webnovel

Peran Pengganti

Jika itu cinta kenapa kalian saling meninggalkan???  Jika masa kita itu bukan cinta??? apakah pernah satu hari saja dalam pernikahan kita,  kau berpikir untuk mempertahankan aku, sampai akhir????

Kinara Pov

Tidak ada hari lain yang paling aku nantikan daripada hari ini,  setelah satu tahun pernikahan cinderella, mimpi upik abu yang akhirnya bertemu dengan pangeran berkuda putih,  akhirnya menemui puncak kebahagian.  Hari ini adalah hari yang paling akan aku kenang dalam hidupku. Dua buah garis merah dan 2 Februari adalah hal yang paling indah dalam hidupku aku mendapat dua kebahagiaan sebagai seorang wanita dan seorang ibu.  Aku berharap Mas Arka bahagia, meski kami sepakat menunda momongan karena masih ingin berpacaran dulu tapi rezeki tidak mungkin ditolak,  dihari jadi pernikahan kami buah cinta yang paling diberkahi akan hadir memperat tali cinta kami berdua.

Aku mendapat nomor antrian paling akhir sore ini di dokter praktek terbaik di kota,  rekomendasi Naima.  Kupikir nanti saja memberi tahu Mas Arka, hadiah ulang tahun berharga sebagai seorang istri, aku akan membuktikan aku layak menjadi pendamping hidupnya, semoga mertuaku bisa semakin melunakkan hati mereka terutama mama demi cucu yang akan terlahir dalam keluarga Pramodya, anak kami yang berharga.

Lorong ruang praktek ini nampak lengang, hanya beberapa pasangan duduk dengan wajah gembira bercengkrama tentang masa depan bayi mereka.  Kalau mas Arka disini pasti akan sempurna,  mendengar detak jantung pertama bayi kami. Meskipun perasaanku sejak pagi tadi gelisah entah karena sebab yang jelas.  Kebahagiaan ini terlalu besar untuk aku simpan sendiri.

"Selanjutnya Nyonya Tiara"

panggil seorang perawat keluar pintu ruang praktek diikuti sepasang...

Deggg!!!!

Jantungku terasa lolos sampai ke tanah,  aku bisa melihat dengan jelas wajah itu,  wajah pria yang teduh dan bersahaja sedang merangkul bahu seorang wanita dengan perut buncit sekitar 7 bulan. Wajah pasangan bahagia.  Hatiku seperti dipecahkan paksa.

Aku duduk di sudut hampir dekat dinding terhalangi sepasang suami istri yang bercengkrama. Tapi dari sudut ini aku bisa melihat jelas wajah seseorang,  mereka berlalu berjalan secara alami layaknya pasangan yang

berbahagia.

Tanganku bergetar,  aku melihat semuanya menjadi hitam putih,  waktuku seakan berhenti. Buru-buru kuambil ponselku memastikan sesuatu,  aku mungkin salah,  akh hanya salah dan tidak boleh berburuk sangka.

Kutekan angka 1 yang langsung terhubung dengan ponsel suamiku.  Kakiku serasa dipaku hanya bisa melihat pasangan itu melalui jendela akan masuk ke sebuah mobil.  Itu bukan mobil suamiku, kami baru saja mencicil mobil sederhana kemarin,  ada secercah harapan dihatiku yang menjerit.

"Ada apa Kinara??? "

" Assalamualaikum,  mas dimana sekarang??? " aku menahan getar suaraku saat melihat pria itu mengeluarkan ponsel hitam setelah menutup pintu penumpang.

" Waalaikumsalam, baru selesai meeting di luar,  Mas mau nyetir nanti lagi kita... "

"Mas pulang kan ehm.. malam ini?"

"Maaf, ada pertemuan dengan investor malam ini"

"Mas ingatkan hari apa hari ini??? "

" Mas janji mas akan ganti makan malam kita besok oke, ini demi masa depan Ki?

"Masa depan kita kan mas???" Kinara menahan isakan tertahan lidahnya terasa kelu saat mengucapkan kata itu "i love you...."

"Hmmm... mas pergi dulu ya"

Tuutt...

"Jangan..." isaknya lirih saat pria itu menutup pintu mobil dan meninggalkan area parkir.

"Ibu Kinara, silakan masuk"

++++

Kinara menatap kertas hasil usg-nya dengan perasaan bercampur,  kehidupan baru akan datang,  dan mungkin rumah tangganya akan bagaimana??

Sedari tadi ia menghubungi ponsel Almira, adik iparnya,  satu-satunya keluarga Arka selain Ayah Arka yang menerimanya sebagai istri dari Arka.  Tapi ponselnya selalu sibuk,  ia tidak tahu mesti kemana lagi bercerita,  bukankah keluarga adalah tempat penyelesaian masalah terbaik,  ia tidak mungkin berkeluh kesah pada kedua orang tua yang sudah meninggal,  bagaimana istirahat mereka bisa tenang disana.

Kinara berhenti di sebuah rumah besar kediaman Pramodya,  inisial P berwarna emas tersemat di pintu teralis besi tinggi.  Kinara agak terkejut dengan orang ramai hilir mudik dengan tenda nuansa putih yang menghiasi depan rumah.  Ia tidak diberi tahu kalau ada acara besar hari ini, hatinya berdesir,  hari ini adalah hari spesialnya,  sebuah harapan muncul menguatkan langkahnya.  Ibu-ibu berbaju putih membawa rebana berkumpul,  ia semakin linglung dengan suasana yang ada disini dan dia berharap bukan itu.

Deggg!!!!

Ia melihat seluruh keluarga Pramodya berkumpul dan beberepa orang tua tidak dikenalnya memakai baju seragam putih bercengkrama bahagia.

Lidah Kinara bahkan tak sanggup untuk mengucapkan sepatah salam,  setiap langkahnya serasa melangkah di atas bara api penuh pecahan kaca,  seluruh tubuhnya terasa terbakar dan berdarah-darah.

"Aunty Kinala!!! " panggil bocah perempuan putri dari Almira memeluk tubuhnya "Kata mami aunty sibuk gak bisa datang,  Alya seneng banget aunty datang"

cengkrama bahagia itu tiba-tiba berhenti seluruh mata menatapnya terkejut  dan asing. Tidak ada yang memulai kata-kata.  Ia mendengar langkah itu tegap dan tegas menuruni tangga disampingnya.

"Kinara... " suara laki-laki itu familiar tapi begitu asing  ditelinganya.

" Apakah mas rapat investor hari ini??? dengan mereka semua???"

"Kinara dengar mas dulu... "

" Ya akan aku dengar mas... " entah kenapa ia bisa mengeluarkan nada begitu tenang dan dingin pada suaminya.

suamiku....

saat mengucapkan itu seolah ia mengunyah pasir dalam mulutnya.

"Arka langsung saja beritahu cepat,  acaranya segera dimulai" ujar wanita paruh baya itu pongah enggan menatap Kinara.

"Mbak pulang dulu aja,  nanti aja kita jelasin,  ada banyak orang, jangan mempermalukan Pramodya" sambung wanita dengan perut buncit itu menatapnya jengah

"Aku harus mendengarkan penjelasan suamiku sekarang juga" ujarnya menekan kata suami dan menatap sendu pada Arka

"Aku sudah menikah Ki... "

" Apa maksud kamu,  aku istri masih sah kamu mas!!! "

" Kinara dengar... "

" Pembohong kamu mas!!! Siapa wanita jahat itu!!!!"

"Jaga kata-kata kamu Kinara!!!!  sekarang dia ibu dari calon anak kami!!!

anak!!!!

Hatinya serasa dipukul godam berkali-kali begitu  ringannya suaminya menyebut anak yang bahkan enggan ia miliki bersama Kinara dengan alasan masih ingin berpacaran.

"Arka sayang...tolong..." suara lembut perempuan berdiri di puncak tangga tertatih dengan perut buncitnya

"Iya Nad... sebentar" ujar pria itu bergegas menghampiri wanitanya di atas

Nad.. Nadia... Nadianya Arka

Lehernya serasa digantung batu saat menoleh di puncak tangga wanita cantik yang tak mungkin ia tandingi sejak dulu.

Air matanya berguguran bergitu saja,  sejak dulu,  kenapa ia tidak menyadarinya bahwa Arka akan  selalu menjadi Arkanya Nadia.  Setelah 3 tahun bersama ia kira ia bisa pelan-pelan mengisi hati suaminya.

Mengobati hati seorang Arka yang patah ditinggal kekasihnya yang lebih memilih karier di luar negeri.  Ia sudah ikhlas bahwa Arka masih belajar mencintainya.  Selama 2 tahun berkenalan,  Arka bahkan tak pernah menatap wanita manapun setelah berpacaran Arka hanya menatapnya dan begitu lembut. Bahkan ia lebih memilih bertengkar hebat dengan mamanya dan memilih pergi  membina rumah tangga dengan Kinara. Tak ada yang berubah setelah menikah dan sejak 3 bulan yang lalu Kinara membujuk Arka untuk berdamai dengan Mama dan keluarganya. 

Kinara rela berbagi waktu Arka agar suaminya bisa kembali membangun hubungan baik dengan sang mama,  meskipun ia tidak bisa ikut ke rumah Pramodya.

"Kenapa??? Apa kesalahanku sampai mas menikah lagi???   bahkan pernikahan kita baru genap 2 tahun..."

"Kinara... "

"Tidak ada... Nadya kembali, dia sudah meminta maaf atas kesalahannya..."

"Lalu mas menerima permintaan maafnya dengan menikahinya! Luar biasa pemaaf sekali kamu mas... "

"Sudahlah kamu jangan berlebihan seperti itu,  suami kamu menikah lagi tidak ada salahnya,  kamu yang harus sadar diri,  kamu itu siapa!!! " ketus mertuanya

Akhirnya ia bisa melihat dengan jelas tatapan keluarga itu padanya,  begitu hina dan asing. Kinara begitu tercekat kenapa ia baru menyadari begitu terlambat.  Bahkan Almira wanita itu menatapnya seperti duri yang mengganggu.

"Mas... kenapa... bukankah kamu berjanji pada Ayah... kamu akan menjagaku,  kamu yang bilang aku satu-satunya Ratu yang di istana kita"

"Kinara... Nadia membutuhkanku... "

"Apa aku tidak membutuhkan suamiku lagi?? Lalu kata-katamu selama ini apakah hanya angan-angan kosong!!! aku sudah memberikan segalanya hidupku pengabdianku... bahkan aku berharap bisa menghembuskan nafas sampai akhir bersamamu... apakah itu hanya sampah bagimu, apakah cinta dan kasih sayangku hanya lelucon hina yang bisa kau mainkan bersama keluargamu untuk orang sepertiku dan ayahku..."

"Kinara jaga kata-katamu!!! jangan menghina keluargaku"

"Apakah amarah seorang istri yang dikhianati kepada suaminya,  kesakitan seorang wanita yang 'dicuri' kekasihnya,  kesedihan seorang anak yang ditipu oleh orang-orang yang sudah menjadi bagian  keluarganya adalah sebuah penghinaan bagi kalian??? " ujar Kinara begitu kesakitan mengeluarkan kata-katanya,  jangan berharap cinta,  bahkan ia tidak memiliki tempat berlindung untuk kekecewaannnya saat ini

"Benar keluargamu adalah keluarga yang terhormat, lalu apa artinya aku dan keluargaku,  keluarga kita yang baru bangun??? "

"Pulanglah dulu biar pak Amin yang anter kamu"

"Pulang kemana mas!!! dimana rumahku??? kamu adalah rumahku...jika rumahku tidak menginginkanku lagi,  kemana lagi harus pergi" ujar wanita itu terisak menarik perhatian orang-orang yang hadir "Aku mohon mas... ceraikan dia.... kamu begitu menyakitiku... mas tidak lagi seperti suamiku,  kekasih yang aku kenal,  dimana Mas Arka kembalikan dia padaku!!!" jerit pilu Kinara,  kepalanya seperti akan meledak menghadapi ini sendirian.

"Tidak bisa Kinara!!!  Jaga kata-katamu,  dia ibu dari anakku"

"Salah apa aku mas,  sampai hati kamu memperlakukan seperti ini?"

"Kamu sudah tak terkendali Kinara sebaiknya kamu pulang!!! "

"Apakah dunia sudah berubah??? dimana istri sah diusir dan seorang wanita perebut suami orang mesti dijaga hatinya!!!"

PLAKKK!!!

Tamparan keras mendarat diwajah Kinara, bibirnya langsung sobek mengalir darah!

Kinara terdiam,  pipinya memang terasa kebas dan bibirnya yang berdarah langsung bisa ia hapus dengan tangan,  tapi tidak sebanding dengan hatinya yang remuk redam.  Suaminya, demi membela cinta masa lalu dengan mudah rela menghancurkan hatinya.

"Kita bercerai Kinara!!! aku talak kamu detik ini juga!!! "

" Arka!!! " Bentak sang ayah mertua yang detik itu menjadi mantan mertua Kinara

"Saya mohon... tuan Rudi Pramodya yang terhormat... biarkan  tuan Arkaan Pramodya yang terhormat melanjutkan kata-katanya, melanjutkan kebahagiaannya di atas neraka istrinya"

"Nak...Kinara .... "

"Aku tahu kamu sudah berubah semenjak kamu sering pulang ke rumah ini,  tapi kupikir tak apa,  keluargamu adalah keluargaku juga, jika hubungan baik suamiku bisa utuh kembali itulah harapan terbaik yang kudoakan agar suamiku bahagia... dan seperti inilah perlakuan yang kudapatkan,  inilah akhir yang harus aku terima"

Kinara seperti memiliki kekuatan,  bayinya membutuhkannya, mereka tidak boleh melihatnya lemah

"Bagaimana aku bisa tertipu... " tatapnya tajam pada Almira "tega sekali kalian tertawa bahagia diatas penderitaan seorang perempuan, seorang istri... sebagai seorang perempuan,  istri dan seorang ibu bahkan kalian sendiri tidak menyadarinya"

"Selama ini kebaikan kalian... aku  begitu percayai, dibelakangku kalian.... "

"Kinara...."

"Mas dengarkan aku untuk terakhir kalinya.... aku mohon... Tuan Arkaan Pramodya yang terhormat... 

"Terimakasih sudah menjadikanku istri figuran,  sudah memberikan aku tokoh suami yang begitu 'setia' selama dua tahun ini... mungkin.... peranku sudah berakhir,  karena peran utama sudah kembali"

"Kirana... kita... "

"Nyatanya tidak pernah ada kita, tidak ada seorang Kinara hanya Nadia Anjani Atmaja"

"Bagus kalau nyadar" gumam dingin suara yang sangat ia kenali dari wanita suaminya.

"Semua orang disini jadi saksinya,  apapun yang terjadi padaku setelah aku pergi dari sini,  bukan lagi hak maupun tanggung jawab mu.  Satu-satunya tuntutanku yang harus kau tepati sampai mati."

"Kinara sampai kapanpun aku akan tetap membiayaimu sampai kau.... "

" Aku bukan pelacur!!!!  yang setelah puas bisa kau bayar,  jangan merasa seolah-olah bertanggung jawab,  jangan lagi... drama itu!!! aku tidak pernah menginginkan hartamu,  kehormatan dari nama keluargamu,  aku hanya mencintaimu,  sampai terakhir kau keluar ruangan dokter aku masih mempertahankan kepercayaanku padamu,  sampai saat ditelepon aku masih menghargaimu" Kinara menarik nafas lalu mengalihkan tatapannya pada Almira dan mantan ayah mertuanya "sampai menurunkan langkah ku di rumah Pramodya kupikir aku aku masih memiliki keluarga tempat aku mengadu...pulang...."

"Tapi semua itu palsu... "

Kinara tak peduli lagi dengan tatapan membunuh keluarga besar Pramodya dan tatapan kasihan tetamu yang sudah ramai berkumpul

"Ini doaku sebagai seorang perempuan, seorang istri yang ditinggalkan kepada kalian keluarga Pramodya yang terhormat..."  juga sebagai seorang ibu lanjut kirana dalam hati "Semoga kelak keluarga kalian hanya akan dikarunia anak-anak laki-laki saja,  agar tidak ada air mata kesedihan anak perempuan yang menerima akibat dosa dari perbuatan kalian"

Cuaca seperti mendukung kesedihan Kinara petir bersahutan langsung disambut hujan dan angin kencang.  Wanita itu mengangkat kepalanya menatap ke seluruh keluarga Pramodya,  Almira yang memegangi perutnya gemetar,  wanita suaminya yang sinis,  mantan ibu mertuanya yang dingin,  mantan ayah mertuanya yang tak berdaya, ia tak peduli.

"Ingat Kinara,  kamu tidak boleh datang menuntut apapun dari suamiku setelah kamu keluar dari rumah ini... kami sudah berbahagia... " ujar wanita itu menghentikan langkah Kinara yang sudah melangkah di depan pintu

"Begitupun sebaliknya,  tuan Arkaan Pramodya yang terhormat tidak berhak menuntut apapun dimasa depan,  tulis itu diatas perjanjian,  saya rasa pengacara keluarga Pramodya yang hadir mendengar hal ini"

"Tidak akan,  tidak akan pernah sama sekali.... "yakin wanita cantik itu angkuh

++++

Next chapter