32 dave.pov

"argh...!!!" pyar! bruk!

teriakku, kubanting botol beer yang tadinya kuminum, dan aku menjatuhkan badanku de ranjang dan menutup mataku, bagaimana bisa semuanya jadi kacau begini hanya karena ingatan itu?

barusan aku melakukan pertemuan dengan kolega-kolega bisnis di sebuah kapal pesiar, sesuatu yang sangat kuhindari. banyak kenangan buruk yang terjadi di kapal pesiar. diego tau itu, tapi kenapa dia tetap bersikeras menyuruhku datang ke tempat itu? apa dia sudah lupa betapa bencinya aku dengan hal itu?

kuhubungi diego dengan hp ku.

"sialan lo! lo tau gue gak bisa berada di tempat kaya gitu, tapi lo tetep nyuruh gue kesana, mau lo apa?!" seruku di telpon, aku marah dengannya. hening sesaat.

"sorry, gue cuma mau lo lupain hal itu aja" kata diego, ada nada bersalah disana, tentu saja harus ada, dia memang salah, sudah seharusnya dia minta maaf padaku. tapi aku masih enggan untuk memaafkan.

"kalo lo pengen gue lupa, seharusnya lo jangan buat gue dateng ke tempat kaya gitu! yang ada gue cuma makin inget sama cewek sialan itu!" makiku. terdengar helaan napas berat disana.

"lo gak bakal bisa lupain kalo terus menghindar gitu dave, lo harus hadepin hal itu, lo harus lawan...."

"lawan aja sendiri! hal kaya gitu gimana bisa gue lupain segitu mudahnya go, gue bukan lo, gue gak bisa lupain cewek itu semudah lo lupain cewek yang tidur ama lo, ngerti?!" potongku, kesal dengan perkataannya, dia pikir melupakan sesuatu itu semudah membalik telapak tangan?!

"iya, gue ngerti, gue tau gue salah"

"bagus kalo lo ngerti, jangan coba-coba lagi lakuin hal bodoh kaya gini, siapin penerbangan pulang buat gue sekarang" perintahku.

"bukannya masih ada satu pertemuan lagi disana dave?"

"bulshit sama pertemuan, kalo lo mau semua tetep lancar, lo kesini gantiin gue, gue gak mood lanjutin kerjaan hari ini gara-gara lo, inget, ini gara-gara lo" ujarku lalu menutup telpon, lebih baik aku memejamkan mataku meski hanya sesaat. aku butuh istirahat. ya tuhan, kumohon, biarkan aku melupakan hal-hal itu.

baru satu jam aku memejamkan mata, dan getaran hapeku membuatku terbangun dari tidurku yang sama sekali tidak nyenyak. dari diego, penerbanganku sudah siap, aku akan pulang sekarang.

aku meninggalkan hotel dan menuju bandara, menuju jet pribadi yang sudah disiapkan. dalam waktu kurang dari dua jam aku sudah sampai. dari pintu pesawat sudah dapat kulihat sosok diego dengan wajah bersalahnya. aku buru-buru turun, berjalan cepat ke arah diego dan....

bough! ku hantam wajah diego dengan tinjuku, dia tidak menghindar meskipun bisa, mengaduh saja tidak.

"kalo lo bukan sahabat gue, gue gak bakal cuma mukul lo" ujarku.

"iya, gue tau, dan kalo lo bukan sahabat gue, gue juga gak bakal tetep di sisi lo" kata diego lantas pergi menaiki pesawat yang baru saja kunaiki tadi. sialan, pada akhirnya aku tidak bisa terus menyalahkannya. memangnya siapa lagi yang akan tahan dengan sikapku dan benar-benar peduli padaku kalau bukan dia?

"silakan bos" kata salah seorang anak buahku sambil membuka pintu brlakang mobil untukku.

"siapin mobil lain, gue mau pergi ke suatu tempat dulu" kataku. dia mengangguk, dengan isyarat mata dia menyuruh bawahannya membawa mobil lain untukku.

"ini bos" aku mengambil kunci yang dibawakan anak buahku dan segera mengendarai mobilku tanpa tujuan yang jelas. ya, hanya berkendara tidak jelas, menghabiskan bensin, dan mencemari udara sekitar, pikiranku sedang kacau, semuanya campur aduk dan menjadi sesuatu yang samar dan tidak jelas. aku butuh sesuatu untuk merefresh otakku agar jernih kembali.

hingga beberapa jam sampai akhirnya aku menghentikan mobilku di hotel yang sudah kuserahkan pada clara. ya ampun.... kenapa juga aku menuju tempat ini? seperti tidak da tempat lain saja. yang ada aku hanya alan bertambah pusing mendengar komplain tentang pekerjaan clara. lebih baik aku pergi.

baru aku akan memutar balik mobilku, estelle keluar dari kantor dan memanggilku.

"bos!" seru estelle, dia setengah berlari. aku membuka jendela mobilku.

"kenapa?" tanyaku.

"ini tentang nona clara" kata estelle.

"kenapa sama dia? jangan bicarain masalah yang dia buat dulu buat hari ini" tanyaku.

"bukan itu, nona sepertinya sedang tidak enak badan, semalaman beliau belum tidur, dan tadi pagi nona sempat terjun ke kolam renang untuk menyelamatkan anak tenggelam. setelah itu saya mendengar nona menangis di kamarnya, lalu minta pulang ke vila" jelas estelle panjang lebar.

" trus apa masalahnya? dia sudah pulang, semua beres" tanyaku.

"bukan begitu, nona pulang sendirian lewat hutan pinus, beliau tidak mau di antar siapapun" jawab estelle.

dasar anak itu, padahal sudah kubilanng padanya untuk tudak keluar sendirian. tapi mengingat beberapa hari setelah kejadian itu tidak ada kejadian yang mencurigakan lagi, sepertinya tidak terlalu masalah jika dia pulang sendirian, lagi pula dia juga udah hafal jalan pulang.

"gak papa, biarin aja, sia hafal jalannya kok" jawabku santai.

"tapi nona sedang sakit, apa bos gak khawatir dengan keadaan nona?" tanya estelle. ya ampun, untuk apa aku menghawatirkannya? memangnya dia siapa hingga pantas membuatku merasa khawatir?

"sakitnya apa aja gak jelas gak perlu dikhawatirin, dia gak bakal...." aku terdiam saat melihat butiran air yang jatuh dari langit, dan beberapa detik berubah menjadi guyuran air yang lumayan deras hingga membuat estelle menjadi basah karena dia tidak berinisiatif untuk berteduh, dasr bodoh.

"hujan bos" ucap estelle.

"dasar bodoh. saya juga tau" balasku.

"nona tidak membawa payung bos" ucap estelle.

sialan, dasar merepotkan.

avataravatar
Next chapter