seseorang memasuki batinnya.

"Dasar para manusia serakah! Akan kuhabisi kalian semua!" katanya, Leona langsung membalikkan tubuhnya ke belakang.

Tepat di depannya, naga hitam itu menatapnya nyalang. Matanya merah menyala dan dari mulutnya keluar napas api. Naga itu bersiap menyemburkan kobaran api pada Leona. Tapi, gadis itu lebih dulu menghadangnya dengan melebarkan kedua tangan. Membuat keduanya saling tatap.

"Aku tahu kau pasti tidak akan mengerti ucapanku. Yang jelas, aku ke sini untuk menghabisi mereka dan tidak tertarik dengan keabadian yang kau miliki."

avataravatar
Next chapter