webnovel

Rumah

Dinding tua penuh lukisan tumbuhan, gorden merah yang berkibar ketika berhembus angin, dan juga sofa tua yang mengingatkannya pada masa lalu. Sangat penuh kenangan rumah tempat ia dibesarkan tersebut.

Kue coklat buatan tangan dan segelas susu, ya itulah kesukaan dari Carl Gabriel. Ia menyantapnya dengan sangat menikmati sembari merasakan banyak kenangan di setiap gigitannya.

Ibu Carl Gabriel, Adeline berada di dapur untuk membuatkan makanan kesukaan Carl Gabriel yang lain, yaitu nasi goreng.

Sambil menunggu ibunya yang sedang memasak di dapur, Carl meraba sekitar sofa tempat ia duduk dan mengambil remot televisi. Carl kemudian menyalakan televisi yang ada di hadapannya.

"Berita terkini, tengah terjadi kerusuhan di se-"

Begitu melihat berita yang tak ingin dilihatnya di televisi, ia langsung kembali mematikan layar televisi.

"Carl, lihat yang kumasak ini," ucap ibu Carl sambil membawa sepiring nasi goreng.

Tak butuh waktu terlalu lama ibu Carl untuk memasak nasi goreng karena ia telah menyiapkan semua bahannya sebelum Carl datang, dan ia hanya ingin menghidangkan pada Carl selagi masih panas.

Dengan tersenyum Carl berterima kasih kepada ibunya. "Terima kasih, bu. Aku memang sudah menunggunya."

Carl langsung menyantap nasi goreng buatan ibunya itu dengan lahap.

"Bagaimana..? masih sama seperti dulu?" tanya ibu Carl.

"Tentu saja bu, masakan ibu tiada tandingannya," jawab Carl dengan penuh semangat.

"Ternyata memang benar, ibu telah belajar pada yang ahlinya, ayahmulah yang mengajari ibu untuk bisa masak seenak ini."

Setelah Carl menghabiskan nasi gorengnya, ia menyampatkan dirinya untuk berkeliling rumah. Dan tempat yang pertama ia tuju di rumah tersebut adalah kamar miliknya semasa kecil.

Stiker bertema luar angkasa menempel dengan sangat banyak di pintu kamarnya, dengan perlahan iapun membuka pintu dan mendapati kamar yang sudah lama ditinggalkannya itu masih sama seperti dulu.

Kerlap-kerlip bintang yang terbuat dari kertas berwarna menempel di dinding kamar, rak-rak penuh buku bertema luar angkasa bertumpuk dengan rapih, dan juga sprei dan bantal bertema luar angkasa masih berada pada tempatnya. Carl juga memiliki teleskop di kamarnya itu yang langsung menghadap ke langit melalui jendela kamarnya.

Carl sangat bernostalgia atas semua hal tersebut, ia sangat senang masih bisa melihat semuanya. Carl mencoba mengecek kondisi teleskop miliknya.

Namun ketika ia baru saja memegang teleskopnya, handphonenya bergetar.

Seseorang dari pihak NASA telah menelponnya langsung untuk segera berangkat ke tempat peluncuran roket, tanpa penjelasan sama sekali ia tak bisa membantah perintah tersebut.

Carl segera berlari menemui ibunya, ia berlarian mencari ibunya di setiap sudut rumah. Dan kemudian ia mendapati ibunya sedang berada di ruang kerja peninggalan ayahnya.

"Bu, aku ingin bicara denganmu," ucap Carl di depan pintu ruang peninggalan ayahnya itu.

Ibu Carl yang langsung menyadari kedatangan putranya itu kemudian menyuruhnya masuk ke ruangan tersebut.

"Kemarilah Carl, ibu ingin memperlihatkan padamu sesuatu," ucap ibunya.

Carl pun masuk ke ruangan itu dengan langkah kaki perlahan. Seingatnya ia hanya pernah masuk ke ruangan tersebut dua kali seumur hidupnya.

Yang pertama kali ia ingat memasuki ruangan itu adalah ketika usianya 3 tahun, ia belum mengerti kala itu tentang ruangan pribadi tempat bekerja ayahnya.

Dan yang kedua kali adalah saat usianya 7 tahun, ketika ia sangat penasaran dengan larangan kedua orangtuanya tentang Carl tidak boleh memasuki ruangan itu.

Yang ia temukan kala di usianya 7 tahun di ruangan tersebut hanyalah setumpuk buku, kertas-kertas penuh coretan yang menempel di dinding dan komputer tua yang berada di meja kerja.

"Carl, kau tahu bahwa ayahmu selain seorang ayah yang hebat ia juga seorang dokter yang jenius," ucap ibu Carl.

"Ya benar, itu sangat benar," jawab Carl.

"Ya, dia melakukan semua itu sampai akhir hayatnya dengan sangat baik. Dan bahkan sampai sekarang ia masih berusaha melindungi keluarganya."

"Apa maksudmu, Bu?" tanya Carl.

Ibu Carl membuka laci di bawah meja dan mengambil kotak kayu.

Carl penasaran dengan hal tersebut, "Apa isi kotak itu, Bu?" tanyanya.

Ibu Carl membuka kotak kayu tersebut. Ada dua buah kapsul kaca yang membungkus sesuatu semacam cairan misterius berwarna biru, dan juga ada sepucuk surat dibawah dua kapsul kaca itu.

Carl mengambil surat tersebut dari kotak, ia kemudian membacakannya.

"Untuk keluarga kecilku, kalian sangat berarti bagiku. Hidupku lebih berharga ketika bersama kalian, kalian yang terbaik."

Surat yang sangat singkat untuk sesuatu hal yang begitu berharga, ibu Carl sampai meneteskan air matanya.

Carl membolak-balik surat tersebut, ia ingin mencari petunjuk atas kedua kapsul itu. Ia menemukan selembar kertas lain dibalik lipatan surat, isi pesan tersebut memerintahkan untuk membuka sebuah file di komputer.

Carl langsung menyalakan komputer tua yang ada di ruangan itu dan mencari file yang ditunjukkan pada surat. Ia mendapati sebuah nomor acak pada file code.txt di komputer tua itu.

159357

Carl tak mengerti kode tersebut, itu hanyalah kumpulan angka yang membentuk simbol silang di keyboard.

Carl kesal dan menghentakkan kakinya.

Next chapter