1 prolog

Malam kali ini sangat berbeda. Aku tidak tahu ini berasal dari mana, rasa takut ini aku tidak tau.

Aku berusia 9 tahun waktu itu kala dimana semua terbuka. Semua indraku memancarkan kepekaan. Semuanya, sampai mataku melihat semuanya pada malam itu.

Malam pertama kali melihat dunia berbeda, dunia yang sangat membuatku ketakutan. Menjerit-jerit dan menangis membuat semua terbangun. Semuanya, iya semuanya!

Perempuan yang sedang duduk di atas pohon depan rumah. Tertarik mendengar anak kecil menangis. Tertawa hihi dengan gembiranya.

Berjalan perlahan memasuki rumah antik dengan interior modern. Bukan,ia tidak berjalan, lebih tepatnya melayang.

Masuk tanpa ketuk pintu. Perlahan memasuki rumah dengan rambut lurus panjang tanpa di ikat. Membuat tawa yang membuat bulu meremang.

"Hi hi hi, hi hi hii"

"Hua hua hua"

tangis anak kecil semakin besar. Ia tau apa itu, seorang perempuan melayang dengan rambut jelek. Baju daster putih bernoda darah.

Dia anak kecil tapi ia tau karena orang-orang sering menyebut perempuan itu dengan nama mbak kunti.

Mbak kunti sangat menakutkan waktu itu. Ia memelukku yang menangis. Dengan bernyanyi nina bobo.

Tapi semua itu hanya aku yang melihat. Bunda yang terbangun mendengar anaknya menangis turun kebawah. Terheran mengapa anaknya menangis sekeras itu, dan ketakutan.

Padahal bunda tidak melihat yang aneh, mengapa anaknya menangis? Kenapa ia keluar dari kamar? Bunda menghampiri anaknya.

Kuntilanak itu segera menatap bunda marah. Kunti sebenarnya ingin membawa anak itu, untuk dijadikan anaknya.

"hi hi hi, hi hiii"

tetapi ibu anak ini malah menghampiri anaknya.

Anak kecil tersebut langsung memeluk bundanya, ia menegok kebelakang dan mbak kunti itu sedang melihatnya ia juga terseyum manis. Sangat manis hingga hampir merobek bibir tersebut hingga ketelinga.

Anak kecil tersebut langsung berbalik dan memeluk bundanya erat.

---

Sekarang aku umur 19 tahun, aku kuliah jurusan desain. Seorang yang berantakan mata belo, bawah kantung mata hitam. Semua sangat berantakan

Aku belum terbiasa dengan mereka. Mereka yang selalu hadir di pojok kelas. Di kantin duduk bersama.

Melihat itu selama 10 tahun membuatku tidak nyaman. Ya aku bisa melihat saat umurku 9 tahun.

avataravatar
Next chapter