76 KERIBUTAN

Maybe… just maybe, the light can reach even the bottom of a dark ocean.

***

Naraya terbangun saat ia mendengar suara pintu yang di ketuk dari luar.

Bukan suara ketukan biasa, tapi sepertinya orang tersebut begitu memaksa untuk masuk ke dalam kamar.

Naraya mengucek matanya dan memanggil Liam, tapi tidak ada suara yang menjawabnya kembali dan siapapun di luar sana sudah pasti bukan Liam, karena tidak mungkin dia mengetuk pintu kamarnya sendiri seperti itu.

"Liam?" Panggil Naraya kembali, kali ini dengan suara yang sedikit lebih keras. Sayangnya masih tidak ada jawaban.

Naraya begitu lelah tadi dan segera tertidur begitu dia masuk ke kamar. Bisa dikatakan, dia tidak terlalu menyukai perjalanan dengan speed boat, belum lagi dia harus menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit di atas moda transportasi tersebut.

Naraya terdiam, tidak beranjak untuk membuka pintu tersebut karena Liam sudah berkali- kali mewanti- wantinya untuk tidak membukakan pintu untuk orang yang tidak Naraya kenal terutama saat mereka berada di Negara orang, tempat yang Naraya sama sekali tidak tau dan asing.

Namun suara ketukan di pintu semakin menjadi- jadi dan Naraya mulai merasa terganggu. Ketukan itu sekarang mungkin sudah berlangsung selama lima menit tanpa henti.

Dan saat itu, Naraya memutuskan untuk menelepon Liam. Dia mengambil ponselnya yang terdapat di saku celananya dan menekan tombol angka satu untuk panggilan cepat ke nomor Liam.

Dalam dering kedua suara Liam sudah terdengar dari ujung sana.

"Liam." Ucap Naraya dengan suara yang terdengar tidak biasa, tapi Liam tidak segera menyadari hal ini, karena ia mulai menjelaskan kemana ia pergi.

"Aku ada di restaurant hotel, sebentar lagi aku akan kembali, aku sedang bertemu dengan seorang teman disini." Liam menjelaskan.

Tapi, kata- kata Naraya berikutnya membuat ekspressi wajah Liam berubah.

"Iya, tidak apa- apa… tapi, disini ada seseorang yang mengetuk pintu tanpa henti dan aku tidak berani untuk membukanya." Naraya berkata. "Ini sudah berlangsung selama kurang lebih lima menit dan orang tersebut tidak juga pergi."

Mendengar hal itu, Liam segera berdiri dan meninggalkan Dirga yang bingung dengan tindakan Liam. "Jangan buka pintunya, aku segera kesana."

Karena Liam terlihat sangat tidak seperti biasanya, Dirga segera mengikuti sahabatnya itu dari belakang, ingin tahu ada kejadian apa yang membuat pria dingin ini begitu panik.

"Ada apa?" Tanya Dirga saat mereka berada di lift, tapi Liam terlalu marah hingga dapat menjawab pertanyaannya.

Begitu pintu lift terbuka, Liam segera menyerbu keluar dan mengambil langkah panjang yang tergesa- gesa menuju kamarnya.

Dalam benak Liam, dia sedikit banyak dapat menebak siapa orang yang mengganggu kamarnya.

Begitu ia melihat sosok pria tersebut, tidak ada kata ataupun tanya ketika Liam menariknya menjauh dari pintu dan melayangkan sebuah pukulan telak ke sisi wajahnya.

Dirga yang melihat hal tersebut tercengang dan untuk sesaat tidak mampu mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Mata Dirga terbelalak tidak percaya ketika ia menyaksikan Liam menghajar Fatur hingga pria itu tidak mampu mengangkat tangannya.

Ya, Fatur. Pewaris bisnis dari keluarga Adhyastha. Bagaimana bisa dia ada disini? Apakah ini hanya kebetulan saja?

"Liam, stop!" Baru saat Dirga mulai mendapatkan kembali kesadarannya, dia segera merangsek maju dan mencoba untuk menjauhkan Liam dari Fatur.

Sepertinya pewaris Adhyastha tersebut agak sedikit mabuk dari caranya tertawa dengan bibir yang berlumur darah.

"Stop!" Seru Dirga, tidak sanggup menahan Liam.

Beberapa orang keluar dari kamar mereka saat mendengar keributan ini, bahkan tiga wanita yang berada di dalam kamar Fatur pun ikut keluar dan memekik histeris melihat pria mereka babak belur dengan darah menodai bagian depan baju dan karpet koridor hotel.

Seorang tamu kemudian berinisiatif untuk menelepon staff hotel untuk memberitahukan kericuhan ini, sementara yang lainnya hanya diam menonton.

Untungnya pihak hotel bertindak cepat dengan mengirimkan dua orang pria untuk mengamankan keadaan diikuti oleh manager hotel tersebut.

Dirga yang kewalahan dan mulai lelah dalam usahanya menahan Liam, bernafas lega ketika ia melihat ada pihak yang membantunya. Belum lagi karena dia tidak sengaja mendapat pukulan juga dari Liam sampai beberapa kali.

Ini merupakan suatu peringatan juga untuk Dirga untuk tidak bermain- main dengan emosi pria satu ini.

Keributan ini akhirnya berhasil dilerai dan Fatur sudah tidak sadarkan diri dan butuh untuk dibawa kerumah sakit.

Dengan diikuti ketiga wanitanya, pihak hotel membantu memanggilkan ambulance untuknya.

Sementara Liam harus ditahan sementara untuk dimintai keterangan.

Tapi, sebelum dia pergi, dia masuk terlebih dahulu ke kamarnya tanpa meninggalkan kata- kata apapun, membuat pihak hotel dan keamanan terpaku dengan sikapnya yang tidak peduli.

Dirga lah yang pada akhirnya menjelaskan pada mereka kalau Liam hanya butuh menemui isterinya sebentar.

Mereka mengerti dan memberi waktu pada Liam dengan Dirga sebagai jaminannya.

Di dalam kamar, Liam mendapati Naraya tengah duduk dengan raut wajah cemas di pinggir tempat tidur.

Tentu saja dia mendengar keributan di koridor hotel tersebut, tapi karena Liam sudah melarangnya keluar kamar, jadi gadis ini hanya bisa menunggu.

"Liam?" Naraya segera berdiri begitu dia mendengar suara pintu yang terbuka dan langkah kaki yang terburu- buru.

"Gak apa- apa. Orang itu sudah pergi." Ucap Liam menenangkan. Dia mengusap kepala Naraya dan menccium keningnya. "Tidak apa- apa."

Naraya mengerutkan keningnya ketika dia mendengar nafas Liam yang tidak teratur dan merasakan kalau baju yang Liam kenakan sudah berantakan.

"Kamu gak apa- apa? Suara keributan di luar tadi apa?" Naraya bertanya dengan gugup.

"Tidak apa- apa. Keributan itu sudah selesai." Jawab Liam, lalu menambahkan. "Aku ada urusan penting sebentar, mungkin aku akan lama, tapi aku akan berusaha kembali secepatnya, selama itu jangan keluar kamar. Aku akan meminta pihak hotel untuk menyiapkan makanan untukmu, okay?"

Naraya tidak mengerti mengapa Liam harus pergi, tapi dia mengangguk. "Apa kamu pergi dengan temanmu itu?"

Liam berpikir sejenak sebelum mengiyakannya. "Iya, aku akan pergi sebentar dengan Dirga."

Naraya merasa sedikit lega ketika mengetahui teman yang dimaksudkan Liam adalah seorang teman pria.

"Jangan kemana- mana, okay?" Liam kembali menegaskan.

"Okay." Jawab Naraya.

Setelah pelukan singkat dari Liam, pria itu keluar tanpa berkata apa- apa lagi. Meninggalkan Naraya yang masih bingung dengan sikap Liam.

Naraya juga masih belum menanyakan siapa pengetuk pintu itu dan apa tujuannya.

Di luar kamar, Liam pergi dengan pihak keamanan hotel diikuti dengan Dirga yang mengekor di belakang mereka.

Dirga menatap punggung Liam dengan mata menyipit curiga.

Sebagai sahabat yang sudah mengenal Liam jauh sebelum Liam menjadi penerus keluarga Prihadi dan juga yang mengetahui naik turun hidup pria tersebut, sudah sangat lama Dirga tidak melihat Liam begitu emosi seperti ini.

Liam remaja adalah sosok pemuda dingin yang tidak banyak bicara, tetapi lingkup pergaulannya bisa dikatakan sangat berbahaya, sampai dia bertemu dengan wanita itu…

Gayatri…

Barulah Liam menunjukkan emosi seperti yang ia tunjukkan saat ini…

avataravatar
Next chapter