1 1. Ch-1 Permata Inti Api Naga

Di hamparan rumput luas yang ditutupi genangan air jernih setinggi mata kaki, seorang remaja gempal tanpa baju berlari kencang tanpa ikatan.

Wajahnya berseri, senyum ramahnya mengembang pada dunia. Mendadak ia melonjak ke udara, lalu ribuan bayangan tendangan tercipta, menghempaskan angin keras yang mengombakkan rerumputan dan permukaan air.

Begitu hampir menyentuh ujung rerumputan, tubuhnya kembali melonjak ke udara, lalu secepat panah melintasi kabut tebal yang berarak hingga tepi bukit.

Laju tubuhnya terhenti di depan sebuah gerbang raksasa dengan benteng kokoh melingkar, bagai naga batu.

"Aku pulang!" Teriaknya riang. Tangannya terkepal dan pandangan matanya cerah. Samar-samar kubah istana putih berbalut kabut terlihat megah di belakang gerbang raksasa.

Dan kubah itu berada pada ketinggiannya sendiri. Terlihat angkuh dalam pelukan langit, menatap rendah pada dunia di bawahnya.

Remaja itu merogoh saku celana, mengeluarkan batu mulia seukuran telapak tangan yang memantulkan aneka warna berkilauan.

Kemudian batu itu ia letakkan pada lempengan besi tebal yang memiliki cekungan ditengahnya.

Sesaat kemudian terdengar desisan halus. Batu mulia berputar perlahan dan menimbulkan getaran yang merambat disepanjang pintu gerbang.

Mendadak terdengar suara yang mampu menutupi langit dalam kebesarannya, "Apakah orang Paviliun Segitiga Emas yang pulang ke Istana Awan?"

Sehabis gema suara itu, tanah bergetar. Ada sosok besar terasa sedang bangkit dari relung-relung jauh dan naik ke udara dibalik gerbang.

Sang remaja mendongakkan wajahnya. Ia menyaksikan langit yang mendadak gelap. Bergegas ia menghimpun semangat dan melindungi isi dada karena sesaat kemudian sebuah raungan besar menggelegar memenuhi seluruh lembah dan lapisan bukit.

Naga perkasa, dengan mata merah membara telah mengantungkan sebagian tubuhnya di angkasa. Ia terlihat begitu agung dan menyatu dengan lapisan kabut tebal.

Ia mengulurkan kepala raksasanya melampaui gerbang, turun mendekati remaja yang berdiri riang di atas rerumputan.

"Hindra dari Paviliun Segitiga Emas menghadap Tuan Naga Agung Kolam Dewa." Sang remaja menangkupkan tangan dan membungkuk.

Naga perkasa itu menggumam, menyebabkan gerum rendah laksana petir teredam. Mendadak ia meludahkan sebongkah cairan merah membara ke arah sang remaja. Membuat tubuh itu dalam sekejap menyebarkan hawa panas dan kepulan asap tebal yang menindih sejuknya kawasan dalam radius beberapa meter.

Sang remaja gemetar menahan rajaman rasa sakit. Otaknya mendidih, jantungnya mendidih, saat ia meraung, asap juga menggumpal keluar dari mulutnya.

Inilah ujian dari sang naga perkasa bagi siapapun anggota istana yang melangkah keluar dari lingkungan suci itu.

Bila anggota istana, mereka memiliki inti api naga di dalam tubuhnya. Sehingga walau diguyur ludah mereka tidak akan binasa. Tapi, bila berganti orang lain, andai ada yang berani menyusup, satu semburan ludah naga sudah cukup untuk melelehkan daging dan tulang mereka menjadi cairan.

Sifat inti api naga menguatkan tubuh. Ia terbentuk dari ludah naga yang dibekukan dalam gumpalan salju abadi yang terletak ribuan meter di bawah kutub es utara.

Rentang lima belas tahun sekali sang naga akan terbang ke sana, menyusup menuju inti es dan mengguyurkan ludahnya untuk dibekukan.

Dan proses pembekuan ludah naga itu sampai membentuk bongkah inti api naga membutuhkan waktu satu tahun.

Satu bulan pertama, hawa panasnya mengumpul kebagian dalam. Bulan berikutnya gumpalan mengeras. Lalu berproses menimbulkan retakan besar. Seiring waktu retakan semakin dalam dan berubah jadi ribuan butir permata kecil berwarna merah muda.

Ketika genap satu tahun, permata merah muda itu warnanya menjadi merah kehitaman dan berkilauan.

Lalu permata inti api naga itu didistribusikan pemimpin pada seluruh generasi muda istana.

Remaja itu mengingat dengan jelas ketika hari pertama ribuan permata inti api naga di distribusikan untuk generasinya.

Permata inti naga itu dijejerkan dari ujung ke ujung dengan tahap semakin ke ujung kanan hawa panasnya semakin tinggi.

Semua orang akan mengambil permata sesuai dengan ketahanan tubuh dan kemantapan tekadnya.

Remaja muda ini memiliki tekad nomor satu di antara generasinya. Ia berhasil bertahan menyerap hawa panas dan rajaman kepedihan dari penempaan inti api naga tingkat satu.

Sementara ratusan remaja generasinya yang lain tidak ada yang mampu menyerap inti api naga tingkat dua. Hanya sepuluh orang yang menyerap inti api naga tingkat tiga, empat orang menyerap inti api naga tingkat empat, tujuh puluh orang menyerap inti api naga tingkat lima dan ratusan orang lainnya hanya mampu menyerap inti api naga tingkat sembilan.

Setengah jam lebih remaja itu berkutat dengan hawa panas yang mengamuk dalam tubuhnya. Darahnya menggelegak, kepalanya terasa menebal dipentungi arus menakutkan berulang kali. Sementara ratusan jalur uratnya terasa hendak putus sehelai demi sehelai.

Dalam kesadaran yang terombang-ambing remaja itu mengalirkan seluruh arus yang meledak-ledak ke wadah energi di bawah pusarnya.

Arus itu bergulung-gulung, semakin menggumpal dan terisap menuju permata inti api naga yang menyala terang dan memakan semua daya dengan rakus.

Akhirnya, perlahan-lahan siksaan panas ludah naga berangsur sirna. Rajaman rasa sakit lindap, dan sang remaja jatuh berlutut di atas tanah.

Ia meludahkan seteguk darah sambil menggigil pucat pasi.

Sang naga menatap dengan acuh. Tak sedikit pun ada rasa kasihan terbersit dari matanya. Ini adalah jalan para ksatria. Untuk menjadi perkasa, tubuh dan jiwa mereka memang harus ditempa sampai ke tingkat ekstrim.

Salah satu tangan naga terjulur meraih tubuh remaja itu, membawanya ke udara melintasi gerbang lalu meletakkan di atas tanah dalam kawasan istana.

"Terima kasih, tuan Naga Perkasa."

Sang remaja tegak dengan sempoyongan. Matanya menatap jalan besar yang terentang menuju halaman istana. Sementara di seberang halaman terdapat tiga belas jalan lagi.

Jalan yang di tengah posisinya lebih tinggi dari jalan lainnya. Itu menghubungkan antara halaman dan istana raja.

Pembuatannya indah dan kokoh. Jajaran pohon cemara biru berselimut kabut tumbuh subur pada setiap sisinya.

Hanya raja dan anak-anaknya atau siapa yang diperkenankan oleh orang nomor satu di Istana Awan saja yang boleh melintasi jalur itu.

Sementara dua belas jalur lainnya milik para bangsawan, pemimpin paviliun dan anggota istana.

Sang remaja berjalan semakin jauh, kemudian sosoknya hilang dibalik bangunan emas yang terletak di belakang Istana Awan.

Sang naga mengeluarkan deheman rendah lagi. Ketika tubuhnya hendak menyelam ke lautan kabut, mendadak cahaya emas berkiblat di langit. Sesosok lelaki tinggi besar dengan aura agung terpancar dari wajahnya telah mengambang sekitar satu meter dari atas tanah.

Sang naga menundukkan kepalanya. "Kau ingin menanyakan tentang anakmu?"

Lelaki itu mengangguk.

"Kemajuan kultivasinya mengerikan. Ia jenius yang berani menantang maut. Sepanjang ratusan tahun aku menjaga kawasan ini, hanya anakmu yang berani keluar istana sebanyak dua puluh kali hanya dalam rentang waktu empat puluh sembilan hari."

Tokoh itu terkekeh pelan. "Bagaimana daya tahan tubuhnya saat ini?"

Sang naga mendengus. Ia membuka gulungan tubuhnya, lalu dengan satu lonjakan cepat, bentangan panjang raksasa itu meluncur ke arah jurang, masuk ke dalam kolam air panas yang selalu menggelegak sepanjang waktu.

Dari kejauhan masih terdengar gema suara sang naga, "Mengerikan!"

"Naga sombong!" Rutuk sang tokoh perkasa. Tapi, wajahnya terlihat puas. Naga legendaris yang menjadi simbol Istana Awan pun menilai kemampuan anaknya dalam satu kata: Mengerikan.

Sementara dirinya pada saat remaja, ketika di tempa ludah naga, sang naga juga memberi satu kata yang terus diingatnya sepanjang hidup, dan kata-kata itu membekas dalam. Karena bunyinya adalah: memalukan!

avataravatar
Next chapter