SAAT AKU TERBANGUN, tak sehelai pun kain menempel di kulitku. Aku pun merasa kedinginan karena AC di ruang ini sepertinya 16 derajat celcius, dan itu sangat dingin.
Aku pun beranjak ke toilet, dan kuambil handuk yang ada di sana, kupakai untuk menutup aurat lelakiku, dan kubasuh pula kakiku dengan saksama.
Apa yang terjadi? Tanyaku, tak dapat jawaban apa-apa karena kenyataannya aku sendiri. Sampai kemudian, aku baru ingat akan kejadian tadi malam, saat Yosef, mengajakku untuk ke kelab malam, tapi kenapa ujung-ujungnya aku ada di hotel dan tak berpakaian? Apa Yosef melakukan pelecehan padaku?
Tapi entahlah, sampai kemudian aku menelepon Yosef. Anehnya, bunyi dering hape itu ada di kamar ini.
Ternyata benar saja, hapenya dia taruh di meja dekat kasur hotel tempat aku kedapatan telanjang bulat.
Sepuluh menit berlalu, dan Yosef masuk kamar di mana ada aku di situ. Aku terdiam sesaat sebelum aku akan menyapanya. Tapi, dia malah menyapaku duluan.
"Udah mandi?"
Apa? Udah mandi? Ya jelas belumlah, tapi apa maksud dia tanya udah mandi.
"Maksud kamu apa?" tanyaku, heran.
"Iya, kamu udah mandi?"
"Menurut kamu?" tanyaku balik padanya.
Dan dia hanya terdiam, mungkin karena dia tahu, bahwa kenyataannya emang aku belum mandi.
"Aku mau tanya, semalam ada apa?"
"Emang kamu lupa?"
"Lupa? Maksud kamu apa lupa?"
"Kau semalam mabuk, dan kamu buka baju satu per satu, terus celana kamu, juga CD kamu, kamu juga pamer kont** dan kamu beraksi gila. Kamu menari-nari seperti di Tiktok."
What? Apa benar? Yang gila aja aku bisa melakukan itu.
"Mungkin karena kamu terlalu mabuk." Tambah Yosef sambil menyernyitkan keningnya.
"Jadi, sekarang kamu tahu ukuran kont** aku?"
"Kenapa mesti tanya, kamu yang pamerin."
Anjim, aku malu bukan main. Aku tak pernah segila ini. Apalagi, Yosef adalah teman lelakiku yang baik. Ah, masa iya. Aku jadi malu dibuatnya.
"Tenang aja, rahasiamu aman." Kata Yosef seolah membuat aku makin merasa seperti lelaki tanpa harga diri.
Aku pun tak lantas membahas itu.
Aku mandi, dan berpakaian, lalu aku dan Yosef pulang menuju kosan kami di daerah Jakarta Selatan, dekat di mana kampus kami berada di sana.
Aku dan Yosef pun naik Yaris yang aku, dan Yosef menyopir. Sampai di kosan, aku langsung buka baju dan ganti dengan yang baru.
Sementara Yosef, dia juga sama, ganti baju. Aku dan dia lalu pergi ke Kafe Kopi dekat kosan. Di sana aku merokok sambil menunggu Tante Elsa datang.
Ya, aku dan Tante Elsa ada janji di kafe ini. Sementara Yosef, dia munungguku di mobil. Aku sebenernya ingin mengajak dia, tapi dia menolak dengan halus, dengan mengatakan, dia di mobil saja.
Aku pun tak dapat memaksa.
Lima menit menunggu, Tante Elsa datang.
"Hy, Edward. Apa kabar?"
Sambil dia mencium pipiku.
"Baik, Tante. Tante sendiri gimana, kabar baik?"
"Kalau Tante, lagi gak baik nich. Suami Tante lagi keluar kota, sebulan katanya, kan jadinya Tante kurang kasih sayang."
"Ah, Tante bisa aja."
"Tapi, untungnya ada kamu. Jadi Tante gak khawatir."
Tante Elsa ini adalah bos aku. Artinya, aku ini adalah brondong simpanannya. Dia termasuk ganas, kadang aku dibuat kewalahan, untungnya, aku ada cara khusus buat Tante Elsa lemas, jadinya dia cepat capai dan tertidur.
Aku bisa ketemu dia, saat itu, aku tak sengaja main ke mall di daerah Pondok Indah. Saat itu, Tante Elsa ketinggalan dompet di tempat makan, pas aku cek, dompetnya penuh dengan CC dan Debit Card, juga beberapa uang lembaran warna merah bertanda foto Soekarno-Hatta.
Untung di dompet itu ada kartu nama. Jadi aku telpon saja. Pas ketemu, Tante Elsa sangat respon. Dia malah kasih aku uang hampir 1 juta. Katanya, terima kasih karena sudah temukan dompetnya.
Lekas kejadian itu, aku jadi sering ketemu Tante Elsa, bahkan dia sering traktir aku makan.
Tak hanya makan, Tante Elsa sering ngajak aku ngamar di hotel, di apartemen, atau juga di vila.
Sementara Yosef, dia mau tak mau aku libatkan juga, karena aku pun butuh sokongan dari kawan dekat.
Sementara langit makin redup, aku dan Tante Elsa masih asyik mengobrol di kafe. Pas aku lihat keluar, mobil Yarisku tak ada. Rupanya, pas kuliah hape, Yosef kirim WA, kalau dia ke kosan bawa mobil. Katanya, aku sama Tante Elsa aja, met bersenang-senang ria.
"Dasar Yosef." Kataku, sambil senyum-senyum sendiri.
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Tante Elsa, dan aku jawab, "Ini lho si Yosef, bilang selamat bersenang-senang."
"Lah, dia ada di sini?"
"Tadi dia ikut, cuma di mobil aja, pas aku mau ajak ke sini, dia gak mau."
Tante Elsa hanya senyum. Terus dia nyubit pipi aku. "Yang penting kamu." Katanya, manja.
Hah! Aku seperti anak laki-laki mainannya saja.
Bersambung...