7 clara.pov

dua puluh tujuh, ini komik ke dua puluh tujuh yang aku baca sejak sore tadi, bukan komik baru sih, hanya komik lama yang sudah lama tidak kubaca, sebenarnya aku bisa saja menghabiskan tabunganku untuk membeli banyak komik baru, sayangnya aku terlalu sadar diri untuk tidak terlalu boros dengan hanya mengoleksi tidak lebih dan tidak kurang dari 10 judul komik, aku baru akan menambah judul setelah seluruh episode ke sepuluh itu lengkap. untung saja aku hanya hobby mengoleksi komik dan piyama, coba kalau aku hobby mengoleksi sepatu, tas, gaun.... pasti papaku akan bangkrut. aku sudah terlalu seenaknya dengan papaku, aku tidak bisa lebih kurang ajar lagi. cukup kekurang ajaran terbesarku adalah berhenti kuliah begitu saja. jangan tanya alasan kenapa aku berhenti kuliah, aku benar-benar tidak ingin mengingat-ingatnya. by the way.... aku belum melihat papaku seharian ini.

tok tok tok

panjang umur!!! itu pasti papaku.

"clara...." panggil papaku.

"iya pa.... masuk aja...." balasku. papaku membuka pintu, langsung kulihat wajahnya yang menyunggingkan senyum yang menenangkan. beliau masuk dan duduk di sampingku.

"belum tidur?" tanya papaku basa-basi

"belum, lagi baca komik" jawabku. hah.... andaikan beliau tau kalau aku hampir tidak pernah bisa tidur malam apa yang akan ia lakukan? membawaku ke rumah sakit barangkali, ah aku tidak mau hal itu terjadi.

"kamu gak punya kegiatan lain selain itu?" tanya papaku.

"emang apa yang bisa clara lakuin selain baca komik?" tanyaku balik.

"ngerjain tugas barangkali..."

"pa!" seruku. tuh kan keputusanku untuk berhenti kuliah memang sudah keterlaluan, buktinya papaku masih saja mengungkit hal itu, memang aku keterlaluan, tapi aku punya alasan dan benar-benar tidak ingin mengungkit hal itu.

"iya-iya, papa gak akan tanya itu lagi, tapi.... kamu serius gak mau lanjutin kuliah kamu lagi?" tanya papaku.

"papa.... serius, jangan bahas masalah kuliah lagi" kataku kesal. aku memasang wajah kesal, supaya papaku berhenti membicarakan hal itu.

"ok.... papa gak akan bahas itu lagi, omong-omong, kapan papa terakhir ketemu anak papa yang manja ini?" tanya papaku, beliau mencoba mengingat-ingat.

"baru 2 hari yang lalu pa waktu papa pergi ke.... kemana itu? clara lupa namanya, eh iya juga ya, kok papa udah balik sih? aku kok tadi gak tau waktu papa balik? mana oleh-olehnya?" tuntutku, papaku tertawa.

"makanya jangan tidur terus, kamu tiap hari kerjaannya tidur terus, sampai gak tau kedatangan papa, papa gak beli oleh-oleh, papa capek banget tadi, gak papa kan?" tanya papaku.

"gak papa kok, papa pulang aja aku udah seneng" kataku, aku tidak berlebihan mengatakan hal itu, kehadiran papaku selalu membuatku senang. papaku tiba-tiba mengelus rambutku, aku menatap wajah papaku yang teduh, usianya sudah tidak muda lagi, dan mengingat itu aku jadi takut kalau suatu saat papaku meninggalkanku, seperti yang terjadi pada ibuku.

"cuma 2 hari papa ninggalin kamu, tapi rasanya lama.... banget, papa gak tau gimana rasanya harus berpisah sama kamu" kata papaku.

"papa apaan sih omong kaya gitu?!" protesku, aku tidak suka mendengar hal itu, seakan-akan kami akan segera berpisah, ini bukan tanda papa akan segera.... jangan disebut.

"tadi siang ada tamu kesini...." kata papaku menggantung.

"terus...."

"namanya dave arroyan, seorang pebisnis muda yang sukses dengan usaha perhotelan di wilayah pariwisata"

"terus...." jangan bilang karena bertemu orang itu, beliau ingin aku melanjutkan kuliahku lagi agar kelak aku sukses seperti orang itu, hah, maaf-maaf saja, kesuksesan orang tidak membuatku tertarik dengan dunia perkuliahan lagi.

"dia laki-laki baik, sopan lagi, pekerja keras, papa yakin orang tuanya pasti bangga dengam dia" lanjut ayahku. hei hei, jangan-jangan papaku mulai tidak menyayangiku karena aku anak perempuan , yang tidak punya sopan santun, pemalas, dan tidak membanggakan orang tua? dan karena itu ingin beliau membuangku?! tidak...!!! jangan sampai itu terjadi!!!

"terus...." aku terus berkata terus padahal sebenarnya tidak ingin mendengar lanjutan omongan papaku.

"dia melamar kamu"lanjut papaku.

"oh...." balasku, kukira papa akan menyuruhku kuliah lagi atau membuangku ternyata....

"eh?! lamar clara?!" seruku kaget, ini candaan macam apa?!

"tarik napas dulu, pelan-pelan...." astaga, selama beberapa detik aku lupa untuk bernapas sampai harus dibimbing papaku untuk bernapas gara-gara itu. setelah beberapa saat aku mulai rileks. aku menatap papaku.

"pa, papa gak nerima orang itu jadi suamiku kan?" tanyaku cemas.

"enggak, papa belum ngasih jawaban ke dia, semua tergantung keputusan kamu, kalu kamu terima dia, papa akan bilang kalo kamu menerima dia, kalo gak papa juga akan bilang enggak" kata papaku. aku menatap papaku untuk tau apa yang benar-benar diinginkan papaku, namun aku tidak menemukan jawabannya.

"pa, emang papa bisa hidup jauh dari clara?" tanyaku. papaku tersenyum.

"ra, bisa gak bisa pada akhirnya papa memang harus melepas kamu untuk hidup dengan orang selain papa, semua tinggal menunggu waktu" kata papaku. aku tidak mengira beliau telah berpikir sejauh itu sedangkan aku selama ini yang kupikirkan hanya komik, makan, dan tidur, tidak pernah sedikitpun terlintas di kepalaku tentang aku akan menikah dan berpisah dengan beliau.

"pa, clara gak cukup dewasa untuk menjadi seorang istri, apa clara gak cuma akan buat masalah di kehidupan clara nantinya?" tanyaku, lagi-lagi ayahku tersenyum. yang kudapat dari senyum papaku adalah tentang bagaimana jawabanku akan menentukanku apakah aku sudah dewasa atau belum. apa yang harus kulakukan sekarang?!

"menjadi dewasa itu tidak instan, itu butuh proses yang panjang, terkadang usia tua tidak membuktikan kedewasaan seseorang, terkadang seorang remaja pun bisa mempunyai pemikiran yang lebih dewasa dari usia ayah" kata papa.

"itu artinya papa percaya kalau clara bisa bersikap dewasa nantinya?" tanyaku.

"tentu saja percaya, kamu anak papa, papa gak mungkin gak mempercayai kamu, lagi pula papa yakin suami kamu nanti bisa membimbing kamu untuk menjadi lebih dewasa, sesuatu yang tidak bisa dilakukan papa" ah, ternyata yang papa harapkan itu. papa ingin aku menerima lamaran itu, berharap aku bisa jadi dewasa dibawah bimbingan.... siapa tadi, aku lupa. kurasa aku belum siap untuk itu. tapi.... papa percaya padaku kalau aku bisa jadi dewasa, papa sepertinya juga menyukai pria itu. selain itu.... ini kali pertamanya papa meminta hal yang besar padaku, memang tidak mengatakannya secara langsung, tapi aku tau ini yang beliau inginkan. selama ini aku yang selalu meminta dan menerima sedang apapa tidak pernah sekalipun meminta aku tidak mungkin menolak satu-satunya permintaan papa ini. lagipula ini demi kebaikanku juga kan?

aku menghela napas, berusaha menghilangkan keraguanku.

"kalo papa omong kaya gitu.... aku gak bisa gak nerima lamaran ini" kataku yakin.

papaku tampak terkejut dengan jawabanku.

"kamu.... kamu beneran terima lamaran ini? papa gak mau kalau kamu terima ini secara terpaksa, papa gak maksa kamu lho clara, pap gak akan marah walaupun kamu menolak lamaran ini, papa gak mau kalo sampai hidup kamu gak bahagia" kata papaku.

"papa suka gak sama orang itu?"tanyaku.

"dia orang yang baik, sopan, pekerja yang ulet...."

"kalo menurut papa dia baik buatku, gak ada alasan buatku nolak" kataku dengan senyum. papa mengjela napas. lalu menatapku.

"yakin kamu mau nerima dia? kamu gak pengen lanjutin kuliah dulu?!"

"ih.... papa jangan bahas itu lagi ah, udah tau kata itu sensitif banget buat aku, pokoknya aku mau nikah titik gak pake koma" ujarku tegas.

"iya.... papa tau...." papa mengusap kepalaku lalu mencium keningku penuh kasih sayang.

avataravatar
Next chapter