26 JARAK DIANTARA MEREKA

Kepiting lada hitam…

Udang bakar…

Kerang hijau saus padang…

Gulai ikan belimbing…

Pindang serai gurame…

Lalu apalagi?

Naraya sedang membatin menu yang nenek Asha pesan, mengingat- ingat makanan kesukaan Liam ketika nenek Asha berkata.

"Nanti Liam akan datang untuk makan siang bersama kita." Nenek Asha menginformasikan Naraya. Seketika itu juga wajah Naraya berubah terkejut dan hafalan nya buyar. "Ada apa? Naraya tidak suka bertemu Liam?"

"Oh, tidak. Tidak. Bukan begitu nek." Naraya segera mengibaskan tangannya dengan panic, takut kalau nenek Asha salah paham.

Naraya bukannya tidak suka bertemu dengan Liam, dia hanya gugup kalau harus bertemu dengan Liam dan nenek Asha secara bersamaan.

Lagipula pertemuan terakhir mereka tidak berjalan dengan begitu baik, tapi di lain sisi, Naraya juga senang karena Liam sudah memberikan ponsel dan mengirimkan supir untuknya.

"Naraya hanya gugup saja…" Jawab Naraya dengan malu, dia menundukkan kepalanya.

Melihat hal ini nenek Asha tersenyum kembali. "Nenek tahu kalau pernikahan ini sangatlah tiba- tiba dan kalian belum mengenal pribadi masing- masing, tapi nenek berharap dengan seiring berjalannya waktu kalian dapat benar- benar mencintai satu sama lain."

Seandainya hal itu yang akan terjadi nanti, tentu saja Naraya akan senang, tapi kenyataannya mereka tidak akan melewati tahun kedua pernikahan mereka.

Dan walaupun hal itu terjadi, Naraya tetap berharap hubungannya dengan nenek Asha akan tetap baik- baik saja.

"Iya, nek." Jawab Naraya dengan seulas senyum di bibirnya.

Sambil menunggu makanan yang datang dan Liam, nenek Asha bercerita banyak mengenai Liam saat masih remaja, saat Liam pertama kali hadir di tengah- tengah keluarga mereka.

Namun, nenek Asha sengaja tidak menceritakan bagian terburuk mengenai asal muasal perjanjian pernikahan tersebut.

"Liam sebenarnya anak kandung dari anak ibu, Narendra Prihadi, tapi dari ibu yang berbeda." Ucap Asha perlahan sambil memperhatikan ekspressi Naraya.

'Ibu yang berbeda'.

Kata ini lah yang di tangkap oleh Naraya, sepertinya Narendra Prihadi memiliki seseorang di luar sana yang tidak di ketahui oleh Amira Prihadi dan Liam adalah hasil dari hubungan tersebut.

Tentu saja Naraya dapat merangkai petunjuk halus yang di berikan oleh nenek Asha padanya untuk mengenal Liam lebih jauh, mengenal calon suaminya nanti.

Karena, mengetahui sifat Liam yang seperti itu, sangatlah tidak mungkin Liam akan menceritakan hal ini pada Naraya.

Sementara itu, melihat ekspressi Naraya yang tenang, nenek Asha tahu kalau Naraya mengerti maksud dari kata- katanya dan bersyukur Naraya termasuk remaja yang pandai. Hal ini merupakan point plus dimata nenek Asha.

"Jadi pemberitaan di luar sana yang mengatakan kalau Liam adalah anak angkat keluarga Prihadi adalah tidak benar." Nenek Asha melanjutkan kata- katanya. "Tapi demi menjaga nama baik Amira, keluarga Prihadi tidak melakukan klarifikasi apapun mengenai hal ini."

Naraya megangguk tanda dia mengerti permasalahan keluarga yang coba disampaikan oleh nenek Asha.

Ternyata Liam memiliki masa lalu seperti itu…

"Nenek memberitahukan hal ini agar kamu mengetahui keluarga Prihadi lebih baik lagi." Ucap nenek Asha sambil meminum minuman yang telah dihidangkan di atas meja. "Tapi, jangan pernah membahas hal ini dengan Liam, karena dia tidak menyukai topik bahasan seperti ini, apalagi menyebut dan membicarakan Amira kalau tidak harus."

"Baik, nek." Jawab Naraya dengan patuh.

Setelah itu, nenek Asha memberitahukan Naraya mengenai sifat- sifat Liam dan kebiasaan- kebiasaannya.

Hal apa yang Liam sukai atau tidak suka dan bagaimana cara menenangkan Liam saat dia sedang marah, karena emosinya yang sering meledak- ledak dan bagaimana cara menghadapi sikap Liam yang cenderung sinis dan dingin.

Sambil membahas itu semua, makanan yang mereka pesan datang satu persatu, menguarkan aroma yang menggugah selera dan membuat Naraya menelan ludah.

Naraya tidak pernah mencium aroma masakan selezat ini sebelumnya dan hal ini merupakah hal baru bagi Naraya.

Namun Liam belum juga datang dan nenek Asha tidak memulai untuk makan lebih dulu.

"Kemungkinan Liam akan sampai terlambat, sepertinya dia terjebak macet." Nenek Asha menginformasikan hal ini pada Naraya.

Naraya tersenyum sambil berkata. "Tidak apa- apa nek, kita tunggu saja."

Mendengar perkataan ini, nenek Asha tersenyum semakin lebar, dia menyetujui keputusan Naraya. "Nenek merupakan orang yang konservatif." Ucap Nenek Asha kemudian. "Dikeluarga nenek dulu, nenek diajarkan untuk menghormati dan melayani suami dengan baik."

Kali ini nenek Asha membicarakan mengenai dirinya dan Naraya mendengarkan dengan seksama seperti sebelum- sebelumnya.

"Salah satu hal yang di ajarkan adalah; dalam situasi seperti ini, kita harus menunggu suami terlebih dahulu." Nenek Asha kemudian menjelaskan dengan lebih mendalam. "Yang nenek maksud menunggu adalah; tidak apa- apa kalau kamu makan sedikit apabila sudah sangat lapar karena suamimu belum pulang, tapi saat suamimu sudah pulang dari kantor, usahakan untuk makan bersama dengannya. Itu merupakan salah satu keharusan yang di ajarkan di lingkungan keluarga nenek dan nenek harap kamu dapat menerapkannya."

Menunggu suami pulang…

Naraya membuat mental note mengenai hal ini. Sepertinya ini bukanlah sesuatu yang berat untuk dilakukan, lagipula Naraya dapat memakan makanan ringan sambil menunggu Liam pulang nantinya.

Memikirkan hal ini saja sudah membuat Naraya tersipu malu…

Pernikahan seperti itulah yang Naraya inginkan.

Walaupun Naraya masih muda dan tidak memiliki pengalaman apapun mengenai pria ataupun pernikahan, tapi Naraya sangat mengagumi kakek neneknya yang terus bersama dan selalu harmonis sampai maut memisahkan mereka.

Nenek Naraya pun tidak jarang menunggu kakeknya pulang terlebih dahulu sebelum dia mulai makan, jadi hal ini tidak asing lagi bagi Naraya.

Hal ini membuat hati Naraya hangat apabila mengingat mereka berdua.

"Baik, nek." Naraya tersenyum. "Akan Naraya usahakan untuk mengingat hal yang sudah nenek beritahukan Naraya."

Nenek Asha kemudian mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Naraya perlahan. "Terimakasih, nenek harap kalian berdua dapat menjaga satu sama lain dan hidup dengan rukun."

Naraya tidak menjawab kata- kata nenek Asha kali ini, tapi dia terus menunjukkan senyumnya yang seperti tidak akan pernah pudar.

"Terimakasih, nek." Jawab Naraya.

Setelah itu nenek Asha menceritak sedikit mengenai kepribadian Liam dan berpesan agar Naraya bisa bersabar menghadapinya, karena Liam yang sesungguhnya, sebenarnya tidaklah sedingin dan setidak- peduli yang dia tampilkan di luar sana.

Atau paling tidak seperti itulah yang nenek Asha lihat dari cucunya tersebut.

Setelah sekitar sepuluh menit kemudian, nenek Asha berkata dengan ceria. "Itu Liam sudah datang."

Bahkan Naraya dapat mendengar senyum dari cara nenek Asha memanggil Liam.

Tidak berapa lama kemudian, Naraya dapat mendengar langkah kaki berat yang menghampiri meja mereka dan suara Liam yang dalam.

"Maaf nek, tadi macet." Sapa Liam sambil mengecup kening nenek Asha lalu mengambil tempat duduk tepat disebelah Naraya.

Naraya dapat mencium aroma maskulin dari tubuh Liam di sebelahnya, karena jarak yang begitu dekat diantara mereka.

avataravatar
Next chapter