16 dave.pov

hah.... sudah lama aku tidak berenang di pagi hari, dingin, tapi menyenangkan. omong-omong dimana clara? aku tidak melihatnya sejak bangun tidur tadi. mungkin dia jalan-jalan ke hutan pinus seperti keinginannnya kemarin.

baru saja aku memikirkannya aku melihatnya muncul dengan pakaian olahraga yang penuh keringat.

"dari mana?" tanyaku.

"joging di hutan pinus sama ratih" jawab clara, dia melepas hoodienya, menyisakan kaos pendek hitam. lalu ia menggulung celana training nya dan menyelupkan kakinya ke kolam renang dan bersenandung pelan, aku melanjutkan kegiatanku.

"dave, kamu pake parfume apa sih?" tanyanya tiba-tiba. aku berenang mendekatinya.

"kenapa tanya-tanya parfum? kamu suka bau parfum ku?" tanyaku.

"enggak gitu, tebakanku kamu pake parfum klorofom ya?" kata clara, aku mengernyit.

"kenapa kamu mikir gitu" tanyaku.

"habis tadi malem aku bisa tidur cepet begitu kamu naik ke ranjang, kamu pake klorofom buat parfuman ya?" tanyanya lebih seperti menuduh. perempuan ini memang bodoh atau bagimana, mana mungkin aku memakai klorofom di tubuhku. aku melompat naik kepinggir kolam, duduk di sampingnya.

"pada dasarnya kamu emang pelor, gak usah nyalahin parfumku" kataku. terlihat sekali wajahnya berubah kesal.

"pelor-pelor, kamu tu pelor, bwek!" ledeknya dengan menjulurkan lidahnya. dia cukup imut sebenarnya, tapi bego nya tidak ada duanya.

"terserah" kataku lalu bangkit berdiri dan mengeringkan tubuhku dengan handuk yang sudah disiapkan.

"terserah-terserah, omong kaya gitu aja terus ampe bosan, mulutnya bilang terserah tapi tiap aku mau ngapain harus ijin sama kamu, dasar om om diktator!" omel clara, sumpah, kenapa anak ini selalu membuatku kesal? om? diktator? benar-benar tidak tau terimakasih, aku sudah cukup sabar untuk tidak segera menghabisinya.

aku berjalan ke arahnya, dia menatapku dengan pandangan menantang lalu berubah kaget saat aku mengangkat tubuhnya yang ringan.

"dave! apaan sih kamu?! turunin!" teriaknya, membuat telingaku sakit.

"mau aku turunin beneran?" tanyaku. clara mengangguk. lalu dengan ayunan kuat kulempar tubuh clara ke tengah kolam. byur!!!

"dave!!!" teriak clara panik sambil tangannya mencoba menggapai udara.

"gak usah manggil-manggil om-om diktator ini" ujarku.

"dave! tolongin aku! dave!" teriak clara.

"sebelum kamu minta maaf aku gak akan tolongin kamu" kataku.

"gak akan! aku....! aku gak salah! dave!" clara terlihat makin panik. yang benar saja, sebodoh-bodohnya orang yang tidak bisa berenang, tidak mungkin tenggelam di kolam yang kedalamannya hanya 2 meter itu.

"aku gak akan nolongin kamu" kataku lantas membalik badanku, siap meninggalkan kolam renang sampai tiba-tiba....

"dave....!!!" jeritan clara berhenti, aku juga tidak lagi melihat kepalanya yang muncul dan tenggelam, atau tangannya yang berusaha menggapai udara. sialan.

byur!!! aku melompat ke dalam kolam dan berenang dengan cepat ke arah clara yang seluruh tububnya berada di dalam air, segera kutarik tubuhnya dan membawanya ke tepi kolam. kubaringkan tubuhnya di pinggiran kolam. kutepuk-tepuk pipinya.

"woy bangun! jangan mati dulu bego!" teriakku, entah kenapa jantungku berdetak begitu cepat.

"cewek bego! gitu aja mati!" kuangkat tanganku, siap untuk menamparnya tapi... eh, apa ini? aku menatap clara yang kini sudah membuka matanya dan menunjukan tampang kesal, tangan kirinya menahan tanganku yang tadinya hendak menamparnya.

"dasar gak punya hati! mana ada orang yang nampar istrinya waktu mau mati! udah gitu ngatain bego lagi. cuma kamu aja kali ya?!" ujar clara. seketika jantungku yang tadinya berdetak cepat jadi tambah cepat lagi, tapi ada perasaan yang berbeda, baru saja clara menyulut kemarahanku.

"dari tadi kamu cuma pura-pura?" tanyaku dingin. tawa clara pecah.

"ya iyalah, kolam cetek segitu gak akan bisa buat aku tenggelam, aku kan bisa berenang..." ujar clara sambil bangkit duduk, dia terlihat senang. aku menatapnya tajam.

"seneng bisa ngerjain orang?"tanyaku lebih dingin lagi. aku tidak suka dipermainkan. raut wajah clara berubah seketika. ia menelan ludahnya ketakutan.

"aku.... aku.... aku gak bermaksud gitu.... aku cuma...."

"cuma apa? cuma mau buat orang lain marah? selamat, kamu berhasil" ujarku sinis. lalu aku beranjak pergi.

"dave!" panggil clara, dia mengejarku.

"dave, dengerin dulu...., dave!" aku membalik tubuhku dengan cepat saat clara menarik tanganku. dia cepat-cepat melepaskannya begitu melihat tampangku. aku menatapnya yang sedang menunduk.

"aku.... aku minta maaf udah ngerjain kamu, aku gak tau kamu bakal semarah ini" kata clara menyesal, tapi aku tidak ada keinginan untuk memaafkannya.

"aku gak terima permintaan maaf kamu" ujarku. clara menatapku sengan pandangan memelas.

"apa kalo aku berlutut kamu mau maafin aku?" tanya clara. ya ampun.... perempuan ini benar-benar rendahan.

"coba aja kamu lakuin, aku akan mikirin lagi mau maafin kamu atau gak kalo kamu lakuin itu" ujarku. clara menundukan wajahnya, lalu berlutut di depanku, menyenangkan sebenarnya bisa melihat orang berlutut dihadapanku, menandakan bahwa aku memang orang yang berkuasa atasnya. ya, clara milikku, tak butuh waktu lama untuk menguasainya, lebih mudah dari perkiraanku. mungkin dia memang benar-benar ingin mengabdikan dirinya menjadi istri yang baik seperti harapan papanya, menyedihkan.

"dave, aku minta maaf" kata clara tanpa berani menatapku.

"dasar menyedihkan" kataku.

"apa?" clara mendongak menatapku. tatapannya membuatku muak.

"udah tau salah masih berani liatin aku?" tanyaku sinis. clara kembali menunduk, ia mengepalkan tangannya, tubuhnya bergetar.

"dave, aku masih gak tau tujuan sebenarnya kamu nikahin aku, tapi tolong, jangan buat aku kesulitan jalanin peranku sebagai istri kamu"

ucap clara pelan, ia seperti menahan tangis.

aku mengangkat dagunya, membuatnya mendongak menatapku, matanya berkaca-kaca.

"aku gak pernah mempersulit kamu, kamu yang mempersulit diri kamu sendiri" kataku lalu melepaskannya dengan kasar.

"woi pengantin baru!" aku menoleh ke sumber suara, dapat kulihat tampang diego yang menyebalkan, dia berjalan ke arah ku dengan senyum lebar di wajahnya.

"cepet berdiri dan jangan nangis" ujarku, clara mengikuti perintahku, dia berdiri tapi tetap menunduk.

"ngapain lo kesini? bukannya harusnya lo gantiin tugas gue? masih pagi udah bolos apa mau gue potong gaji lo?" ujarku.

"jangan jahat gitu donk bro, gue kan cuma berkunjung bentar, mau tau kegiatan pagi pasangan baru ini, kak clara, apa kabar?" tanya diego dengan ceria, kak? yang benar saja.

aku menatap clara yang sudah mengangkat wajahnya.

"baik, btw.... kamu siapa ya? kok panggil aku kak?" clara menanggapi diego dengan senyum di wajahnya, dia benar-benar pintar merubah raut muka. aku harus memberi nilai plus untuk kemampuannya yang satu ini.

"aku diego, adik ipar kakak" jawab diego.

"adik ipar? setauku dave itu...."

"anak tunggal, mana sudi gue punya sodara kaya lo, minggat sana" usirku sambil menendang kaki diego.

"ya elah.... kasar amat lo dave, eh berhubung gue udah sampe sini dan belum sarapan, sayang kalo gue pergi gitu aja jadi.... gue ikut sarapan ya...."ujar diego.

"gak boleh, sarapan aja di kantor" timpalku.

"gue gak minta ijin lo, gue minta ijin kak clara, boleh ya kak...." pinta diego dengan berusaha memasang tampang imut ala-ala boy band korea yang menurutku jadi amit-amit saat dia yang melakukannya. clara tertawa.

"aku sih boleh-boleh aja tapi dave...."

"gue gak pernah peduli sama ijin lo dave, lo tau itu" potong diego, anak ini benar-benar menyebalkan.

"terserah, kehadiran lo gak ada pengaruhnya ke gue" kataku.

"malah bagus kalo gitu, jadi kalian bisa mesra-mesraan di depan gue tanpa sungkan" goda diego, mulutnya memang minta disumpal.

"mulut lo...."

"oh ya kak, kemarin kayanya si dave gak puas sama service ranjang kamu, jadi kamu harus lebih berusaha ya kak" ujar diego sambil berlalu dari hadapanku. mendengar itu wajah clara memerah. service apaan? yang benar saja? mana mungkin aku melakukannya dengan cewek bego seperti dia.

"omongannya gak usah di dengerin, buruan mandi, trus kita sarapan" kataku, clara hanya diam.

"rosa....!" seruku, tak butuh menunggu lama, rosa, pelayan yang paling kupercaya datang.

"bantu dia ngeringin badan" perintahku sambil memakai handuk kimonoku.

rosa segera mengambil handuk yang masih kering dan membantu clara mengeringkan badannya.

"aku mandi duluan" kataku.

"dave" panggil clara. aku menatapnya.

"maaf" katanya. wajahnya menunjukan rasa penyesalan.

"lupain aja kejadian tadi, anggep gak pernah ada" kataku lalu pergi, aku memang murah hati, dia harus berterima kasih karena itu.

avataravatar
Next chapter