webnovel

Girls Talk 2

"Kak, hari ini aku mau bermalam di rumah Kak Mimi," kata Rani pada Tama.

"Lho, katanya besok kamu mau ada kajian, kok malah nginep?".

" Iya, rencananya aku mau ajak Kak Mimi kesana juga. Kakak aku ajak malah ngga bisa, padahalkan kalau ikut, bisa ketemu Kak Mimi lho!" goda Rani.

"Aku udah terlanjur janji sama Pram. Ngga enak kalau dibatalin. Udah dari dua minggu lalu soalnya."

"Memangnya mau kemana Kak?".

" Ada acara seminar katanya Pram."

"Seminar apa?".

" Bisnis mungkin. Kalau dia ajak aku, biasanya sih seminar bisnis."

"Ooo okey, semoga berguna seminarnya."

---

"Oh, ini adiknya Tama?" tanya Bunda saat Rani sampai di rumah Mimi.

"Iya Tante. Maaf ya, waktu itu mungkin Kak Tama pernah merepotkan Tante, sampai harus bermalam disini."

"Panggil Bunda aja Ran, Tama juga manggilnya Bunda. Ngga terbalik tuh? Kemarin itu Tama yang direpotkan sama Mimi. Makanya Bunda minta bermalam aja disini."

"Hehehehe Kak Tama itu seksi direpotin Bun. Di rumah aja gitu, yang paling sering diminta tolong sama kami tuh Kak Tama. Paling gampang soalnya."

"Kamu udah makan siang Ran?" tanya Bunda.

"Udah Bun, tadi mau berangkat makan dulu."

"Kalau begitu silahkan lanjut aja ngobrolnya sama Mimi ya, Bunda ada pekerjaan lain."

Sepeninggal Bunda, Mimi mengajak Rani langsung ke kamarnya.

"Wah, kamarnya enak banget Kak? Girly banget," kata Rani begitu mereka memasuki kamar Mimi.

"Kamar itu kan tempat favorit aku Ran, jadi ya harus nyaman."

"Iya sih, aku juga sama Kak. Hanya aku bukan orang yang suka ngotak ngatik pernak pernik kamar. Aku sih yang penting bersih, terang dan wangi."

"O iya, besok pakai baju apa ya Ran? Aku pakai jilbab kali ya? Kan ini kajian."

"Boleh Kak, Kakak ada jilbab dan baju muslimah nya?".

" Ada sih, walau ngga banyak. Sebentar aku cek di lemari dulu."

Mimi berjalan menuju lemari, kemudian mengambil beberapa rok dan kemeja tangan panjang dan beberapa jilbab yang dimilikinya.

"Aku ngga punya gamis lho Ran!".

" Ngga apa-apa Kak. Ini juga pas kok. Aku bantu pilihin ya?".

Mimi mengangguk setuju.

"Kak Mimi suka warna baby blue ya? Aku pilihin ini aja ya?" kata Rani sambil mengambil rok baby blue dengan motif polkadot berwarna pink cerah, serta blouse tangan panjang senada dengan warna polkadot pada rok yang tadi dipilihnya. Lalu diambilnya jilbab salur pink diletakan semuanya diatas kasur.

"Gimana Kak?" tanya Rani.

Mimi mengacungkan jempolnya tanda menyukai pilihan Rani.

"Ran, besok itu siapa yang ngisi kajiannya?".

" Kang Abay Kak. Kak Mimi google aja deh!".

"Bagus ya ngasih kajiannya?".

" Ya gitu deh Kak. Banyak ngasih pencerahan juga."

"Hmm.. jadi penasaran."

"Mau nonton youtube nya? Dia juga bikin series gitu Kak!".

" Ngga ah, aku nontonnya setelah besok aja. Ini kajiannya khusus untuk perempuan aja?".

"Ngga sih, ini buat laki-laki dan perempuan. Tadinya aku juga ngajak Kak Tama. Cuma Kak Tama udah terlanjur janjian sama Mas Pram sejak dua minggu lalu. Jadi ngga bisa ikut."

"Wah, akur ya mereka? Sampe jalan bareng gitu."

"Mereka sih sejak bayi juga akur Kak. seumuran kan? Jadi meski bersaing, mereka tetap akur."

"Bersaing? Maksudnya bersaing apa?".

" Oh itu Kak, saingan bisnis," kata Rani.

"Ooo, memangnya Alan punya cafe juga?".

" Ngga sih, cuma mereka memang bersaing untuk sukses, dan bersaing nikah muda," kata Rani sambil tertawa. "Ngomong-ngomong Kak Mimi ada target nikah muda ngga?".

" Hahaha ngga kayaknya Ran. Pacar aja ngga punya."

"Kan ada Mas Pram, lelaki kabutnya Kak Mimi. Bisa aja Mas Pram tahun depan tiba-tiba melamar Kak Mimi."

"Aku ngga mau berandai-andai Ran. Yang real aja. Seperti yang aku bilang kemarin, selama belum ada omongan, ya ngga aku tanggapi."

"Baguslah, berarti masih ada peluang."

"Peluang? Maksudnya?".

" Eh, maksudnya peluang buat yang mau kenal sama Kak Mimi selain Mas Pram. Kan aku pikir, Kak Mimi akan fokus ke Mas Pram, karena jelas-jelas dia lelaki kabutnya Kak Mimi."

Mimi tersenyum mendengar kata-kata Rani. Jika menyinggung tentang lelaki kabut, hatinya memang menghangat.

"Kartunya lucu," suara Rani membuyarkan lamunannya. Tampak Rani tengah memegang kartu berhias edelweiss. "Tapi rasanya aku kok familiar ya sama kartu ini?" kata Rani lagi.

Mimi menatap Rani dengan pandangan berharap, "kamu kenal kartu itu Ran?" tanya Mimi.

"Iya Kak, rasanya kok familiar ya... Barang handmade gini kan emang jarang ada. Jadi kalau aku pernah melihatnya, berarti memang sama atau mirip."

"Itu dari Alan sepertinya Ran."

"Mas Pram? Baru tahu Mas Pram bisa romantis."

"Buka aja kartunya, kamu lihat tulisannya."

Rani membuka kartu itu. Sejenak dia tertegun.

"Gimana, PR itu kan insialnya Pramudya. Iya kan?".

Rani hanya terdiam kemudian menutup kartu itu.

" Iya kan Ran?" tanya Mimi lagi.

"Mas Pram ngasih apa aja Kak?" tanya Rani tanpa menjawab pertanyaan Mimi.

"Tuh, yang ada di kotak itu semua dari Alan. Mawarnya sudah layu, tapi aku simpan. Kecuali yang bouquet terpaksa aku buang."

Rani melihat isi kotak itu, kemudian memeriksanya satu persatu. Tak banyak kata Rani langsung menutup kotak itu lagi."

Malam itu jadi terasa menyenangkan. Mereka berdua saling bercerita layaknya adik dan kakak. Selama ini hal tersebut tak pernah Mimi lakukan. Ternyata menyenangkan punya saudara perempuan."

---

"Waaah, Kak Mimi cantik banget!" kata Rani saat melihat Rani mengenakan pakaian yang dipilihkannya semalam, lengkap dengan jilbabnya."

Mimi tersenyum malu mendengar pujian Rani. "Aduh, aku ngga PeDe nih Ran! Pantes ngga sih?".

" Pantes banget lha! Mana ada perempuan yang ngga pantes pakai busana muslimah?".

"Hmmm... nyaman ya Ran ternyata?" kata Mimi sambil mematutkan dirinya di depan cermin.

Rani tersenyum melihat tingkah Mimi. Dalam hati Rani menguntai do'a, semoga Allah memberikan hidayahNya pada Mimi.

"Turun yuk, Bunda dan yang lainnya pasti udah pada nunggu kita sarapan," ajak Mimi.

Sampai di ruang makan, semua terkejut dengan penampilan Mimi. Terutama Ayah dan Bunda.

"Alhamdulillah... ini untuk seterusnya atau gimana Mi?" tanya Ayah.

"Hehehe masih belajar kok Yah. Hari ini aku diajak Rani ke kajian. O iya, kemarin Ayah belum kenalan sama Rani. Ini Rani adeknya Tama teman aku Yah."

"Tama itu siapa?" tanya Ayah.

"Oiya, Ayah juga belum pernah ketemu Tama. Waktu itu Ayah lagi kemana ya? Tama itu teman sekampus aku, dan dia waktu itu pernah antar aku pulang karena sakit pas di kampus."

Ayah hanya mengangguk mengerti.

"Udah, ayo makan dulu. Nanti kalian berangkat naik apa?".

" Naik taxi online aja Bun."

"Ngga Abang antar aja Dek?" tanya Rendra.

"Ngga ah, Abang kan tiap hari berangkat pagi, sekarang waktunya istirahat, Mbak Maya juga sama. Pokoknya cepat kasih keponakan lucu buat aku."

Semua tertawa mendengar jawaban Mimi.

---

Next chapter