29 Bab 19 part II

"Sir...!!". Suara Lalita terengah-enggah. Bisakan kita malakukannya di apartemen anda, aku_____",

Lardo melumat bibir Lalita. Jagoanku sudah sangat siap Lalita. Aku dan jagoanku sudah tidak bisa menunggu.

"Tapi sir". Lalita mencoba menahan dada Lardo. Aku merasa sangat malu kalau kita melakukannya di sini. Aku_____".

Lardo lagi-lagi menghentikan perkataan Lalita dengan melumat bibir Lalita. Lardo menarik kedua tangan Lalita ke atas kepala. Rumah sakit ini milikku Lalita. Jadi jangan membantahku sayang. Lardo merobek celana dalam Lalita. Merebahkan tubuh Lalita di atas sopa. Aku sudah tidak tahan sayang. Lardo menyatuhkan tubuh mereka dengan keras dan kuat, arggg….Lardo mengerang merasa nikmat.

Lalita sudah kembali berpakain. Menatap kesal ke arah Lardo. Bagaimana tidak kesal. Lalita tidak tahu harus bagaimana keluar dari ruangan dokter Rosman. Selesai mereka bercinta Lardo menerima panggilan telphon. dokter Rosman ingin bertemu Lalita untuk membicarakan masalah perawatan Rita.

Lardo keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi. Lardo melemparkan senyum puas pada Lalita.

Kamu terlihat mengoda sayang. Lardo mengelus bibir Lalita yang membengkak. Aku menyesal membawamu ke rumah sakit, membuatku tidak bebas menyentuhmu. Apa dokter Rosman sudah datang?

Lalita mengeleng. "Sir….!!!", Lalita mencicit. Lardo terlihat begitu santai setelah pergumulan panas mereka. Sedang Lalita tampak sangat tegang, memikirkan apa yang akan dipikirkan dokter Rosman dengan apa yang mereka lakukan di ruangannya barusan. Belum lagi Lalita bergerak risih karena tidak mengenakan celana dalam, karena ulah Lardo yang merobek celana dalamnya.

Lardo menaikkan satu alis, menatap Lalita. Aaahhh…..seharusnya aku tidak merobeknya bukan. Aku akan meminta seseorang untuk membawakanmu pakaian dalam. Sebenarnya aku lebih suka kamu tidak mengenakan pakaian dalam. Karena setelah ini aku akan melanjutkannya lagi sampai kau kelelahan. "Wajah Lalita merona merah mendengar ucapan vulgar Lardo".

"Besok aku harus bekerja sir!". Lalita mengingatkan.

"Bagus kamu mengingatkannya. Karena ada banyak pengaturan yang harus kita lakukan. Setelah sampai di apartemen kita akan membicarakannya. "Masuk!!", Lardo mempersilakan dokter Rosman masuk.

Lalita terlonjak terkejut dengan kedatangan dokter Rosman. Lalita tampak panik bergerak cepat kebelakang Lardo.

Rosman tampak sedikit terkejut saat Lalita berlari bersembunyi ke belakang badan Lardo. Maaf saya menganggu anda sir!

Lardo mempersilakan dokter Rosman duduk. Tidak masalah Rosman. Lagipula aku tidak mungkin mendominasi ruanganmu sepanjang hari. Terima kasih sudah meminjamkan ruanganmu dan untuk tidak menganggu kegiatan kami tadi. Dibelakang Lardo, lagi-lagi wajah Lalita merona merah.

Kenapa kamu tidak duduk?. Lardo menarik tangan Lalita mendudukkan Lalita dipangkuannya.

"Sir!". Lalita tidak menyangka Lardo akan mendudukannya di atas pangkuan. Lalita protes mengambil duduk disisi kiri Lardo dengan perasaan tidak nyaman.

Lardo membiarkan Lalita turun dari pangkuannya. Silakan Rosman, kau bisa memulainya!", perintah Lardo

dokter Rosman berdehem membersihkan tengorokannya. Pertama-tama perkenalkan saya Direktur rumah sakit____".

"Tidak perlu!". Potong Lardo cepat. Kau tidak perlu memperkenalkan diri, langsung saja Rosman, perintah Lardo tegas. Kau tidak perlu bersopan santun, Lalita hanya wanitaku, kau tidak perlu bersikap formal dihadapannya.

dokter Rosman menahan napas mendengar bentakan Lardo. Maaf sir, saya_____".

"Langsung pada pokok pembicaraan Rosman!, kembali Lardo memotong"

"Baik sir. dokter Rosman mengeluarkan mab coklat yang terlihat cukup tebal. Ini adalah hasil pemeriksaan Rita. Rosman meminta salah satu dokter yang ikut bersamanya, perlihatkan. Ini hasil ronsen pada tangan Rita, disini tunjuk Rosman pada Lalita yang tampak serius mendengarkan penjelasan Rosman.

Lardo menghela napas. Itu tidak diperlukan Rosma. Aku sudah menjelaskan secara garis besarnya pada Lalita sesuai dengan informasi yang kau katakan padaku tadi. Sekarang apa kau sudah memiliki dokter spesialis jiwa untuk mendampingi Rita. Aku ingin tahu siapa dokter yang akan kamu tunjuk.

"Lagi-lagi dokter Rosman harus mengelus dada. Lardo putra pemilik rumah sakit ini memang terkenal dengan temperamennya yang tidak sabaran dan selalu bersikap dingin dan tegas. Sudah sir, kami sudah membentuk tim untuk_____".

"Bagus, kalau begitu besok pagi aku ingin bertemu dengan mereka, untuk hari ini cukup sampai disini. Aku masih ada urusan lain. Lalita ayo, Lardo mengulurkan tangan.

Lalita tampak engan mengapai uluran tangan Lardo. Masih ada yang ingin ia tanyakan. Ada banyak pertanyaan yang ingin tanyakan. dokter bagaimana keadaan Rita sekarang apa saudari saya baik-baik saja. Bagaimana dengan sesak napasnya, dokter?

dokter Rosman tersenyum pengertian melihat kecemasan di mata Lalita. Anda tidak perlu khawatir saudari anda sudah baik-baik saja, tidak ada yang berbahaya, dokter-dokter akan siap dua puluh empat jam menjaga saudari anda.

"Terima kasih dokter, anda tidak perlu bersikap formal, cukup panggil saya Lalita saja.

dokter Rosman mengangguk. Baiklah Lalita.

Lalita tersenyum hangat, menyalam tangan dokter Rosman. Terima kasih banyak dokter. Saya mohon sembuhkan saudari saya. Rita satu-satunya keluarga yang saya miliki.

dokter Rosman menepuk lembut tangan Lalita. Kami akan berusaha semampu kami. Anda tidak perlu terlalu sungkan karena itu sudah tugas kami

"Ayo Lalita, ajak Lardo tidak sabaran.

Lalita melayangkan tatapan kesal pada Lardo. Saya permisi dulu dokter, Lalita berpamitan sopan.

Lardo menarik tangan Lalita. Kamu tidak perlu melakukan sesuatu yang tidak diperlukan tegur Lardo tepat ditelinga Lalita. Aku tidak suka melihatmu tersenyum seperti tadi pada doker Rosman.

"Saya hanya berterima kasih karena dokter Rosman dan____",

Lardo mengecup bibir Lalita, belum selesai keterkejutan Lalita. Lardo membawa Lalita dalam gendongannya. Berisik. Kau terus saja menjawab perkataanku Lalita

"Sir…..!!", apa yang anda lakukan?.

"Diam Lalita, kamu berat jangan banyak bergerak. Kalau aku tidak mengendongmu kamu akan terus membantah dan berjalan lelet seperti bebek

"Tapi Sir". Saya malu. Lalita meronta-ronta minta turun

"Diamlah". Apa kamu ingin terjatuh dari gendonganku dan semua orang melihatmu tidak mengenakan celana dalam, ancam Lardo yang sukses membuat Lalita melongo yang sadar akan sesuatu.

Lalita bangun dengan seluruh tubuhnya terasa sakit. Lardo membuat Lalita terjaga hingga pukul empat subuh Lardo tidak membiarkan Lalita tidur sepanjang malam. Lardo mengempur tubuh Lalita seakan tidak pernah ada puasnya. Membuat Lalita terus melayaninya hingga Lardo mengerang puas dan mereka sama-sama kelelahan. Lalita meraba sisi ranjang yang ditiduri Lardo telah kosong. Lalita menghela napas mencoba membuang rasa kantuknya, sudah pukul 06.10 Wib. Aku harus bersiap-siap berangkat kerja, cuti tiga hariku sudah habis. Andaikan aku bisa memperpanjang cutiku itu akan sangat menyenangkan

Lalita turun dari ranjang, ingin bergegas membersihkan diri dan bersiap-siap berangkat kerja. Lalita meringis miliknya terasa perih. Aku tidak punya waktu Lalita berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Berharap nerendam akan mengurangi rasa sakitnya pikir Lalita dalam hati.

Lalita menghela napas panjang saat memikirkan kehidupannya yang berubah total hanya dalam hitungan hari. Huuuhh…apa aku sekarang menjadi upik abu yang akan bernasih seperti putri duyung yang akan menghilang menjadi buih. Lalita mengeleng-gelengkan kepala. Hanya berharap semua cobaan ini cepat berlalu. Walau kehidupannya yang lama tidak akan pernah kembali.

TERIMA KASIH SUDAH BACA CERITAKU

PLEASE VOTE DAN LIKENYA YA

KLIK TANDA HATINYA DONG....PLEASE BIAR BERLI SEMANGAT UP DATE

avataravatar
Next chapter