17 clara.pov

suasana sarapan pagi ini jauh lebih hangat dari pada kemarin pagi. bagaimana tidak, diego, sahabat dave datang pagi-pagi dan mengisi meja makan dengan candaannya yang rada-rada garing, lebih baik sih dari pada aku hanya sarapan bersama dave karena dave tadi sempat marah padaku. oh ya, aku harus berterima kasih juga pada diego karena secara tidak langsung menyelamatkanku dari dave. mungkin aku tadi memang sudah keterlaluan sampai dave begitu marah. dia benar-benar menakutkan ketika marah, keharap ini menjadi kemarahan terparah dan terakhirnya padaku walaupun kurasa itu mustahil.

"bro, kak clara, aku ke kantor dulu, makasih buat sarapannya, tetap semangat kak" ujar diego sambil mengedipkan sebelah matanya padaku. aku langsung tau apa maksudnya dan itu sangat memalukan karena yang ia maksud adalah sesuatu yang sangat pribadi sebenarnya.

"ngaco terus omongan lo, pergi sana, kerja yang bener, awas kalo sampe gue denger ada masalah di kantor" ancam dave yang sepertinya tidak sungguhan.

"kaya gak tau gue aja lo bro, semua kerjaan bakal selesai dengan sempurna kalo gue yang ngerjain, dah.... selamat bersenang-senang pengantin baru" ujar diego dari dalam mobil lalu melesat pergi dari kediaman kami.

"dia ceria banget ya orangnya" kataku.

"dia bukan ceria, tapi gila" tanggap dave.

"gila-gila gitu sahabat kamu kan?" kataku.

dave tidak menjawab dan pergi begitu saja. sekarang aku harus apa? sepertinya aku tidak punya pilihan lain kcuali kembali ke kamar dan mengambil beberapa komikku, memangnya apa yang bisa kulakuakan selain itu?

aku keluar menuju taman bunga, kulihat beberapa pelayan sedang merawat bunga-bunga, mereka menyapaku begitu aku datang. aku duduk di salah satu bangku dan mulai membaca komik sambil mendengarkan musik lewat earphone. suasana disini memang benar-benar nyaman untuk melakukan berbagai macam kegiatan. tapi apa aku tidak akan bosan membaca komik setiap hari? dulu di rumah papa kegiatan pagi sampai soreku kebanyakan diisi dengan tidur karena ketika malam aku tidak tidur. kuharap disini aku bisa selalu tidur di malam hari dan menemukan kegiatan lain untuk mengisi waktuku di siang hari.

hari semakin siang dan sinar matahari mulai terasa menyengat. aku menutup komik dan melepas earphone ku lalu kembali ke dalam. ternyata suasana ketika siang hari begitu sepi, tidak seperti pagi hari, mungkin karena para pelayan telah menyelesaikan pekerjaanya. kalau sudah begini apa yang sebaiknya kulakukan?

aku masuk ke kamar untuk menyimpan komik-komikku. samar-samar kudengar alunan musik dari balkon. aku berjalan menuju balkon, disana kulihat dave sedang tidur di kursi santai. perlahan aku mendekatinya. dapat kulihat dadanya yang naik turun dengan teratur, mulutnya terkatup rapat, tidak tampak dngin seperti kalau dia terjaga.

"dave.... dave...." kukibaskan tanganku di depan wajahnya namun tak ada reaksi, benar-benar pulas sepertinya.

aku terua mengamati wajahnya yang sebenarnya sangat tampan. rambutnya hitam dan lumayan panjang untuk ukuran laki-laki, gais wajahnya tegas, dipadukan dengan alis tebal, hidung mancung dan bibir tipis, jika membuka matanya akan terlihat bola matanya yang berwarna coklat. mungkin dia blasteran, aku tidak terlalu tahu latar belakng keluarganya, yang aku tau orangtuanya berpisah saat dia masih kecil dan sekarang entah dimana. aku sekarang jadi tidak tau harus merasa bagaimana, kami berdua sama-sama mengalami masalah keluarga walaupun kasuanya berbeda, aku tidak bisa menilai nasibku lebih baik darinya atau lebih buruk, semua orang punya sudut pandang masing-masing.

tanpa sadar aku memainkan jari-jariku di wajahnya dan tiba-tiba dia mencekal tanganku erat, gawat, dia terbangun!

"ngapain kamu pegang-pegang aku? kalo gak pengen mati pergi sana" ucapnya dingin, matanya terbuka tapi sepertinya dia masih mengantuk.

"aku.... aku...."

"pergi" kata dave sambil menghempaskan tanganku kasar, ia memejamkan matanya kembali.

aku bangkit dan masuk kamar, hanya berani mengintipnya dari balik pintu. aku jadi merasa tidak yakin apakah aku bisa menjadi seperti harapan papaku, tapi tidak apa-apa, biarkan semuanya mengalir begitu saja, waktu yang akan menjawabnya seperti perkataan cinta ada karena terbiasa. semakin lama aku menghabiskan waktu bersama dav, cinta akan tumbuh diantara kami. aku harus yakin itu.

avataravatar
Next chapter