9 BAGIAN 9

Kini Axel dan juga Damian sedang melakukan pengamatan di depan rumah Alice. Sudah 46 menit lamanya mereka menunggu didalam mobil namun tak kunjung mendapat pergerakan apapun.

Ya, kali ini Axel turut menyeret Damian kedalam masalahnya karena Damian lebih mengerti soal perempuan dibanding dirinya.

Huft.

Helaan nafas Damian terdengar lelah. "Mau sampai kapan kita berada disini?" Tanya Damian mulai bosan.

"Sampai aku tahu jika Alice tidak membohongiku, sabarlah sebentar" jawab Axel

"Kita sudah menunggu disini lama sekali dan ini sudah larut malam. Bisa saja kan Alice sudah tidur dirumahnya?" Damian menyahuti.

"Tidak. Alice tidak mungkin langsung tidur sepulang kerja. Dia pasti akan menonton film atau melakukan aktivitas lainnya dulu sebelum tidur"

Terlihat dari jauh lampu dirumah itu padam. Selang beberapa menit, wanita dengan rok span keluar dari pagar. Rambut panjangnya terurai hingga menutupi bahunya yang terbuka, ia mengenakan sepatu tinggi, ditambah lagi dengan tas kulit membuatnya tampil sangat modis.

"Oh sial! Dia yang namanya Alice?" Tanya Damian melongo, terkejut melihat penampilan Alice.

Axel mengangguk. "Cantikkan?"

"Kau yakin tidak salah orang?" Damian masih tidak percaya

Meski pertemanan kedua orang ini sudah lama, mereka jarang sekali memperkenalkan wanita mereka satu sama lain kecuali Damian. Kisah cinta Damian selalu tersorot oleh orang orang sehingga banyak yang membicarakannya dan pembicaraan itu sampai ke telinga Axel dan juga Roey. Aneth adalah satu satunya wanita yang diperkenalkan secara resmi oleh Damian.

"Aku seperti pernah melihatnya. Apa dia seorang penari panggung atau semacamnya?" Tanya Damian lagi

"Tidak bodoh. Dia bekerja di salah satu stasiun TV" sahut Axel

Damian menyeritkan dahinya, "Aneh. . . . Aku merasa pernah melihatnya. . . . Tapi aku lupa dimana"

Tiba tiba saja, dari kejauhan sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan Alice berdiri. Alice pun sekilas nampak tersenyum menyambut pemilik mobil itu. Tak lama kemudian, mereka pergi.

Perlahan Axel pun turut mengemudikan mobilnya, mengekor di belakang. Untungnya saja ia sedang memakai mobil Damian sehingga Alice tidak akan mengenali mobil ini. Kaca mobilnya pun sangat gelap, siapapun tidak akan bisa melihat dari luar.

Beberapa saat selanjutnya mobil mereka berhenti disebuah restaurant mewah yang kebetulan restaurant itu sedang di sewa oleh seseorang untuk mengadakan acara tertentu. Buruknya, hanya beberapa orang yang diundang yang diperbolehkan masuk kedalam.

"Sial" umpat Axel.

"Bagaimana jika kita pulang saja Xel?" Pinta Damian

Dengan rasa kecewa Axel mengiyakan perkataan Damian. Alasan kenapa mereka berbuat sampai mengikuti Alice karena kemungkinan besar Alice berbohong lagi pada Axel. Beberapa saat yang lalu Axel menelfon Juliant yang notabenenya adalah partner kerja Alice di kantor. Juliant bilang ia dan Alice tidak ada pertemuan dengan siapapun hari ini. Pertemuan dengan client pun juga ada jam nya. Perusahaan mereka hanya memperbolehkan di jam 10 pagi hingga 6 sore.

"Kau tidak usah khawatir. Mungkin hari ini kita kehilangan jejak Alice. Tapi kita ada waktu untuk kembali dihari esok" ucap Damian menenangkan Axel

Sesaat keduanya diam didalam mobil dan hanya ada suara radio yang sengaja di nyalakan oleh Damian beberapa menit yang lalu agar suasana tidak terlalu canggung.

"Kau tau apa yang paling menyakitkan Dam?" Tanya Axel.

Damian hanya menoleh kearahnya. Memperhatikan Axel yang masih menatap lurus kearah jalan.

"Kau menaruh sesuatu harapan, kepercayaan, kesetiaan dan juga cinta pada orang yang belum tentu mau memberikan hal sama padamu" sahut Axel

"Aku memang tidak mau membenarkan hal ini. Hanya saja feeling ku mengatakan bahwa Alice sedang mengkhianatiku. .  Bagaimana menurutmu?" Lanjut Axel

Damian mengangkat bahunya. Dalam hal seperti ini ia tidak boleh asal mengatakan apapun kan? Damian hanya perlu mendengarkan tanpa harus berkomentar.

* * * * *

Malam ini adalah malam yang sangat spektakuler. Acara pesta pernikahan seorang pengusaha terkenal yang mengundang banyak orang. Mereka bersenang senang dan menghabiskan waktu mereka disini.

"Selamat menikah" kata Damian yang merupakan salah satu orang yang diundang.

"Terima kasih. Nikmatilah pesta kami dan jangan pulang sebelum kau bersenang senang" kata pria yang menggandeng seorang wanita yang merupakan peran utama acara tersebut.

"Baik tuan, terima kasih" ujar Damian melenggang pergi mengambil air lemon sekedar membasahi tenggorokannya.

Semakin malam pesta semakin liar. Kerumunan orang menjadi lebih banyak dalam hitungan menit.

Sejak kejadian Alice beberapa minggu yang lalu, Axel jarang menghubungi Alice lagi. Perempuan itu pun juga sebaliknya. Padahal ini hampir 3 minggu lamanya. Keluh kesah Axel selalu dilimpahkan pada Damian sehingga pria itu sedikit lebih stress karena Axel selalu menempel padanya. Untungnya malam ini Damian bisa menyegarkan otaknya dengan berpesta semalaman.

"Hai Mariane, kau cantik sekali hari ini" sahut Damian pada wanita di depannya. Wanita yang di panggil dengan sebutan Mariane itu pun menoleh dan tersenyum.

"Oh hai Damian... sudah lama kita tidak bertemu hahaha. Bagaimana kabar adikmu?"

Damian mengerucutkan bibirnya seperti anak anak. "Padahal kita jarang bertemu. Tapi kenapa kau malah menanyakan kabar adikku? Kau jahat sekali" balas Damian

Mariane hanya terkekeh. "Adikmu itu satu satunya temanku yang tidak pernah memberitahukan apapun padaku. Kudengar dia baru mengalami kecelakaan di depan gedung bioskop kan?"

"Ya. Dia menabrak trotoar. Aku jadi mempertanyakan soal surat ijin mengemudi yang ia punyai" sindir Damian.

Keduanya terkekeh. Damian itu orangnya sangat supel. Dengan siapapun ia pasti akan langsung akrab. Salah satunya dengan Mariane ini. Mariane adalah teman sekolah adik sepupunya dulu.

"Apa kau kenal dengan pasangan ini?" Tanya Damian

"Ya, mempelai wanitanya adalah temanku" jawab Mariane.

Damian langsung melotot. Bola matanya bahkan terlihat hampir keluar. "Benarkah?" Tanya Damian yang di balas anggukan olehnya.

"Tapi perbedaan umur mereka sangat jauh.. mempelai prianya sudah berumur 30 sepertiku. Kau yakin dia menikahi gadis dibawah umur sepertimu?" Sahut Damian

Mariane hanya membalas dengan senyuman. "Mau terpaut berapapun jarak umurnya, jika Tuhan mengatakan dia jodohmu maka terjadilah"

"Lagi pula aku kan sudah 20 tahun" bisik Mariane lagi.

Damian tak berkutik. Mau bagaimanapun juga yang dikatakan Mariane benar. Ia pikir jika pernikahan yang punya jarak yang jauh hanya dimiliki oleh kedua orang tuanya, ayah Damian (55) dan ibu (47).

"Oh iya. Mau kukenalkan dengan temanku yang lain?" Sahut Mariane

"Tentu" balas Damian kemudian mengekor dibelakang gadis itu.

Segerombolan wanita cantik dan pria yang berkelas kumpul menjadi satu. Sepertinya beberapa orang dari mereka membawa pasangannya masing masing.

"Hei teman teman... kenalkan dia Damian, kakak temanku" ucap Mariane pada yang lain. Terlihat mereka juga begitu welcome dengan kehadiran Damian.

Awalnya Damian hanya senyum senyum tidak jelas. Dirinya harus menahan karena ia sudah mempunyai pasangan sendiri yaitu Aneth. Tak disangka ada satu orang yang menyita perhatiannya. Mariane pun sudah paham dengan sendirinya, jadi ia perkenalkan Damian dengan satu persatu orang yang ada dihadapannya hingga ia berhenti di orang terakhir yang ia kenalkan.

"Kenalkan dia Alice, dan ini calon suaminya" kata Mariane memperkenalkan orang itu.

"Hai, aku Alice dan ini Robert" katanya

"aku Damian"

Rasa canggung, terkejut, kesal, tercampur aduk menjadi satu. 

'Dia Alice-nya Axel kan? Tapi kenapa malah pria yang dikenalkan sebagai calon suaminya malah Robert bukannya Axel?' Pikir Damian keras.

avataravatar
Next chapter