4 SEPERTINYA AKU JUGA AKAN MATI

Liam sedang sibuk dengan proyek barunya dan baru saja menyelesaikan rapat terakhirnya untuk hari ini saat jam digital di atas meja ruang rapat menunjukkan pukul 21.56 p.m

Ia kembali ke ruang kerjanya dan melihat Diana masih menunggu di meja sekretaris, tepat di depan ruang kerjanya.

"Kamu bisa pulang lebih dulu." Ucap Liam sambil memasuki ruang kerjanya.

Hampir seluruh staff sudah pulang di waktu selarut ini atau sekedar mencari hiburan di luar sana, namun Liam masih berkutat dengan dokumen- dokumen yang sepertinya tidak akan pernah habis.

Namun mata Liam menangkap satu dokumen yang terlihat berbeda dari yang lain. Dengan alis berkerut, ia meraih dokumen tersebut dan membacanya.

Ternyata itu adalah dokumen hasil laporan Raka, assistant pribadi Liam, yang tadi pagi ia minta untuk menyelidiki lebih lanjut perempuan yang akan menjadi istrinya nanti.

Raka selalu bekerja secara efisien, oleh karena itu dia sangat dipercaya Liam untuk mengurusi hal- hal yang bersifat pribadi, seperti ini contohnya. Raka pasti sudah tahu kalau perempuan muda tersebut adalah calon yang dipilihkan Amira untuk Liam.

Mereka berdua cukup dekat secara personal, namun dalam pekerjaan, Raka tidak akan memanfaatkan ini dan bekerja secara professional.

Di dalam dokumen 8 lembar tersebut, ada beberapa part yang di tandai dengan stabilo kuning untuk menunjukkan point- point penting dari hasil investigasinya tersebut.

Liam membacanya perlahan dan semakin ia membacanya, semakin salut ia pada ibu tirinya tersebut.

Ya, ibu tiri, karena kenyataan yang sesungguhnya berbeda dari rumor yang beredar di luar sana yang mengatakan bahwa Liam adalah anak angkat.

Liam adalah anak kandung dari Narendra Prihadi, namun dengan wanita yang berbeda, ibu Liam adalah…

Liam tidak suka mengenang ibunya. Bukannya ia membenci ibunya, tapi karena ada suatu perasaan yang tidak bisa ia jelaskan setiap kali Liam mengingat sosok mendiang Ibunya tersebut.

Sementara Amira adalah istri sah dari Narendra, hanya karena Amira tidak mampu memberikan Narendra keturunan maka dari itu Liam dapat menikmati posisinya sekarang.

Liam berkali- kali menggagalkan rencana licik Amira terhadapnya, hanya saja kali ini ia tidak dapat berkutik ketika Amira menagih janji yang Narendra telah buat sebagai syarat agar Liam diterima di keluarga Prihadi.

Bukannya Liam ingin menjadi bagian dari keluarga konglomerat ini, tapi saat ibunya sakit keras, ia tidak memiliki uang yang cukup untuk biaya ibunya berobat kerumah sakit yang menelan dana tidak sedikit.

Liam lima belas tahun lalu hanyalah pelajar SMA yang bekerja serabutan demi memenuhi kebutuhan dirinya dan ibunya yang sudah sakit- sakitan dan tidak bekerja.

Untuk membiayai sekolahnya sendiri saja, Liam harus bekerja dari pulang sekolah hingga larut malam, apalagi untuk membiayai rawat inap ibunya?

Oleh karena itu, Liam menemui ayahnya dan meminta bantuan, tentu saja kehadiran Liam di depan rumah Prihadi membuat Amira berang dan mengamuk tidak keruan.

Butuh waktu sampai sebulan bagi Narendra untuk menenangkan istrinya tersebut dengan sejuta janji manis dan satu janji yang tidak masuk akal.

Satu janji tersebut adalah; Amiralah yang akan mencarikan calon pendamping untuk Liam.

Dalam situasi genting dan dalam keadaan yang membutuhkan uang, Liam mengiyakannya. Calon pendamping adalah masalah yang sangat jauh dalam pikiran remaja 16 tahun.

Namun tidak halnya saat ini. Saat Liam sudah menjajaki usia yang matang, calon pendamping hidup merupakan masalah krusial untuknya.

Bukan berarti Liam merupakan pria bersih tanpa rekam jejak pengalaman dengan wanita, justru sebaliknya.

Mungkin ini bisa dikatakan sebagai pelampiasan dirinya atas emosi yang terpendam selama ini, atas hidupnya dan atas perasaan terkhianati oleh perempuan yang pernah benar- benar ia cintai.

Kehidupan malam Liam tidak pernah sepi dari wanita. Dengan uang dan wajah yang ia miliki, tentu saja ia hanya perlu menggerakkan jarinya untuk mendapatkan wanita manapun yang ia mau.

Dan akan selalu ada wanita baru di ranjangnya di setiap minggunya.

Kalau bukan karena ancaman Amira untuk bunuh diri karena Narendra dan Liam tidak kunjung memenuhi janji mereka untuk memilihkan pasangan untuk Liam, maka dokumen di tangan Liam, mengenai detail informasi tentang Naraya, saat ini tidak akan ada.

Perlahan Liam membuka dokumen tersebut dan membaca point- point yang telah di- hightlight oleh Raka.

Hanya butuh kurang dari dua menit bagi Liam untuk membaca dokumen tersebut dan mengeluarkan tawa yang terdengar sadis dan tidak bersahabat.

"Buta? Putus sekolah?" Liam mendengus dan menggeleng- gelengkan kepalanya, walaupun tawanya masih terdengar dan bibirnya menyunggingkan senyuman, tapi matanya yang hitam sekelam malam, berkata hal yang sebaliknya.

Tatapan matanya penuh kebencian dan dendam.

Siapapun yang melihatnya sekarang pasti akan berfikir untuk menyelamatkan diri dan berlari menjauh, sejauh- jauhnya, dari sosok Liam saat ini.

"Luar biasa wanita ini…" Liam mendecakkan lidahnya.

Sejujurnya ia cukup kagum akan ketekunan dan bagaiman Amira telah merencanakan semua ini sejak 15 tahun lalu, saat ia memaksa seorang remaja, yang nyawa ibunya sedang berada di ujung tanduk, untuk menyanggupi perjanjian bodoh tersebut.

Liam cukup salut pada Amira akan dedikasinya.

Dari awal ia sudah curiga saat melihat wajah manis Naraya dan usianya yang sangat muda. Liam pikir Amira akan memberikannya seorang pelayan bar, sama seperti pekerjaan ibunya dulu. Namun ternyata ada hal yang jauh lebih memalukan daripada itu.

Amira benar- benar memanfaatkan peluangnya.

Inilah kartu terakhirnya, ia berusaha menghancurkan kehidupan Liam melalui wanita yang akan dinikahinya, sama seperti saat ibu Liam sudah merusak rumah tangganya dengan melahirkan Liam.

Liam membaca dengan cepat bagian- bagian yang kurang penting menurut Raka. Dan pada akhirnya ia membaca keseluruhan dokumen, informasi yang Raka dapatkan mengenai Naraya.

"Buta, putus sekolah, yatim piatu, miskin, menderita kekerasan di rumah adik Ibunya…" Liam membuat urutan hal- hal negative pada diri Naraya, kemudian dia tertawa terpingkal- pingkal saat membaca point terakhir. "Disebut anak pembawa sial karena orang- orang yang merawatnya jatuh sakit dan meninggal."

Butuh waktu cukup lama sampai tawa Liam mereda, ia mengusap sudut matanya yang berair karena terlalu keras tertawa.

"Sepertinya Amira benar- benar menginginkan kematianku." Ucap Liam dengan senyum yang sinis.

Di saat yang bersamaan, ponsel Liam yang tergeletak di atas meja bergetar menandakan panggilan masuk.

Liam melihat nama penelepon tersebut dan mengenali nomornya, dia memiliki kebiasaan untuk tidak menyimpan nomor wanita- wanitanya karena mereka akan tergantikan dalam waktu singkat.

"Liaaaam… kamu dimana?" Tanya suara manja di sebrang sana. "Aku hampir mati merindukanmu…" Suara wanita tersebut seperti sedang mabuk.

Liam tersenyum saat mendengarnya dan berkata. "Sepertinya aku juga akan mati sebentar lagi."

avataravatar
Next chapter