webnovel

Chapter 27 Geru Bakeneko

"Jadi.... Kau punya Rogk di sini?" Tatap Geru.

"Sebenarnya dulu memang banyak Rogk yang bekerja di sini, tapi semenjak peraturan makhluk selain manusia tidak boleh ada di sini, aku tidak memiliki Rogk satu pun"

"Lalu Rogk milikmu yang dulu?"

"Mereka sudah mati terbunuh oleh peraturan di sini, karena itulah juga penginapan sekaligus bar hangat ini menjadi hilang di mata mereka, jadi jangan heran lagi jika tampilan nya memang begitu" Balasnya.

Lalu Geru terdiam dan mengangguk mengerti.

"Oh benar, aku belum memperkenalkan namaku kan, aku Varuna" Kata pria yang bernama Varuna itu.

"Aku Geru... Ngomong ngomong apa kau tidak mau membangkitkan bar ini lagi?"

"Itu mustahil... Peraturan tetaplah peraturan, jika aku memaksa membawa Rogk masuk ke kota ini maka aku juga akan di sanksi mati"

"Hm... Bagaimana jika aku bilang pada pemimpin di sini"

"Apa kau bercanda, di sini tak punya pemimpin. Kota terlurus hanya punya pengendali dan itupun ada di tempat yang tinggi sana" Varuna menunjuk kerajaan tinggi di ujung kota YAZA dari jendela.

"Tak apa kan... Aku bisa melakukan ini"

". . . Terserah lah... Jika kau di tangkap nanti, ini bukan menjadi urusanku, kamar kosong ada di lantai atas" Kata Varuna yang berjalan pergi membuat Geru terdiam. 

Malam itu adalah malam yang panjang. Geru meletakan rantainya di meja dekat ranjang. Jendela dekat ranjang juga terbuka dengan adanya angin sepoi malam. Setelah melepas baju atasnya membuatnya telanjang dada.

"(Malam ini memang ada angin tapi rasanya panas juga, jadi ya gini aja)" Dia langsung menjatuhkan diri tidur berbaring di ranjang. Tapi ia terus melihat ke sampingnya di mana jendela itu benar benar terbuka lebar dan itu membuatnya terdiam dan bangun duduk melihat luar.

"Jika di pikir pikir.... Ini sangat aneh untukku"

Dia sempat terdiam mengingat sesuatu sambil melihat bulan yang saat itu sangat bulat.

"(Haiz.... Aku ingin melihat Rogk yang lucu)" Dia menjadi menyangga dagu di jendela itu sambil melihat keluar.

Tapi ia melihat sesuatu di luar jendela. Seorang perempuan yang berjalan di bawah penginapan itu dengan sempoyongan dan memakai jubah putih. Di belakangnya jauh ada sekelompok orang berlari menyusul mengejar.

Geru sempat terdiam sebentar lalu ia baru sadar bahwa perempuan itu dalam bahaya.

Karena sudah lemas, dia bahkan jatuh di bawah dan di depan tepat di penginapan itu.

"Haha akhirnya tumbang juga, cepat tangkap dia" Para orang yang mengejarnya itu akan menangkapnya tapi dengan cepat Geru berdiri dan melompat dari jendela.

Mendengar sesuatu, salah satu orang itu menoleh ke atas dan terkejut. "Akh... " Dia berteriak dan di saat itu juga Geru mendarat di kepalanya dengan menendang memakai kakinya.

"Siapa kau bangsat.... Cepat tangkap!!!" Teriak mereka. Geru berdiri melindungi perempuan itu yang lemah di bawah. Ia lalu mengambil sesuatu di pinggangnya tapi ia terdiam ketika ia menyadari sesuatu. Bahwa dia akan mengambil rantai di pinggangnya tapi malah ketinggalan di kamar dan dia saat ini juga telanjang dada.

"(Apa... Perasaan aku tadi... Utk sialan)" Dia menjadi frustasi atas kecerobohan nya.

"Cepat tangkap dan hajar" Mereka satu persatu datang terpaksa Geru harus melawan mereka dengan pukulan. Dia bisa melawan mereka seperti gaya bertarung laga. Membuat mereka yang tersisa menjadi terdiam kaku melihat kemampuannya.

"Ayo.... Siapa lagi yang mau maju?" Tatap nya dengan wajah tanpa takut.

Karena sudah tahu kemampuannya tadi, mereka yang tersisa membawa rekan nya yang tumbang tadi dan melarikan diri. Lalu Geru bisa menoleh ke perempuan tak berdaya tadi di bawah. Ia lalu mengulur tangan. "Kau baik baik saja?" Tatap Geru. Wajah perempuan itu tidak kelihatan karena memakai tudung jubah putih yang ia pakai.

Sempat melihat wajah Geru ia malah menampar bantuan tangan nya dan seketika lari begitu saja meninggalkan nya.

"He... Hei!!" Geru terkejut tapi karena sudah jauh, dia menjadi melepaskan perempuan itu meskipun belum tahu dia tadi siapa.

Di tengah kebingungan nya, tak di sangka pintu penginapan terbuka dari dalam oleh Varuna.

Varuna terdiam terkejut melihat Geru yang telanjang dada di luar.

"Apa yang kau lakukan?"

Lalu Geru menoleh. "Oh... Tadi ada sesuatu yang membuatku keluar" Balasnya dengan tampang yang biasa membuat Varuna menjadi bingung.

--

"Sebenarnya apa yang kau lakukan....?" Tatap Varuna saat menatap Geru di depan mejanya yang masih telanjang dada. 

"Aku tadi melihat perempuan" Kata Geru. 

"Lalu... Kau tertarik padanya dan keluar malam begitu, apa kah wanita itu hanya semacam kupu kupu malam. (Pelacur malam)"

"Sepertinya tidak (wajahnya seperti seorang royal) Ngomong ngomong bisa beritahu aku siapa pengendali kota ini dan dulunya kota ini seperti apa?"

"Apa kau punya izin untuk mengetahui itu Geru- san?"

". . . Ha? Jadi jika ingin tahu aku harus punya izin dulu?!"

"Tentu itu karena sudah peraturan di sini, jika bukan orang asli kota ini maka tidak boleh tahu tanpa izin putri Noya" Kata Varuna lalu Geru terdiam mengepal tangan. "(Peraturan yang menjengkelkan... Lihat saja aku akan masuk ke kerajaan itu)"

"Baiklah sebaiknya kau kembali tidur di sini" Kata Varuna sambil berdiri. 

"Aku akan di sini sebentar"

"Ada apa... Apa kau orang yang suka memikirkan sesuatu?" Tatap Varuna dengan bingung. 

Lalu Geru tersenyum sedikit licik. "Begini saja, berapa lama kau benar benar tidak melihat Rogk?"

". . . Itu sekitar 5 tahun yang lalu"

"Kalau begitu bagaimana jika aku berhasil membawa Rogk padamu apa kau akan percaya kalau aku ini iblis" Tatap Geru dengan senyuman palsu. 

Varuna terdiam dan sedikit terkejut mendengarnya. ". . . Aku tidak percaya, di dunia ini hanya ada 4 iblis, mereka kelompok yang di sebut 4 buronan pertama bukan, dan mereka sudah pecah dan mati 500 tahun yang lalu, sekarang tak ada yang namanya iblis yang bisa menginjak kan kaki di bumi ini. Lagi pula aku sudah banyak mendengar mereka yang mengaku iblis tapi nyatanya hanya manusia rendah. Jangan berhayal pada orang pintar sepertiku" Kata Varuna dengan tatapan datar lalu kembali ke ruangan nya, dia meninggalkan Geru di sana. 

Seketika Geru mengepal tangan kesal tapi ia menghela napas panjang mencoba menenangkan ini semua lalu melihat ke atas langit langit. 

"(Makhluk rendahan benar benar meremehkan kami, aku sudah tidak mau lagi bersandiwara seperti ini)" Dia menutup mata seketika ada butiran perak mengelilingi nya sangat tebal dan saat butiran itu hilang dia sudah terlihat berbeda, dia berubah menjadi iblis. Dengan adanya kuping kucing berwarna abu abu di kepalanya, di telinganya terdapat banyak tindik dan anting lelaki. Dia memang suka memakai seperti itu karena itu dia pemegang rantai perak dan ekor panjang berwarna abu abu juga. 

"Ha~h.... Sudah lama tidak berwujud begini... Rasanya sangat lega" Dia menghela napas senang. Tapi wajahnya berubah datar sambil melihat keluar jendela. "(Dari awal aku benci manusia)"

Matahari datang menyambut pagi. Varuna keluar dari ruanganya dan melihat sesuatu di bawah meja makan depan. Ia mengambil kayu panjang berjaga jaga jika itu orang jahat. Lalu mendekat dan melihat dan rupanya itu hanyalah Geru yang tidur di bawah untungnya Geru menggunakan wujud manusianya, dia bahkan dengan pulas tidur di bawah lantai begitu saja membuat Varuna memasang wajah dingin dan kesal. 

"(Seperti gelandangan saja bisa tidur di sini, lihat saja, setiap kali kau memamerkan tubuh sixpack mu itu aku merasa direndahkan... Rasakan ini)" Ia berbalik berjalan mengambil karet dan seketika men jepret perut Geru. 

"Akh..... " Geru terkejut bangun begitu saja. 

Dia menengadah melihat Varuna yang menatap penuh aura dendam. "Kenapa kau tidur di sini... Mentang mentang kau punya otot perut dan otot dada kau begitu saja memamerkan nya huh?!"

"Tidak.... Kau salah paham, aku hanya ketiduran tadi, tapi... Makasih pujiannya~"

"Cih aku akan pergi, terserah kau akan jalan jalan kemana, aku harus bertugas" Kata Varuna yang berjalan keluar. 

Lalu Geru berdiri dan melihat dari jendela melihat kerajaan di atas itu lalu ia tersenyum kecil dan berjalan ke kamarnya memakai bajunya. 

"(Hari ini, aku akan membuat perubahan besar pada kota ini.... Lihat saja, jika aku berhasil maka aku lebih hebat dari Hannyo hehe)"

Geru dengan santai berjalan di kota luas, dia melewati pasar dagang di sana. Melihat banyak sekali orang berjualan. "(Aku sangat suka pada roti, dan aku ingin makan juga hari ini)" Dia mampir ke tempat wanita paruh baya penjual roti gandum tawar. 

"Hei bibi, bisa aku beli?" Tatap Geru. 

"Oh silahkan, apa kau pendatang dari luar anak muda?" Tatap wanita paruh baya itu. 

"Sepertinya begitu, aku datang dari luar" Balas Geru sambil mengambil roti itu dan memakan nya di tempat. Pipinya sampaii terlihat imut memakan nya. 

"Sepertinya kau harus hati hati anak muda" 

"Huh... Kenhapha... (Kenapa)" Geru menjadi bingung dengan masih memakan roti itu. 

"Pemimpin di sini tidak suka pendatang baru, apalagi kau yang terlihat seperti petualang"

"Oh jadi dia tak suka petualang juga?"

"Begitulah, karena itulah di kota ini tak ada pusat untuk petualang, orang orang di sini bekerja sebagai pedagang saja" Kata wanita paruh baya itu. Lalu Geru menjadi mengerti. 

"(Hm.... Begitu yah, makanya aku tak menemukan pusat untuk petualang di sini rupanya berawal dari pemimpin pengurus di sini yah, yang tak suka pada petualang) jika boleh tahu bibi, kenapa dia tak suka pada petualang?" Tanya Geru. 

"Entahlah yang pasti ada kasus dulunya di sini, petualang yang bekerja di sini dulu menyerang pengurus dan dia rupanya berwujud siluman tinggi yang selama itu menyamar menjadi manusia" Wanita paruh baya itu membalas. 

"(Siluman tingkat atas, itu berarti kota ini sudah pernah di masuki siluman tingkat atas, yang biasanya hidup di bawah tanah, mereka jarang terlihat karena bersembunyi untuk menyimpan kekuatan nya)" Pikir Geru dengan serius.