38 PERUBAHAN EKSPRESI WAJAH LIAM

Setelah pulang dari mengantarkan Naraya, Liam harus mengantarkan nenek Asha terlebih dahulu sebelum dia kembali ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan.

Saat jam di meja Liam menunjukkan pukul 11.46 p.m dia memutuskan akan menyelesaikan sisa pekerjaannya di esok hari.

Sementara Raka sedang membereskan meja, di mana banyak sekali berkas- berkas penting yang terhampar, yang harus dia kerjakan besok dan Liam baru akan melangkah keluar ruang kerjanya, ponsel Raka yang tergelatak di atas meja berdering.

Melihat peneleponnya adalah Naraya, Raka sedikit bingung dan bertanya- tanya mengapa dia meneleponnya di jam malam seperti ini?

Tapi, Raka mengangkat panggilan tersebut dalam deringan kedua. "Ya, Naraya…?"

Mendengar nama Naraya disebut, Liam yang baru akan menarik pintu ruang kerjanya untuk melangkah keluar ruangan, seketika berhenti.

Liam membalikkan badannya untuk memastikan bahwa yang menelepon Raka adalah benar Naraya, atau hanya kenalan Raka saja yang kebetulan memiliki nama yang sama.

Seperti Raka, Liam pun bertanya- tanya mengapa Naraya menghubungi Raka di jam seperti ini. Liam memang telah memberikan Naraya sebuah ponsel agar lebih mudah dalam menghubunginya dan karena Liam pikir dia tidak akan memiliki kepentingan yang berarti dengan Naraya, jadi dia hanya menginstruksikan agar hanya nomor Raka yang tersimpan di ponsel tersebut.

Tapi, bukan berarti Naraya bisa dengan bebas menelepon Raka di jam seperti ini, bukankah akan menimbulkan sebuah asumsi buruk apabila seorang gadis menelepon seorang pria dewasa di jam segini?

Ini hampir tengah malam, apa yang gadis muda itu pikirkan?

Dengan dahi berkerut, Liam melipat tangannya di depan dadanya sambil mendengarkan pembicaraan Raka melalui telepon.

Saat ini, Raka sedang membalikkan badannya sehingga Liam tidak bisa melihat ekspresinya dari posisinya ini.

"Ada apa?" Tanya Raka, suaranya terdengar sedikit agak keras sesaat setelah dia menjawab panggilan telepon tersebut.

Namun, di ujung lain telepon suara Raka yang familiar membuat Naraya kembali menangis lebih kencang hingga membuat Raka panik dan memburunya dengan pertanyaan.

"Naraya ada apa? Kamu dimana sekarang? Kenapa kamu menangis seperti itu?" Pertanyaan bertubi- tubi di lontarkan oleh Raka pada Naraya.

Liam yang mendengar hal tersebut berjalan mendekat.

Menangis? Ada apa? Saat Liam meninggalkan Naraya di rumahnya sendirian, gadis itu masih baik- baik saja, tapi kenapa sekarang dia menangis di tengah malam seperti ini?

Di sisi lain, Naraya tidak bisa mengatakannya, air matanya semakin deras saat ia harus mengingat kejadian itu kembali.

Dan hal ini membuat Raka semakin panik.

"Naraya, katakan sesuatu… kamu dimana sekarang?" Bujuk Raka, dia tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan saat mendengar Naraya menangis dengan pilu.

Saat itu dia merasa ada seseorang yang berdiri di belakangnya dan secara otomatis membalikkan tubuhnya dan mendapati Liam tengah berdiri sambil bersedekap, mendengarkan percakapan mereka berdua.

Tanpa banyak berpikir, Raka segera menekan tombol loud speaker agar Liam juga dapat mendengarkan kata- kata Naraya saat ini.

Dengan begitu, suara tangisan Naraya dalam seketika itu juga memenuhi seisi ruangan dan membuat kerutan di dahi Liam semakin dalam.

Liam bahkan mengambil ponsel Raka dari tangannya dan mendengarkan suara Naraya dengan seksama.

"Tolong… tolong aku…" Hanya kata- kata itu yang mampu Naraya ucapkan, karena dia tidak bisa menjelaskan apa yang baru saja dia alami.

"Iya, Naraya… tapi, kamu harus memberitahukan saya, kamu saat ini sedang berada dimana?" Tanya Raka dengan frustasi karena ekspresi wajah Liam pun semakin mengerikan untuk di lihat.

Naraya kemudian menggeleng. "Aku… aku tidak tahu…"

Mendengar suara gerung kendaraan bermotor, Liam dapat memastikan kalau Naraya sedang tidak berada di dalam rumahnya. Sesuatu pasti terjadi padanya, tapi apa? Dan dimana dia sekarang?

"Cobalah bertanya pada orang yang lewat, dimana kamu berada saat ini." Bujuk Raka. Dia pun mendengar hal yang sama dengan Liam dan memiliki kesimpulan yang tidak jauh berbeda.

Mendengar suara motor dan mobil yang berlalu- lalang, itu berarti Naraya sedang berada di tempat umum.

Karena tidak ada jawaban dari Naraya, Liam memutuskan untuk berbicara langsung dengannya. "Apakah kamu berlari jauh dari rumah?"

Naraya dapat mendengar pertanyaan lain dari sambungan telepon, dan suara itu bukan suara Raka, melainkan Liam.

"Apakah kamu berlari jauh dari rumah?" Liam mengulangi pertanyaannya.

Apabila dugaan Liam benar, kemungkinan Naraya melarikan diri dari rumah dan tidak mengetahui ke arah mana dia telah berlari.

Naraya tidak mungkin memberitahukan dimana dia berada karena dia tidak bisa melihat sekitarnya untuk memberikan arahan.

Dan bertanya pada orang di sekitarnya pun bukan pilihan, dalam kondisinya yang seperti ini, Naraya sudah pasti tidak ingin berinteraksi dengan siapapun.

"Tidak… tidak begitu jauh…" Jawab Naraya dengan lemah di sela- sela isak tangisnya.

Saat mendengar hal tersebut, Liam melangkah ke arah pintu sambil memberikan tanda pada Raka untuk mengikutinya.

"Tunggu disana dan jangan kemana- mana." Instruksi Liam sambil memberikan ponsel Raka kembali ke pemiliknya.

Mereka berdua melangkah cepat menuju basement gedung, lalu segera masuk ke dalam mobil Liam yang terparkir di parkiran khusus.

Raka baru akan masuk ke dalam kursi pengemudi ketika Liam menahannya dan menyuruhnya untuk duduk di sisi lain mobil.

Raka cukup terkejut dengan hal ini, namun dia mengikuti instruksi Liam dan duduk di sebelah kursi pengemudi sambil terus berbicara pada Naraya melalui sambungan telepon untuk menenangkan gadis tersebut.

Ini merupakan pengalaman pertama bagi Raka disupiri oleh bossnya sendiri, tapi ekspressi Liam tetap tenang seperti biasa, walaupun laju mobil hampir mendekati angka 110 km/jam.

Jarak antara gedung kantor dan rumah Naraya memang cukup jauh, dalam waktu normal membutuhkan sekitar satu jam perjalanan untuk sampai disana.

Tapi, Liam memangkasnya menjadi hanya 30 menit.

Begitu mereka mendekati rumah Naraya, Liam tidak masuk ke dalam gang yang biasanya melainkan mengelilingi kompleks perumahan sederhana tersebut dan berjalan lebih perlahan di jalan utama sambil mengamati trotoar di sebelahnya.

Menurut dari apa yang mereka dengar, Naraya pasti berada di sekitar daerah ini, karena hanya daerah ini yang dekat dengan rumah Naraya dan jalan utama.

Dan benar saja, mereka menemukan sosok Naraya sedang terduduk sambil memeluk lutut.

"Naraya, saya sudah melihat kamu. Saya matikan teleponnya ya." Ucap Raka sambil mematikan teleponnya dan melangkah keluar dari mobil.

Naraya sedang duduk di bangku, di pinggir trotoar, tapi begitu Raka mematikan teleponnya dia segera berdiri dan terlihat waspada mendengarkan suara- suara di sekitarnya.

"Naraya." Raka menghampiri Naraya dengan Liam tepat berada di sampingnya.

Namun, sebelum Raka dapat bertanya apa yang telah terjadi padanya, Naraya sudah memeluk Raka terlebih dahulu lalu menangis terisak- isak, pundaknya yang mungil bergetar karena emosi yang dia coba untuk tahan.

Liam mengerti kalau Naraya sedang terbawa perasaan, tapi melihat Naraya memeluk assistant pribadinya tepat di hadapannya, membuat Liam mengerutkan dahi dengan tidak suka.

avataravatar
Next chapter