1 LELAKI KU

RUANG GELAP GULITA

Sunyi....

Sepi.....

Gelap....

Hanya cahaya lilin yang menyinari ruangan tersebut. Sinar rembulan yang biasa-nya menyinari malam itu, tidak lagi ada. Tertutup oleh awan hitam bercampur rintik-rintik hujan.

Angin berhembus menyibak gorden putih yang ada di sana, gelap tetap gelap. Sepi tetap sepi.

"srakk....srakk..."

Bunyi itu terdengar dari seseorang yang ada di pojok ruangan itu.

Wanita yang tengah duduk di sebuah kursi, tengah di ikat menggunakan tali papar hingga separuh tubuh-nya.

Kaki dan tangan-nya di ikat dengan tali, mulut pun juga di tutup menggunakan sehelai kain.

Sehingga dia pun tidak bisa berbicara barang satu kata pun.

Dengan segala upaya-nya dia mencoba untuk melapaskan ikatan tersebut, namun usaha-nya pun nihil. Hanya luka dan sakit yang ia dapat.

Mata-nya melihat ke sekeliling, namun tidak ada satu pun orang di sana. Hanya remang-remang yang ia dapat kan.

Tubuh-nya pun menggigil ketakutan. Cucuran keringat dingin mulai membasai wajah-nya.

Desiran angin mulai menusuk tubuh-nya. Gong-gongan anjing semakin membuat-nya merinding.

" ngeekkk...kretek.."

Tiba-tiba terdengar sebuah pintu yang sedang di buka. Seseorang terlihat dari balik pintu yang gelap.

Bunyi langkah kaki-nya semakin dekat. Saking gelap-nya ANA. Gadis yang di sekap tadi tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang tengah masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ana sebenar-nya ingin berteriak dan minta bantuan pada siapa saja yang ada di sana namun niat-nya di urungkan, karena percuma saja.

Dengan keadaan-nya yang di bungkam mulut-nya, meskipun dia berupaya pun tidak mungkin ada yang bisa mendengar-nya.

Tanpa di sadari oleh ana, orang yang ada di balik pintu tersebut sudah ada di depan mata-nya.

Sambil membawa sebuah pisau di tangan-nya ia mencoba melepas sumpalan kain yang ada pada mulut ana.

Ana pun langsung bertanya pada orang tersebut. Orang yang berjemper hitam serta menggunakan topeng tengkorak.

Dari bentuk tubuh-nya, ana yakin dia adalah seorang pria. Tapi siapa?? dia tidak merasa memiliki seorang musuh.

Tapi mengapa ia bisa sampai di sekap dan di perlakukan seperti ini.

Ana: siapa kamu?? (dengan nada yang terbata-bata ia mencoba untuk berta-nya)

Pria bertopeng tersebut tidak menjawab dan hanya tertawa lepas. Tawa-nya seakan meluapkan kegembiraan-nya karena berhasil membuat tawanan-nya itu ketakutan.

Ana: jawab aku?? kamu siapa?? (tubuh-nya semakin bergetar dan nada bicara-nya semakin lirih)

Namun lagi-lagi, si pria bertopeng hanya tertawa dengan sangat nyaring.

Pria bertopeng pun mulai mendekat. Di ayunkan-nya pisau kecil itu ke wajah ana.

Pria bertopeng: bagaimana bila wajah cantik kamu ini aku buat cacat?? pasti seru!! (tawa-nya semakin menyeringai)

Ana: tolong...apa salah ku?? (rengek ana agar di kasihani)

Pria bertopeng: kamu tanya salah kamu apa?? kamu sok cantik?? itu yang buat kamu salah!!

(jawab-nya dengan nada tinggi)

Ana: aku tidak mengerti maksut mu?? (tanya ana penuh penasaran)

Pria bertopeng: kamu memang nggak pernah ngerasa merebut lelaki ku dari sisi ku!!

Ana: lelaki?? apa maksut mu?? bukan kah kamu juga seorang pria? (ana yakin orang bertopeng itu pria, dari suara dan bentuk tubuh pun menunjukkan itu)

Pria bertopeng: ha ha...aku?? ya...aku memang pria, dan yang ku suka juga pria!! puas kamu??

Ana: pria yang kamu maksut ku rebut siapa?? (ana semakin penasaran)

Pria bertopeng tersebut tidak menjawab, iya bersiap membuat garitan di muka ana.

Dengan sedikit sentuhan, sebuah garis merah tergambar jelas di muka ana.

Darah segar mulai merembes dari wajah mulus-nya. Ana pun hanya bisa mengerang kesakitan gegara perbuatan pria bertopeng tersebut.

Pria bertopeng itu tertawa puas, tidak terima dengan hanya menggores wajah ana.

Kini ia mengincar bagian perut samping ana. Tali yang melingkar di sebagian tubuh ana di lepas-nya.

Hingga tinggal tangan dan kaki-nya yang masih di ikat.

Dia pun langsung menancapkan pisau tersebut tepat di perut bagian samping kanan ana.

" jlebbbbb...."

Sebuah pisau menancap tepat di sasaran yang ia kehendaki. Lagi-lagi darah segar mengalir cukup deras dari luka tersebut.

Dengan rasa tidak bersalah di lepas-nya ikatan tangan dan kaki ana. Serta menendang kursi yang di duduki ana tersebut. Sehingga ana jatuh tersungkur ke bawah.

Seketika ana pun menutup luka-nya dengan tangan-nya. Dia berusaha untuk beranjak dari tempat tersebut, namun keinginan-nya tidak sesuai dengan realita.

Tubuh-nya terasa lemas dan kesakitan. Menahan luka tusuk yang telah di lancarkan oleh pria bertopeng tersebut pada-nya.

Pria bertopeng pun mendekat, dan membisikkan sesuatu ke telinga ana.

Pria bertopeng: kamu mau tau aku siapa?? pasti kamu penasaran kan?? tenang akan aku beritahu. (bisik-nya ke telinga ana)

Pria itu pun sedikit menjauh dan mulai membuka topeng yang sedari tadi di pakai-nya. Dan begitu terkejut-nya ana melihat siapa pelaku yang berani berbuat seperti itu kepada diri-nya.

Ana: kamu....???

Siapakah pria bertopeng tersebut??

apa motif di balik itu semua??

Tunggu lanjutan cerita-nya ya 😁

avataravatar
Next chapter