1 Prolog

Disaat matahari bersinar dengan terangnya. Ditengah hamparan sawah yang luas. Di bawah naungan sebuah pondok kecil di tengah sawah, si kecil Setya Maulana, duduk sambil melihat ke arah sawah di depannya. Angin yang berhembus menggoyangkan tanaman padi di sekitar terkadang juga menerpa tubuh mungilnya. Di depannya ada adalah seorang lelaki yang merupakan seorang yang selalu dia panggil bapak. Di dekat tempat setya duduk di dalam pondok ada sebuah rantang makanan yang nantinya isinya akan dimakan mereka bersama. Ada juga sebuah termos yang sepertinya berisi minuman.

Bapak sudah sibuk untuk beberapa saat dengan pekerjaannya dan sekarang dia mulai naik ke atas menuju pondok.

"Udah lama nunggunya, dek?" Bapak bertanya kepada Setya.

"Enggak kok pak, Setya baru aja nyampe sini." Setya menjawab dengan sopan.

Bapak tersenyum lalu mengelus pundak Setya.

"Yaudah, gimana kalo kita makan dulu? Kasian ibu loh, ntar makanannya gak dimakan dia bakal nangis" Ucap bapak sambil mengelus pundak Setya.

"Hahaha, iya pak baik" Setya sedikit terhibur

Rantang makanan di buka satu persatu. Di dalamnya ada nasi yang masih panas dan yang lainnya ada ikan hasil mereka memancing kemarin yang di goreng sebagai lauk, ada juga di wadah yang lain tampak masakan yang terdiri dari sayuran.

Setya dan Bapak makan makanan yang dimasak ibu bersama.

••••

Setelah selesai makan.

"Ah... Bapak kenyang." Bapak mengelus perutnya, bersandar di salah satu pilar penyangga pondok.

"Ini pak, bapak gak haus habis makan?" Setya menyerahkan segelas air putih ke Bapak.

"Ah, iya dek, makasih." Bapak menerima dengan senang hati lalu meminumnya.

"Allaaaahu akbar allaaaahu akbar"

Beberapa saat setelah Bapak minum air di gelas yang dia pegang, suara azan berkumandang, suaranya terdengar lemah. Mungkin karena letaknya yang agak jauh dari tempat mereka berada.

"Nah, tuh udah azan! Adek cepet pulang terus ke mushola buat sholat zuhur berjamaah, terus ngaji. Bapak harus beres beres disini dulu baru bisa pulang. Ntar bapak nyusul habis mandi." Ucap Bapak.

"Iya pak, adek pulang dulu yah." Setya pamit mematuhi perkataan orang tuanya.

••••

Di sebuah rumah. Seorang wanita sedang menyapu bagian teras. Dengan sebuah sapu di tangan kanannya dan sebuah sekop di tangan kirinya.

Wanita yang sebelumnya sedang menyapu itu mengalihkan perhatiannya. Dia melihat ke suatu arah, melihat orang yang sangat dia kenal menuju tempat dia berada saat ini. Matanya mungkin sedikit rabun, namun dia kenal dengan orang yang dia lihat, seorang anak yang masih muda membawa sebuah rantang dan termos di kedua tangannya.

"Udah pulang dek? Bapak dimana?" Wanita melihat ke arah anak tersebut yang tidak lain adalah Setya.

"Iya bu, Bapak harus beres beres sawah dulu katanya, terus baru bisa pulang." Ucap Setya, meletakkan barang yang dia bawa di teras lalu duduk sejenak untuk beristirahat.

Rumah yang di tempati oleh Setya mungkin sudah berumur dan agak ketinggalan zaman. Namun ini masihlah tetap rumah yang layak untuk di tinggali.

"Gitu yah, yaudah kalo gitu kamu buruan mandi terus pergi ke mushola yah, ngaji juga penting loh, biar kamu bisa doain ibu sama bapak biar tenang dunia akhirat." Ibu menyuruh Setya untuk mandi.

"Iya bu" Setya beranjak meninggalkan ibu dan masuk ke dalam rumah menuju kamar mandi.

••••

Selesai mandi Setya langsung pergi ke mushola untuk melaksanakan sholat zuhur berjamaah. Selesai sholat zuhur, akan ada pengajian rutin yang di ajar langsung oleh pak ustadz.

Ketika pengajian berlangsung, Setya menyimak penjelasan yang diberikan pak ustadz dengan seksama, ada juga beberapa warga yang ikut mengikuti pengajian.

"Ssts, Set, nanti sore kamu pergi ke lapangan lagi kan?" Seorang anak yang seumuran dengan Setya mengajaknya bicara.

Anak itu bernama Akmal, dia dan Setya pertama kali bertemu di lapangan saat bermain dan karena rumah dari masing masing dari mereka ternyata dekat mereka jadi akrab.

"Iya, nanti ajak teman teman yang lain juga. Tapi mending perhatiin penjelasan ustadz dulu. Sayang banget kalo ilmu yang dia kasih malah gak di ambil." Setya merespon memberi tahu akmal.

"Iya maaf yah." Akmal meminta maaf.

Setya hanya menganggukkan kepalanya memberi isyarat dia menerima permintaan maafnya lalu mulai fokus kembali mendengarkan, Akmal yang melihat juga akhirnya ikut fokus.

••••

Pengajian berlangsung hingga sholat asar tiba.

Para jamaah yang sebelumnya mengikuti pengajian keluar dari mushola untuk mengambil air wudhu lalu pergi sholat.

Selesai melaksanakan sholat asar berjamaah, para jamaah pulang ke rumah mereka masing masing.

"Yaudah yah set, nanti kita ketemu di lapangan." Akmal memberitahu Setya.

"Iya, nanti kita jumpa lagi di lapangan." Setya mengiyakan.

••••

Setya pulang kerumah selesai dari mushola untuk mengganti baju dan langsung pergi ke lapangan untuk bermain dengan teman temannya.

Setibanya Setya di lapangan, dia disambut dengan anak anak desa yang sedang bermain.

"Setya! Sini sini!" Akmal memanggil Setya dari kejauhan.

Setya pergi menghampiri Akmal dan dia melihat beberapa temannya yang lain sudah berkumpul disana juga.

Hampir seluruh anak anak yang ada di desa berkumpul disini untuk bermain, tak peduli mau dari keluarga apapun dia, semua setara. Karena itulah tempat ini menjadi ramai.

"Kalo gitu kita bakal main apa nih hari ini?" Akmal memberikan pertanyaan.

"Main apa aja deh, yang penting kita seneng." Jawab salah satu teman Setya yang lain.

"Yaudah deh, kalo gitu kita main bola aja gimana? Kita ajak anak anak yang lain juga buat tanding." Akmal mengusul.

""Ayok"" semuanya setuju dengan usul tersebut.

Masing masing dari mereka mulai mengajak anak anak di sekitar mereka untuk bermain bersama. Akhirnya dua bua tim terbentuk dengan Setya dan teman temannya masing masing beranggotakan lima orang pada setiap tim.

Setiap tim mulai beradu kehebatan. Suatu saat tim Setya mencetak gol namun suatu saat juga tim lawan yang mencetak poin gol. Tidak ada menang ataupun kalah, masing masing menghargai usahanya dengan yang lain, hanya sebuah tawa dan kesenangan dari anak anak yang bermain yang tampak.

"Allaaaahu akbar allaaaahu akbar"

Waktu berlalu tanpa terasa dan azan yang menandakan waktu magrib pun terdengar.

"Eh, udah azan magrib tuh, aku pulang yah." Ucap Setya kepada teman temannya.

Masing masing anak mulai meninggalkan lapangan, mengucapkan salam kepada teman mereka, lalu pulang kerumah masing masing.

Matahari sudah berada hampir sejajar dengan tanah di sisi barat.

Warna oranye mulai menyelimuti langit

Burung burung nokturnal mulai berkicau

Beterbangan di langit bagaikan debu

****

avataravatar
Next chapter