1 1. Meeting

Hinata Hyuga melihat tempat asing sekitarnya dengan perasaan bingung. Dia membaca alamat yang tertera di balik kartu nama bossnya itu. Sakura Haruno,Flower Apartment no.7. Begitu tulisan yang tertera dibalik kartu nama berwarna biru milik bossnya. Tapi dirinya yang baru menginjakkan kakinya pertama kali di Konoha sore ini benar- benar buta arah.

" Sebaiknya aku pakai guuglemap." putusnya.

Baru saja Hinata merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya, seseorang menabraknya sekuat tenaga.

"BRUAAK!!" Kerasnya tabrakan membuat Hinata jatuh terjerembab. Koper dan ponsel yang dibawanya terlempar ke tengah jalan yang ramai.

"Brakk!" sebuah mobil yang melaju kencang langsung melindas koper Hinata hingga hancur, pakaian didalamnya tercecer keluar dalam keadaan kotor dan rusak.

"Gyaa! Koperku!" teriak Hinata masih dalam posisi terjerembab di trotoar.

" Maaf." suara sorang lelaki terdengar.

Hinata segera merasa ada tangan yang mengangkatnya lalu mendudukkannya. Hinata mendongak dan mendapati seorang pria pirang bermata biru sedang tersenyum aneh. Lelaki pirang itu cepat-cepat mengambil koper Hinata yang ada di tengah jalan lalu memberikannya pada Hinata.

"Maaf. Aku tadi yang menabrakmu." kata lelaki pirang itu.

"Koperkuu.." Hinata menangis melihat keadaan kopernya yang hancur.

"Ini! Ini pasti cukup untuk membeli pakaian baru.", kata lelaki pirang itu. Dia menyerahkan sejumlah uang ke tangan Hinata.

Hinata menatap uang itu dengan marah dan meremasnya. Hinata membuka koper itu dan mengeluarkan sebuah laptop yang sudah hancur tidak berbentuk lagi. Lelaki pirang itu terkejut.

"Kau pikir uang segitu cukup untuk mengganti laptopku?! Dan kau lihat ponselku itu?" Hinata menunjuk ponselnya yang hancur di tengah jalan.

"Brengsek! Kau harus mengganti semuanya!!", teriak Hinata penuh kemarahan.

"Maaf. Aku akan menggantinya nanti." lelaki pirang itu tampak merasa bersalah.

Hinata mendelik marah sesaat mendengar ucapan lelaki pirang itu. Lalu kembali mencari-cari sesuatu di koper rusak itu.

"Gyaaa! Pekerjaankuu.." Hinata kembali menangis. Dia memegang flashdisk yang sudah patah ditangannya.

Orang-orang yang berlalu lalang menoleh dan saling berbisik melihat seorang gadis manis berambut panjang tengah menangis di depan lelaki pirang. Pasti lelaki pirang itu berbuat jahat padanya, kasihan gadis itu. Begitulah bisikan yang terdengar oleh lelaki pirang itu yang membuatnya benar-benar malu. Lelali pirang itu mendelik marah pada orang-orang yang balas menatapnya dengan cemoohan, Lelaki pirang itu menghela nafas kesal lalu jongkok di depan Hinata yang masih menangis.

"Sshh.. Aku mohon hentikan tangismu Nona. Aku bersumpah akan mengganti semuanya. Tapi aku mohon berhentilah menangis." lelaki pirang itu menyatukan telapak tangannya di depan dada dan memohon. Hinata menatap lelaki pirang di depannya dengan wajah basah oleh air mata.

"Kau punya komputer kan?", tanya Hinata.

"Ya. Tentu saja." jawab lelaki itu. Hinata lalu tersenyum.

Dan di sinilah mereka berdua. Hinata dan lelaki pirang yang baru ditemuinya bersembunyi di depan pagar halaman sebuah rumah.

"Rumah siapa ini? Dan kenapa kita bersembunyi?", tanya Hinata heran.

" Ssst.. Pelankan suaramu. Ini rumahku." Lelaki pirang itu melirik ke dalam di antara pagar besi.

"Tampaknya sudah aman. Ayo masuk." Lelaki pirang itu membuka pintu pagar lalu mengajak Hinata masuk ke rumah bercat orens itu.

Mereka melewati ruang tamu yang berantakan dan penuh baju berserakan lalu masuk ke ruang kerja. Sebuah laptop terlihat di atas sebuah meja kerja besar yang menghadap ke jendela besar yang memperlihatkan taman halaman depan. Juga terdapat lemari penuh map dan rak buku besar penuh dengan buku-buku tebal. Hinata segera duduk di kursi di belakang meja kerja itu.

"Bisa kau pinjamkan ponselmu?" Hinata menengadahkan tangannya ke depan lelaki pirang itu. Lelaki itu menyerahkan ponselnya tanpa bisa protes.

"Karin?! Bisa tolong kirimkan semua data tentang proyek di Konoha? Iya. Secepatnya oke? Iya-iya! Cepat ya.. Trims." Hinata menutup telponnya lalu menoleh ke lelaki pirang yang sedang bersandar di pintu.

"Hey. Aku pinjam komputermu." ucap Hinata.

"Ck. Namaku bukan Hey, tapi Naruto Namikaze. Panggil aku Naruto." kata lelaki pirang itu kesal.

"Maaf Naruto-kun." jawab Hinata sinis.

"Terserah. Oya. Jangan buka file-file milikku oke?!", ucapnya.

"Cih! Paling isinya hanya video mesum. Aku tidak tertarik. Lagi pula aku harus membuat ulang bahan presentasiku untuk lusa dari awal lagi. Berkat kau yang sudah menghancurkan pekerjaanku." ucap Hinata sinis.

"Iya-iya. Aku kan sudah minta maaf." Naruto lalu meninggalkan ruang kerja itu.

Hinata mulai bekerja setelah menerima email data dari Karin, sekretaris Uchiha Sasuke, bossnya yang di sukai Hinata sejak dia masuk pertama kali dulu di perusahaan keluarga Uchiha. Saat itu Sasuke masih menjabat sebagai kepala bagian pemasaran, tempat Hinata pertama kali di tempatkan. Dan kini Hinata dikirim ke Kota Konoha untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan keluarga Haruno, sekaligus mempersiapkan rencana pembukaan cabang perusahaan Uchiha yang baru di Konoha.

Karena bekerja didasari rasa cintanya pada bosnya yang tampan itulah

Hinata selalu bekerja dengan giat sampai lupa waktu. Hinata dengan cepat meroket posisinya, dari seorang pegawai biasa hingga jadi asisten pribadi Sasuke. Seperti saat ini, dia membuat kembali draft presentasinya dan baru berhenti saat pekerjaannya benar-benar selesai.

"Hwaah..Capek sekali." Hinata merentangkan tangannya dan tubuhnya yang terasa pegal-pegal.

"Wow. Sudah pagi? Cepat sekali waktu berlalu", kata Hinata heran tidak sadar kalau dirinya yang terlalu tenggelam dalam pekerjaannya.

Hinata berjalan di halaman rumah Naruto yang ternyata mempunyai taman bunga yang asri. Hinata melakukan sedkit gerakan-gerakan senam untuk mengurangi rasa pegal ditubuhnya sambil melihat lalulintas di jalan raya di depan rumah Naruto.

Pada saat itulah mata Hinata melihat seorang perempuan cantik berambut pirang berdiri di seberang jalan. Wanita itu menatap tajam ke arah Hinata. Lalu tanpa melihat kiri kanan wanita itu menyeberang jalan yang sangat ramai itu. Hinata mendelik kaget saat melihat sebuah mobil melaju kencang ke arah wanita itu. Suara rem dan klakson mobil seakan tidak terdengar oleh wanita itu dan dia terus melangkah ke arah Hinata. Hinata berlari cepat menyongsong wanita itu lalu menarik wanita itu sekuat tenaga ke pelukannya.

"Bruak!"

Mereka berdua jatuh di trotoar tepi jalan dengan posisi Hinata ditindih wanita itu.

"Hey! Apa yang kau lakukan?! Kau mau membunuhku?!"

Wanita itu bangkit sambil marah-marah pada Hinata. Hinata tersenyum lega mengetahui wanita cantik itu baik-baik saja.

"Kenapa kau tertawa!? Kau mengejekku?!"

Wanitu terlihat makin marah. Hinata hanya menatap wajah wanita itu. Lalu kenapa tiba-tiba semuanya terlihat gelap. Bukankah hari sudah pagi? Pikir Hinata.

Hinata membuka matanya. Melihat sekeliling ruang yang seperti ya sebuah kamar tidur asing. Hinata langsung bangun.

"Oh. Hinata. Kau sudah bangun rupanya." Wanita cantik berambut pirang muncul dari pintu dan langsung menghampiri ranjang Hinata. Itu adalah wanita pirang galak yang menyeberang jalan dengan sembarangan itu. Hinata spontan mendekap selimut di dadanya dengan sikap waspada.

"Jangan begitu. Kau membuatku tidak enak karena sudah menakutimu dengan memarahimu. Trimakasih kau sudah menyelamatkanku tadi." Wanita cantik itu membelai pundak Hinata lembut.

"Maaf, aku pikir kau ini salah satu wanita brengsek yang dikencani cucuku." kata wanita pirang itu.

Hinata mengerjapkan matanya bingung mendengar ucapan wanita pirang itu.

"Cucumu?" tanya Hinata menatap wanita cantik di depannya. Dia kelihatan masih muda, tapi sudah punya cucu?

"Aku adalah neneknya Naruto." ucapan wanita pirang itu hampir membuat Hinata tersedak.

"Ti-tidak mungkin.." ucap Hinata tergagap.

"Oh. Sudahlah. Mereka bilang aku memang awet muda, tapi biasa saja kan?" kata wanita eh nenek pirang itu.

Nenek ini bercanda, batin Hinata. Naruto saja sudah sebesar itu dan neneknya masih sangat cantik. Bagaimana nenek ini tidak sadar dengan keadaan dirinya? Hinata menggeleng tidak percaya.

"Aku tidak tahu kalau kau adalah calon istri Naruto, maaf ya.."

Hinata terkejut mendengar ucapan Nenek cantik di depannya. Baru saja Hinata mau membuka mulutnya untuk protes, tapi dia melihat Naruto menyatukan telapak tangannya, memohon sambil mengangguk, memberi isyarat dan minta Hinata untuk mengiyakan Neneknya.

"I-iya Nek." dengan perasaan bersalah dihatinya Hinata menuruti Naruto. Wanita itu tersenyum saat mengamati Hinata.

"Kau cantik dan keibuan. Nenek sangat setuju Naruto memilihmu." Nenek cantik itu membelai wajah Hinata.

"Trimakasih Nek." Hinata semakin merasa bersalah. Ingatkan dia untuk menghajar Naruto dengan jurus kaiten yang diajarkan kakaknya Neji setelah ini.

"Sekarang Nenek masak dulu. Kau lapar kan?", tanya Nenek cantik itu.

Hinata sangat malu saat perutnya berbunyi nyaring seakan menjawab pertanyaan Neneknya Naruto itu. Nenek itu tersenyum sementara Naruto tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Hinata mendelik kesal pada lelaki pirang itu. Begitu Nenek itu keluar menuju dapur, Hinata turun dari ranjang dan langsung menghampiri Naruto. Gadis itu menarik kerah kemeja Naruto hingga pemuda pirang itu menunduk.

"Kenapa kau menyuruhku membohongi Nenekmu sendiri?! Dan.. Darimana kau tahu namaku?! Kau menggeledah tasku?!" ucap Hinata marah, tapi dia menahan suaranya agar tidak terdengar nenek cantik itu.

"Maaf. Aku terpaksa.. Akan sangat aneh jika aku tidak tahu nama calon istriku sendiri. Jadi aku mohon padamu teruslah beracting jadi calon istriku. Aku tidak pernah melihat Nenek bahagia seperti tadi sejak kepindahan ayah dan ibuku ke ibukota. Nenek selalu saja marah dan sedih karena ayah memilih perusahaannya daripada menjadi direktur rumah sakit keluarga kami." terang Naruto.

"Aku mohon mau yaa? Pleeease.." pinta Naruto sekali lagi.

"Aku akan membiarkanmu tinggal di sini secara gratis selama yang kau mau. Aku mohon Hinata." Naruto terus memohon. Hinata menghela nafas pasrah.

"Baiklah." kata gadis berambut panjang itu.

.....

Tangan kekar Naruto melucuti pakaian yang ada di tubuh wanita cantik berambut pirang panjang itu sambil mencium bibir wanita itu. Tubuh seksi wanita yang berkulit putih mulus itu segera terekspos hampir seluruhnya.

Tangan-tangan Naruto menggerayangi tubuh mulus itu, membelai punggung, pinggang dan meremas bokong seksi berbalut celana berwarna krem yang hanya menutupi sebagian kecil bokong sintal itu. Naruto mendorong tubuh telanjang wanita itu ke sofa dan menindihnya.

Mereka terus berciuman sementara tangan Naruto meremas sebelah payudara besar wanita cantik itu hingga wanita itu mendesah. Suara desahannya terdengar mesum. Hinata tanpa sengaja menjatuhkan tas-tas berisi baju yang barusan dia beli saat melihat pemandangan hot itu saat dia membuka pintu ruang tamu rumah Naruto.

"Ma-maaf.." Hinata langsung berbalik dan lari dari tempat itu secepat mungkin.

Hinata tiba di sebuah taman yang tidak dikenalnya. Hinata duduk di bangku taman. Dia menghela nafas saat sadar dia tidak membawa apa pun saat melarikan diri dari rumah Naruto, baik dompet maupun ponsel.

Satu jam kemudian Hinata kembali ke rumah Naruto. Perlahan dia membuka pintu rumah dengan hati-hati, takut melihat adegan tidak senonoh lagi. Tapi ruang tamu terlihat sepi.

"Masuklah."

Suara Naruto mengagetkan Hinata. Hinata segera masuk dan melihat Naruto duduk di ruang makan. Tas dan belanjaan Hinata tergeletak di atas meja makan. Hinata mengambil tas dan belanjaannya.

"Maafkan aku. Aku tadi kaget sekali soalnya." gadis berambut panjang itu minta maaf.

Wajah manis Hinata tampak merah padam, malu. Bagaimana tidak? Itu adalah pertama kali Hinata melihat adegan seks seperti itu secara langsung. Melihat adegan di film saja Hinata masih berdebar apalagi melihatnya di depan matanya seperti tadi. Hinata sampai keringatan hanya mengingatnya saja.

Keluarga Hyuga yang merupakan keluarga terhormat selalu mengajarkan padanya tentang etika dan kesopanan yang sangat ketat. Hal-hal seperti seks sudah tentu merupakan salah satu hal yang diatur sangat ketat. Seks adalah hal pribadi, bahkan bicara tentang seks pun harus di tempat privat, apalagi melakukannya.

"Sudahlah. Lagi pula Shion tidak akan mau menemuiku lagi. Tadi nenek sudah menghajarnya karena menyangka Shion telah menggodaku untuk selingkuh darimu. Aku rasa Nenek sangat menyukaimu." kata Naruto.

"Maaf.." Hinata menunduk, tidak berani melihat wajah Naruto.

Naruto menatap wajah Hinata yang merah padam. Sesaat dia heran lalu dia segera menyadari sesuatu. Naruto menyeringai.

"Kau baru pertama kali melihat orang bercumbu yaa?" godanya.

Hinata mendelik mendengar pertanyaan Naruto itu.

"Atau jangan-jangan kau ini belum pernah pacaran dan masih perawan?" Naruto terkejut melihat wajah Hinata yang makin merah. Bahkan kini warna merah itu sampai ke telinga gadis manis berambut panjang itu.

Tiba-tiba Naruto berdebar. Hinata yang malu-malu itu terlihat sangat cantik di matanya. Tanpa sadar Naruto berjalan menghampiri Hinata.

"Apa mungkin kau juga belum pernah berciuman? " Naruto tersentak saat melihat wajah Hinata yang tiba-tiba mendongak menatapnya.

Mata besar beriris ungu itu mengerjap indah. Wajahnya yang merah terlihat sangat cantik, dengan bibir merah bagaikan cerry yang sangat menggoda untuk dicicipi. Tanpa sadar Naruto meraih wajah Hinata lalu mencium bibir gadis itu.

Hinata terpaku merasakan hisapan dan lumatan lembut Naruto di bibirnya. Dadanya berdebar kencang dan tubuhnya merasakan desiran aneh sekaligus menyenangkan seperti listrik statis. Untuk beberapa saat Hinata terhanyut dalam ciuman Naruto lalu kemudian gadis itu sadar.

Apa yang dia lakukan?! Kenapa dia membiarkan orang yang baru saja ditemuinya menciumnya?! Hinata yang baru saja menyadari kebodohannya segera mendorong tubuh atletis Naruto menjauh.

"A-apa yang kau lakukan?!" Hinata menatap lelaki pirang di depannya dengan nafas tersengal, wajahnya yang merah merah berkeringat dan tubuh mungilnya gemetar.

"Aku hanya menciummu saja kan?" jawab Naruto santai. Dia sangat heran dengan reaksi Hinata yang menurutnya berlebihan itu. Dan... Hey! Gadis itu menangis? Naruto langsung panik melihat air mata Hinata mulai bercucuran membasahi wajahnya.

"Kau lelaki Brengsek!!" Hinata menampar wajah Naruto.

"Aku memang belum pernah pacaran ataupun berciuman. Lalu apa kau bisa menghinaku dan melecehkanku seperti ini?! Kau lelaki tidak bermoral! Brengsek!!" jerit Hinata sambil berderai air mata.

Hinata berlari masuk ke kamarnya. Gadis itu menangis sedih. Naruto telah mencuri ciuman pertamanya, padahal lelaki tidak punya perasaan apa pun padanya. Apakah Naruto hanya melakukannya untuk sekedar iseng saja? Hinata merasa sangat terhina. Hinata terus menangis hingga tertidur.

avataravatar
Next chapter